Mobil yang dikendarai oleh Alice melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan rumah megah dan menuju kesuatu tempat yang asing di mata Satria. Namun, dia tidak bertanya sama sekali.
Hingga, bintang yang sebelumnya bersama Alice mengikuti mereka dari belakang. Tentu saja, hal itu membuat Satria merasa ketakutan.
"Kita akan mati!" teriak Satria panik.
Namun, tidak dengan Alice. Gadis itu dengan tetang mengemudian mobilnya, tetapi teriakan Satria membuatnya merasa risih.
"Putri Alice! Binatang itu!" teriak Satria ketakutan, melihat Bulgon yang semakin mendekat.
"Dia Bulgon! Binatang metalogi! Dia peliharaan keluarga Cooper!" jelas Alice, agar Satria berhenti berteriak dan membuat telinganya menjadi terasa panas.
"Makhluk metalogi?" tanya Satria dengan tatapan tidak percaya.
Di zaman moderen seperti saat ini, makhluk metologi hanyalah sebuah dongeng yang diceritakan oleh seorang sastrawan.
Tentu saja, Satria tidak percaya dan malaahn tertawa mengejek Alice. Menambah perasaan geram gadis itu.
"Hahahaha ... tolong, jangan bercanda! Ini tidak lucu!" terang Satria dengan memengangi perutnya yang terasa dikocok.
"Aku akan membuatmu, menjadi cemilan Blugon!" teriak Alice dan mengentikan laju mobilnya. Kemudian menendang Satria dengan kasar, hingga terpental ke luar.
Alice juga ikut keluar dan menatap sinis kearah Satria yang mengeluh kesakitan, lalu memanggil Bulgon dengan cara bersiul. Membuat binatang tersbeut segera mendekat.
Hal itu membuat Satria semakin merasak ketakutan, ditambah Bulgon yang datang dengan menyemburkan nafas apinya.
Alice mengelus binatang tersebut dan mulai berinteraksi, seolah tengah berkomunikasi. Lewat sentuhan tanganynya, menambah perasaan tidak nyaman Satria yang melihat hal itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dnegan suara bergetar.
Namun, tiba-tiba saja. Bulgon menghampirinya dan langung menggigit baju yang di kenakan oleh Satria dan membawa lelaki itu.
"Aaaaa ... tolong!" teriak Satria ketakukan. Akan tetapi, tidak ada yang mendengar suara teriakannya tersebut.
Bulgon terus membawa Satria, menyelusuri tebing-tebing yang tinggi dan curam. Binatang tersbeut bergerak dengan cara menempel seperti cicak.
Hal itu membuat Satria semakin ketakutan, dia mengira. Jika, hidupnya benar-benar habis. kalau dia mengetahui kejadian yang akan terjadi seperti ini.
Maka, dia lebih memilih untuk kembali kerumah besar. Daripada harus, menjadi santapan seekor kadal raksasa.
Bruk
Tubuh Satria Bulgon lemparkan begitu saja dan membuat Satria berguling-guling. Menerjang rujang yang curam dan tersangkut dei sebuah pohon tuimbang yang besar.
"Uhuk."
Satria terbatu dan merasakan sakit yang sangat luar biasa, bahkan tubuhnya telah dipenuhi oleh luka. Bukan hanya itu, dia sempat memuntahkan darah.
"Apa aku benar-benar akan mati?" batin Satria dan duduk sejenak dia atas pohon yang tumbang.
Ini merupakan hari paling buruk yang pernah terjadi di dlaam hidupnya, baru saja dia bertemu dengan sang ibu dan kini tertimpa banyak sekali hal yang mau meregut nyawanya.
Satria memeprhatikan keadaan sekitar, hingga dia mendengar deru nafas keras. Membuatnya segera bersembunyi di dalam lubang pohon, karena satria yakin. Jika itu adalah Bulgon yang tadi.
Bruss
Suara deru naafs itu semakin kuat, Satria menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Ketika, matanya menangkap sosok yang seolah tengah menyarinya.
Bulgon tersebut menjilati bekas darah yang sempat keluar dari tubuh Satria dan mendekati tempat dirinya tengah bersembunyi.
Satria berusaha menahan nafasnya, serta tubuh yang bergetar hebat. Karena, merasa ketakutan. Apalagi, jarak Bulgon tersebut yang semakin dekat.
Sruuttt
Hingga, sebuah siulan terdengar dan membuat Bulgon tersebut pergi menjauh. Satria yakin, jika itu suara siulan dari Alice.
"Dia benar-benar ingin membunuhku," gumam Satria dan segera keluar dari tempat persemunyiannya. Lalu, menyelusuri jurang yang ternayta di bawahnya terdapat sungai.
Satria mengambil arah yang berlawanan dengan Bulgon, agar tidak bertemu dengan binatang tersebut lagi.
Karena darah yang terus menetes, dari luka yang berada di tubuhnya. Membuat Satria berjalan perlahan dan menuju tepi sunggai. Untuk membersihkan tubuhnya dan meneguk air disana. Karena, tenggorokannya yang terasa kering.
Disaat Satria yang telah berada di sungai dan mulai meminum air, tiba-tiba saja ada sebuh anak panah yang terbang entah dari mana dan mengagetkannya.
"Aaaa!" teriak Satria menghindar, seolah anak panah tersebut sengaja dilepaskan kearahnya.
Namun, Satria tidak melihat siapa pelakuknya. Lalu, segera mengambil anak panah tersebut dan memperhatikannya dengan seksama.
Dia mengingat-ingat kembali, apakah anak panah tersebut beracun atau tidak. Hingga, suara seseorang membuatnya terkaget.
"Apa yang kamu lakukan anak muda?"
Satria memeprhatiakn lelaki paruh baya yang berbicara tersebut, tanpa mengedipkan matanya sama sekali. Sampai lelaki itu kembali bertanya, "Ada apa? Apa, kamu tengah tersesat?"
Karena, tidak ada hal yang mencurgigakan dari lelaki itu. Ditambah keadaannya yang terluka dan kelaparan, Satria berusaha meminta pertolongan lelaki tersebut.
"Saya baru saja di serang oleh binatang buas, saat ini saya terluka dan merasa kelaparan," terang Satria dengan jujur apa adanya.
Lelaki itu menatap Satria dari bawah, sampai ke atas dan mendekat. Dia bisa melihat dengan jelas, jika Satria tidak berhohong.
"Binatang apa yang menyerangmu?" tanyanya dengan tatapan mata yang sulit diartikan.
Satria kembali mengingat-ingat nama binatang metalogi yang sebelumnya di sbeut oleh Alice.
"Bulgon," balas Satria.
Terlihat dengan jelas, wajah lelaki di hadapanya berubah drastis. Bahkan, telihat memucat. Membuat Satria merasa, jika hal buruk akan terjaid lagi padanya.
"Apa benar?"
Pertanyaan itu, membuat Satria mengaggukan kepalanya cepat.
"Ikut aku! Sebelum mereka datang!" terang lelaki itu.
Satria seegra mengikuti langkah lelaki tersebut, dia tidak memikirkan hal lainnya. Terpenting bisa keluar dari hutan dan tidak akan bertemu dengan monster itu lagi.
Keadaan hutan yang lebat, membuat Satria agak kesulitan mengimbangi langkah lelaki paruh baya tersbeut.
Padahal, usianya telahg tua. Namun, gerak tubuhnya snaagt gesit. Terbanding terbalik dengan Satria yang masih muda, tetapi geraknya lambat.
"Tunggu dulu, Pak! Saya lelah!" teriak Satria yang sudah tidak sanggup berjalan lagi.
Darah segar yang masih mengalir, membuatnya merasakan pusing di kepala. Sebisa mungkin, Satria menahan tubuhnya dengan bertopang pada kakinya yang kini mulai terasa lemas.
"Jika kamu ingin dimakan Bulgon? Silahkan, kamu berdiam diri sana."
Kata-kata itu, membuat Satria merasa takut. Apalagi, sebelumnya dia melihat Bulgon yang menjilati darahnya. Dia yakin, jika binatang itu akan bisa melacak keberadaannya.
Satria memaskaskan dirinya dan terus berjalan, dengan tertatih-tahi. Hingga, mereka keluar dari hutan dan memasuki jalan setapak.
"Pak! Apakah masih jauh?" tanya Satria yang mulai kesulitan untuk bernafas, ditambah kepalanya yang terus terasa berdenyut sakit.
"Sedikit lagi."
Kata itu, diulang terus-menerus oleh lelaki tersebut. Satria telah mendengarnya ber–puluhan kali, tetapi mereka masih saja belum sampai.
"Pak! Saya tidak kuat untuk berjalan lagi! Jika, saya mati di sini? Maka, sampaikan permintaan maaf saya kepada Ibu Victoria," jelas Satria yang sudah tidak terdaya.
Lelaki itu pun segera mendekat dan menetesakan sebuah cairan ke mulut Satria, sampai keajaiban pun terjadi.
Tubuh Satria yang penuh luka dan darah, kini sembuh seketika. Bahkan, tenanganya kembali pulih dengan seketika.
Tentu saja, hal ini membuat Satria merasa heran dan menatap nanar lelaki paruh baya yang baru ditemunya beberapa waktu yang lalu.
"Anda siapa, Pak?" tanya Satria pemasaran dan juga kesal. Kenapa lelaki itu baru memberikannya sebuah cairan yang bisa menyembuhkannya dalam sekejap, tidak sedari tadi.
"Kamu akan mengetahuinya, sebentar lagi."
Satria hanya menatap nanar lelaki yang penuh misteri itu dan membantin, "Apa aku akan mati ditanganya, juga?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Aman 2016
penasaran
2024-09-06
0