Keluarga Cooper merupakan keluarga yang paling di segani, dimana keluarga tersebut memiliki perusahaan dan pemegang saham terbesar di negara X. Tidak ada yang berani berurusan dengan keluarga Cooper, bahkan ada rumor yang mengatakan. Jika, mereka bukan Manusia biasa.
Satria diseret oleh sang kepala rumah Cooper yang Antonio tersebut, lelaki itu marah besar kepada Satria yang telah lancang berbicara dengan Antonius Cooper.
"Kamu mendegarkan saya berbicara, atau tidak!" bentak Antonio dengan keras dan menyeentakkan Satria yang ternyata melamun.
"Iya, Pak," jawab Satria dengan cepat dengan dada yang bergemuruh.
"Ikuti saya! Jika, bikan Ibu Vicoria yang mengajakmu ke sini? Mungkin, kamu sudah saya hidangkan kepada Bulgon!" kecam lelaki itu dan mempercepat langkah kakinya.
Satria hanya mengikuti langkah lelaki itu, tanpa niat membantah sama sekali. Dia sudah terbiasa dengan tekanan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya.
Bagi Satria, itu bukan hal yang berarti. Hingga, mereka memasuki ruangan yang sanagt luas dengan banyak sekali pintu-pintu yang berjejer.
Ditambah dengan lukisan-lulisan dinding yang menghiasai, setiap sudut dinding. Satria seolah berada di zaman kekaisaran Romawi kuno.
"Jangan berfikir, jika hidupmu akan tenang disini."
Satria menatap heran lelaki yang berbicara tanpa menatap kearahnya itu, Antonio merupakan lelaki yang aneh di mata Satria.
"Masuk!" perintahnya kepada Satria.
"Jangan pernah keluar kamar! Sebelum ada yang menejmputmu!?" tambahnya lagi.
Satria hanya mengangguk kecil dan langsung masuk kedalam ruangan yang ternyata kamar tidur, lengkap dengan ranjang kecil dan lemari.
Satria meletakan kopernya didekat ranjang dan membuka jendela, lagi dan lagi. Dia melihat Alice, namun kali ini. Gadis itu berubah dratis, dengan pakaian yang minim dan terkesan elegan.
"Mau apa, dia?" batin Satria penasaran dan terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Alice.
Gadis itu ternyata sedang bermain dengan Bulgon, jantung Satria terasa hampir jatuh. Melihat Alice berasama monster yang mirip seperti kadal besar.
Namun, tidak ada perasaan takut sama sekali. Gadis itu dengan nyamanya menyentuh kulit bersisik Bulgon, dengan perhatian.
"Binatang, apa itu?" gumam Satria.
Untuk pertama kalinya dia mengijakan kaki ditempat tersebut. Satria telah menemui hal-hal yang aneh dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Karena, perasaannya yang sangat penasaran dengan Alice. Satria mengeluarkan kepalanya dan berteriak kepada gadis itu.
"Hey!"
"Kamu bisa dimakan oleh Monster itu!"
Teriakan Satria menarik perhatian Alice dengan mata biru dan tatapan sediringin es, gadis itu berlalu begitu saja.
Tanpa menghiraukan Satria, membuat lelaki tersbeut bernafas lega. Karena, dia berfikir. Jika, bulgon bisa saja memakan Alice.
Namun, tidak berapa lama. Pintu kamar Satria dibuka dengan kasar, terlihat Antonio kembali dengan raut wajah yang mengerikan.
"Apa yang saya katakan? JIka, kamu tidak ingin kepalamu terpisah dari badan! Maka, jauhi Putri Alice!"
Suara yang bergemuruh trsbeut, membuat tubuh Satria seakan terguncang dengan hebat. Dia menatap kearah Antonio yang, kini mencekram erat keraj bajunya.
"Saya, tidak—"
"Semuanya telah terlambat!"
Lelaki itu memotong ucapan Satria dan menyeretnya hingga keluar dari rumah tersebut, bahkan Satria tidak bisa melihat keberadaan ibunya yang entah berada di mana sekarang.
Nasib sial menimpa Satria yang tidak sengaja menyinggung Putri dari keluarga Cooper, yaitu Alice Cooper.
Membuatnya harus menerima hukuman yang berat, sesuai dengan peraturan di keluarga Cooper. Siapapun yang berani mendekati Putri Alice, maka harus dipenggal kepalanya.
"Lepaskan dia!" teriak Alice tiba-tiba dan memasuki ruangan esakusi. Dimana, Satria akan dipenggal kepalanya oleh Antonio.
"Maaf, Putri Alice. Dia telah lancang berteriak kepada—"
"Aku tahu, akan hal itu!" balas Alice dengan cepat dan menatap kearah Satria yang kini sudah bersujud dengan luitutnya sebagai penopang tubuh.
Antonio hanya diam, dia tidak bisa melawan kedudukan Alice. Sekalipun dia orang yang penting di keluarga Cooper.
"Paman Antonio, biarkan aku saja yang menghukumnya," kata Alice yang entah mengapa ingin menyelamatnkan Satria begitu saja. Walaup[un, dia tahu. Hal ini akan menghancurkan reputasinya.
Namun, ketika Alice masuk ke dalam rumah. Setelah Satria berteriak kepadanya, dia tanpa sengaja melihat Victoria yang menangis dan mengatakan. Jika, Satria kan dihukum oleh Antonio.
"Apa, Putri Alice yakin?"
Terdengar nada keraguan dari apa yang baru saja Antonio ucapkan, membuat Alice mendekati lelaki yang dipanggilnya paman itu.
Alice tanpa ragu, menghunuskan pedang miliknya kepada Antonio. Hal itu dilihat oleh beberapa pengawal yang berada di sana, terlebih Satria.
Mata Satria terbelalak, melihat apa yang dilakukan oleh Alice yang dia pikir gadis yang manis, namun kenyataannya. Gadis itu sangat sadis.
"Anda tidak akan membunuh, paman sendirian?" kata Antonio. Dia merasa tertekan dengan apa yang Alice lakukan.
"Tentu saja, tidak Paman! Tapi ... jika, Paman keberatan? Maka, tidak salahnya aku mencoba Brongsi, bukan?" tanya Alice dengan aura yang mengerikan. Membuat keadaan di dalam ruangannya tersebut mencekam seketika.
Antonio tidak bisa berkata-kata lagi, jika Alice telah menyebut 'Brongsi' yang merupakan nama pedang gadis itu.
"Lepaskan, dia!" perintah Antonio kepada pengawal dan Satria pun mereka bebaskan.
"Putri Alice, saya tidak akan mengatakan hal ini. Kapada ayah anda," ucap Antonio sebagai tekanan kepada Alice.
Gadis itu sangat mengerti dengan ucapan yang dikatakan oleh Antonio, namun dia hanya menatap sekilas sang paman dan berlalu.
Jika, Antonio mengatakan hal itu. Maka, hal sebaliknya yang akan lelaki itu lakukan.
"Kamu tidak akan bertahan hidup lebih lama, lagi!" suara penuh penekanan, Antonio tujukan kepada Satria yang membuat lelaki itu berlari dan menyusul Alice.
"Aku tidak akan membiarkan, serangga kecil. Hinggap di tamanku," kata Antonio dengan geram dan menatap nanar punggung Satria.
Sedangkan, Satria dengan susah payah. Akhinya bisa menysul Alice dan ingin mengucapkan terimakasih. Karena gadis itu telah menolongnya.
"Terimakasih, Putri Alice," kata Satria dnegan nafas yang tersengal-sengal.
"Kamu harus membayarnya dengan mahal! Bukan hanya dengan uicpan terimakasih!" balas Alice dengan tatapan dingin, seolah ingin menguliti lelaki yang ada dihadapannya itu hidup-hidup.
"Aku tidak memiliki uang, aku hanya orang miskin yang terdampar di negara ini," jelas Satria dengan jujur.
Apalagi, dia hanya seroang pengangguran. Baru saja dia menjejakan kakinya di negara X. Nayawanya sudah hampir melayang, ditambah dia harus membayar hutang budi kepada Alice. Hal apa ayng bisa di berikan.
"Ikut aku!" ajak Alice dan berjalan dengan cepat, menuju ke mobilnya.
Satria segera mengikuti langkah gadis itu, tanpa bertanya sedikit pun. Hingga di dalam mobil pun, Satria hanya diam.
Baginya, tidak apa-apa mengikuti Alice. Daripada di kembali ke rumah dan bertemu dengan Antonio. Bisa habis riwayatnya saat itu juga.
Mobil yang dikendarai oleh alice melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan rumah megah dan menuju kesuatu tempat yang asing di mata Satria. Namun, dia tidak bertanya sama sekali.
Hingga, bintang yang sebelumnya berasama Alice mengikuti mereka dari belakang. Tentu saja, hal itu membuat Satria merasa ketakutan.
"Kita akan mati!" teriak Satria panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments