Jati Diri Kesatrian
"Aku akan segera sampai," ucap seorang lelaki lewat sambungan teleponnya. Wajah yang terlihat lelah, namun tidak bisa menutupi struktur tampan yang sangat kentara.
"Ibu tidak perlu menjemputku! Aku bukan lagi anak kecil!" Kali ini suara lelaki itu terdengar agak tegas, keadaan di dalam pesawat yang bising. Karena suara mesin, menambah perasaan yang jengkel menyeruak begitu saja.
"Ibu hanya mengkhawatirkanmu, Sat."
Lelaki itu membuang nafas panjang, dia memahami keadaan wanita yang berada di seberang sana. Perhatian kecil itu, terdengar biasa. Namun, sangat berarti. Dimana Satria Lubis yang merupakan korban dari keegoisan kedua orang tuanya yang bercerai, harus menerima kehidupan yang berat sedari kecil.
"Baiklah, Mom. Tunggu, aku di bandara."
Setelah mengatakan hal itu, lelaki tampan dengan struktur wajah yang tegas dan rahang yang keras. Memutuskan sambungan teleponnya, kali ini dia akan tinggal dengan ibunya yang bernama Viktoria. Tujuan Satria adalah negara X, tempat wanita itu tinggal.
Selama di dalam pesawat, Satria hanya menatap kearah keluar jendela. Dia memperhatikan awan yang terus berubah-ubah setiap detiknya, berada dalam keluarga yang broken home. Membuat Satria Lubis menjadi pribadi yang kuat, tinggal dengan sang ayah. Hanya membuat Satria menjadi orang lain yang berbeda.
"Entah sampai kapan, aku bisa bertahan?" gumam Satria dan mulai memejamkan matanya.
Perjalanan lewat udara yang ditempuh oleh lelaki itu, memakan waktu hampir 18 jam lamanya. Dari kota Z ke kota X dengan jarak tempuh sekian juta kilometer, membuat lelaki itu harus menyiapkan energi ekstra. Sebelum bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
***
Waktu terus berjalan, sering dengan itu. Tidak terasa, langit yang biru kini berubah menjadi gelap. Satria telah sampai dibandara kota X, lelaki itu menyeret kopernya dan menuju ke luar. Dia memperhatikan keadaan sekitar, mencari keberadaan sang ibu.
Hingga, sudut mata Satria melihat seorang wanita yang menuliskan namanya dengan besar dan berteriak-teriak. Dia sedikit terkejut dengan perubahan ibunya yang sangat jauh berbeda, sejak perpisahan mereka beberapa tahun silam.
"Mom!" teriak Satria dan menghampiri Viktoria. Wanita itu memeluk Satria dengan erat dan meneteskan air mata, nampak sekali ada perasaan rindu yang tersirat dari raut wajah wanita itu.
"Kamu semakin dewasa? Apakah, sudah memiliki pacar?"
Satria hanay tersenyum kecil, menanggapi apa yang ibunya katakan. Bagi Seorang Satria Lubis, wanita hanyalah makhluk yang menyusahkan. Dia tidak ingin membuat suatu hubungan yang sulit dengan seorang wanita, karena memiliki trauma atas perceraian kedua orang tuanya.
"Bisa 'kah, aku beristirahat dulu, Mom?" pinta Satria mengalihkan perhatian ibunya dan mereka pun berjalan meninggalkan bandara.
Satria mengerutkan dahinya, ketika masuk ke dalam mobil sang ibu. Dengan keadaan wanita itu yang menyetir, dia tidak menyangka. Setelah sekian tidak bertemu, bukan terlalu banyak hal yang berubah terjadi kepada ibunya. Bukan dari segi wajah saja, kini Victoria memiliki mobil mewah dengan gaya klasik.
"kenapa?"
Satria menatap ke arah sang ibu yang bertanya, tanpa melirik kearahnya sama sekali.
"Mom bekerja apa, sekarang?" tanya Satria yang penasaran, sebab terakhir kalinya. Dia mengetahui, jika ibunya bekerja sebagai pedagang disebuah pasar dengan menjual hasil laut.
Namun, Satria merasa. Tidak mungkin, jika ibunya bisa membeli sebuah mobil mewah dengan pekerjaan tersebut.
"Memangnya, kenapa, Sat? Seharunya, Mom yang menanyakan hal itu, bukan?"
Bukannya menjawab pertanyaan satria, Victoria malah berbalik bertanya. Membuat lelaki yang kini tengah duduk di sampingnya memutar bola mata malas.
Satria hanya diam, dia malas menjawab pertanyaan sang ibu. Karena, dirinya telah menjadi pengangguran sejak lama.
"Deddymu mengatakan, jika ... kamu memerlukan pekerjaan?"
Pernyataan tiba-tiba yang dikatakan oleh sang ibu, menarik perhatian Satria dan kembali menatap wanita itu nanar. Dengan perasaan yang tidak percaya.
"Apakah? Deddy masih mau berhubungan dengan, Mom?"
Sebuah pertanyaan yang sensitif, membuat Victoria diam seribu bahasa. Dia hanya akan bertukar kabar dengan ayahnya Satria. Jika, menyangkut sang putra saja.
Keheningan tercipta, mereka berdua sama-sama diam dengan pemikiran masing-masing. Hingga, mobil yang dikendarai oleh Victoria memasuki halaman rumah yang sangat luas dan megah. Satria berdecak kagum dan tidak menyangka, jika ibunya akan membawanya ke tempat tersebut.
"Ini merupakan kediaman keluarga Cooper, Mom bekerja disini. Sebagai pengasuh putri keluarga Cooper, Mom akan memasukan kamu. Agar bisa bekerja di sini."
Setelah menjelaskan hal itu, Victoria keluar dari mobil dan diikuti oleh Satria dengan menyeret koper miliknya.
Satria tidak berhenti-hentinya mengagumi tempat tersebut yang sangat mewah. Dengan gaya klasik dan model kuno, namun tidak menghilangkan kesan moderen. Di Setiap sudut bangunan tersebut.
"Selamat pagi, Ibu Victoria," sapa seorang lelaki berpakaian rapi.
"Selamat pagi, Pak. Kebetulan, orang yang saya ceritakan telah datang," jelas Victoria dan memperkenalkan Satria. Sebagai, supir baru untuk putri Alice.
Namun, wanita itu tidak menjelaskan status dirinya dengan Satria dan menyerahkan putranya kepada kepala rumah.
"Terimakasih, Ibu Vitcoria. Saya akan ambil alih dari sini," terang lelaki itu dan berjalan perlahan.
Victoria pun meminta Satria untuk mengikuti sang kepala rumah, sebagai seroang ibu. Wanita itu hanya ingin putranya selalu berada dalam pengawasan matanya.
Satria yang terus mengikuti langkah lelaki yang berada di hadapannya, tanpa sengaja melihat seroang gadis cantik yang tengah bermain pedang di sebuah ruangan.
Sat
Sat
Suara pedang yang terus bergesekan, membuat Satria menghentikan langkahnya dan menatap takjub kepada gadis itu.
Hingga, dia tidak menyadari. Jika, sang kepala rumah telah menghilang dari penglihatannya. Sampai suara seorang lelaki menegurnya.
"Kamu siapa?"
Satria langsung menatap orang yang berbicara tersebut, terlihat dari cara pakiannya. Lelaki yang kini menatap kearahnya dengan sorot mata tidak bersahabat. Bukanlah orang sembarangan.
"Saya—"
"Ada apa, Yah?"
Suara Satria tercekat di leher, ketika dia mendengar suara gadis yang sebelumnya dikaguminya berbicara dengan mengatakan sesuatu yang membuat tubuhnya beku seketika.
"Siapa dia?" Kali ini, pertanyaan tersebut di barikan lelaki itu. Kepada seroang gadis cantik yang berjalan mendekat.
Tubuh Satria semakin memebeku, untuk bernafas saja. Lelaki itu merasa kesulitan, seolah terjadi perubahan asmofir yang tengah terjadi.
"Mungkin, dia pengawal baru."
Satria menonggakkan kepalanya dan menatap gadis tersebut, dia agar terkejut dengan kata yang diucapkan olehnya.
"Pengawal, baru?"
Kalimat itu terus berputar di dalam benak Satria, hingga suara kepala rumah datang dan langsung memarahinya.
"Satria! Belum, apa-apanya! Kamu sudah lancang!"
Suara yang dipenuhi oleh emosi, kemudian kepala rumah tersbeut meminta maaf kepada lelaki yang masih berdirii dihadapan Satria.
"Maafkan keteledoran saya, Tuan."
Dari apa yang kepala rumah katakan, menyatakan dengan jelas. Jika, lelaki tersebut merupakan tuan yang beratri pemilik rumah ini.
"Aku tidak masalah! Asalkan, dia," katanya dengan menujuk Satria.
"Tidak mendenkati, putriku," tambahnya dan berlalu bergitu saja bersama gadis yang sebelumnya Satria kagumi.
"Jika, kamu tidak ingin kepala terpisah dari badan? Maka, jangan dekati putri Alice!" ancam sang kepala rumah.
"Jadi, namanya Alice?" batin Satria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments