Tubuh Satria mendarat di sebuah tanah yang terasa lembut, serta berwarna biru. Dia tidak mengerti dengan keadaan yang baru saja terjadi padanya. Seraya melebarkan penglihatannya, dia menjadi ketakutan
"Apa arti dari semua ini?" gumam Satria Lubis, setelah melihat keadaan dunia yang sangat berbeda.
Bahkan, keadaan langit terlihat biru keseluruhan. Tanpa adanya awan sama sekali, keadaan benda-benda di sana pun sungguh aneh dan tidak bisa.
"Apakah, ini mimpi?"
Satria masih tidak bisa percaya dengan apa yang ada didepan matanya, dan berusaha berjalan serta berteriak.
"Tolong! Profesor!"
Satria yang terus berteriak-teriak, tanpa sadar. Jika, ada sosok yang berbadan besar. Berada di belakangnya dan bertanya, "Siapa kamu?"
Suaranya yang sangat menggelegar, membuat tubuh Satria gemetar. Ketakutan dan tidak bisa bergerak.
"Apakah, aku akan mati?" batin Satria.
Makhluk yang seperti raksasa dengan tubuh yang sangat besar, ditambah dengan bulu-bulu yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Membuat Satria merasa ketakutan, belum lagi taring yang nampak sangat runcing. Makhluk itu mendekat dan membuat tanah yang Satria pijak sampai bergetar.
"Gerr ... . "
Makhluk itu mengerang kepada Satria, membuat tubuhnya gemetar. Dia bingung harus melakukan apa, sampai berlari begitu saja. Karena, takut di makan oleh Makhluk tersebut.
Satria berlari tanpa memikirkan apapun, dia terus berlari dan berlari tanpa henti. Dia tidak perduli dengan keadaan dirinya yang dipenuhi oleh banjir keringat.
"Siapa pun! Tolong aku!" teriak Satria dengan keadaan yang masih berlari. Namun, tidak ada yang menjawab. Hanya terdengar suara deru angin yang kencang, Satria pun menoleh kebelakang.
Ternyata makhluk tadi tidak mengikutinya, sampai tanpa sadar ada sebuah batu yang berada di hadapannya dan membuat satria terjungkal. Karena, tersandung batu tersebut.
"Aw!" pekik Satria merasakan sakit yang amat.
Hingga, ada cairan pekat. Berwarna merah yang menetes dari lututnya, bau anyer tersebut membuat segrumun makluk tebang berukuran seperti bola bisbol berdatangan.
"Apakah ini?" teriak Satria dan kembali berlari. Walaupun sisa tenaganya terasa hampir habis, karena kelelahan dan luka yang terus mengalirkan darah segar.
Namun, Satria seolah tidak perduli dan terus berlari entah sampai kemana. Dia tersesat di dunia yang sangat aneh dan tidak pernah ditemukan sebelumnya.
Bruk
Satria terjatuh lagi, kali ini benda yang tersandung olehnya sebuah kayu berukuran seperti meja. Namun, anehnya. Benda tersebut bergerak.
"Apa?" pekik Satria terkejut dan sontak saja memundurkan tubuhnya. Keadaan yang benar-benar aneh di tambah kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sangat pusing. Membuat Satria merasakan rasa sakit yang sangat.
"Ap–pa k–kah ak–ku a–kk–an m–ma–ti."
Suara Satria tersengal-senggal, sebelum matanya tertutup. Dia melihat sebuah kaki besar, tengah berjalan mendekatinya.
********************************************************
Dunia Albiru merupakan dimensi yang dimana, kehidupan metalogi masih berlangsung. Bahkan, keluarga Cooper merupakan kunci untuk misa masuk kedunia tersebut.
Tidak ada hal yang menarik di dalam dunia yang didominasi dengan waena biru tersebut, tetapi banyaknya mahkluk dan binatang metalogi.
Membuat dunia Albiru di cari oleh para penyihir kegelapan, untuk menangkap makhluk yang tinggal di sana.
Sudah menjadi tradisi turun–menerun di keluarga Cooper untuk menjaga dunia Albiru, namun generasi terakhir. Merupakan Alice, membuat Antonius Cooper tidak bisa melanjutkan misi tersebut dan di gantikan oleh Profesor Ruden yang merupakan ilmuwan terkenal di kota X.
Profesor Ruden yang mendengar dan melihat Satria, terlebih nama Lubis yang tersemat di akhir nama lelaki itu. Membuatnya yakin, jika Satria merupakan bagian dari masa kelam kejadian sekian abad yang lalu.
Keluarga Lubis merupakan keturunan dari makhluk Blogger, seperti raksasa yang besar dan tinggal di dunia Albiru.
Namun, karena ada Manusia yang serakah dan masuk ke dalam dunia Albiru. Serta menimbulkan masalah, membuat Manusia tersebut menanggung hukuman yang berat.
Manusia tersebut, menjadi bagian dari Blogger dan terdengar kabar angin. Bahwa Manusia tersebut telah melahirkan seorang anak lelaki.
Tentu saja, kisah ini menjadi misteri yang smapai saat ini. Belum di temukan keberanannya. Karena, para Blogger yang tidak akan ramah kepada siapapun juga.
"Dia mulai sadar?"
Terdengar suara seseorang tengah berbicara, Satria berusaha membuka matanya yang terasa sanagt berat. Dia ternyata masih hidup, untuk saat ini.
"Aku di mana?" gumam Satria dan memegangi kepalanya yang terasa berdenyut-denyut.
"Kamu di rumah kami, Nak. Saat itu, kamu hampir kehabisan darah."
Satria menatap ke arah yang berbicara, sontak saja matanya membulat sempurna dan hampir jatuh dari tempatnya.
Ketika, menatap sosok tinggi–besar yang kini tengah menatapnya heran.
"Makluk apakah, ini?" gumam Satria tidak percaya dnegan apa yang dilihat olehnya dan mengucek-ngucek matanya. Berharap, semuanya hanyalah halusinasi.
Brak
"Aku sudah katakan! Manusia tidak memiliki perasaan dan biarkan saja dia mati!" teriak salah seorang dari mereka.
"Tenanglah! Dia hanyalah anak Manusia!" balas yang kini kembali menatap ke arah Satria.
"Jangan takut, kami tidak akan memakanmu," terangnya, mencoba menenangkan Satria.
"Tidak ada kaum Blogger yang mau memakan danging Manusia kejam!" terang yang tengah duduk di kursi.
Ditempat itu ada tiga makhluk raksasa yang sama besarnya, satu lelaki dan dua wanita. Namun, yang satunya hanya diam dan memeprhatikan Satria yang tengah diletakan di atas ranjang milik mereka.
"Bob! Bisa kah, kamu berhenti!" teriak seorang Blogger wanita.
"Hey! Sis! Apa kamu lupa? Siapa yang memusnahkan seluruh Blogger? Selain Manusia!" teriak Blogger lelaki yang bernama Bob tersebut. Kepada Blogger wanita yang dia panggil Sis.
"Tidak semua Manusia seperti itu! Kamu tahu Dewi Hanura, tidak!"
"Karena, dia Dewi! Bukan Manusia!" balas Bob lagi.
"Bentuknya sama!" terang Sis, membantah ucapan Bob.
"Bisakah, kalian berhenti?" pinta Blogger wanita yang satunya yang sedari tadi diam memeprhatikan dan berjalan mendekati Satria.
"Aku tidak yakin, jika mahluk kecil dan lemah seperti ini bisa memusnahkan Blogger?" terangnya.
"Karena, waktu itu kamu belum lahir, Put! Lagia, kamu jangan tertipu dengan bentuknya. Mereka binatang buas yang mematikan!" balas Bob.
Namun, tidak dipedulikan oleh Blogger wanita yang bernama Put tersebut. Dia terus memperhatikan, Satria dengan seksama.
Mata biru yang di miliki Satria membuatnya sangat tertarik, awalnya dia tidak memiliki keinginan untuk mendekati Satria. Namun, setelah Satria terbangun dan matanya terbuka lebar. Barulah, dia melirik lelaki tersebut.
"Tolong, jangan makan aku," ucap Satria dengan suara yang pelan.
"Aku tidak akan kenyang, jika memakanmu," balas Put jujur apa adanya.
"Put! Jangan berpikir! Kamu akan ... ."
"Tidak Bu! Aku akan menjaganya, dan menjadikannya hewan peliharaan," terang Put dan membuat Bob yang merupakan ayahnya marah besar.
"Put! Dia makhluk berbahaya! Kamu bisa dibunuh olehnya!"
"Tenanglah, Yah! Dia sanagt kecil, apalagi keadaannya yang terluka," balas Put dan mengangkat tubuhn Satria yang terlihat sangat ringkih.
"Put!" teriak Bob. Namun, tidak diindahkan oleh Blogger tersebut.
"Dasar!" pekiknya lagi.
Put membawa Satria yang berada di atas telapak tanganya menuju ke luar rumah, dia tidak ingin mendengar ocehan ayahnya yang memuakan.
Put yakin, jika Satria tidak akan melakukan hal buruk. Karena, mata birunya yang menyiratkan sesautu tentang dunia Albiru.
"Apa kamu bisa berjalan kembali?" tanya Put dan mendapatkan anggukan kecil dari Satria.
"Maafkan apa yang kedua orang tuaku katakan, ya? Mereka begitu, karena ... ."
Put tidak bisa melanjutkan ucapannya, ingatan di masa kelam. Bagaikan mimpi buruk untuk seluruh keluarga Blogger. Mereka yang bisa selamat, hanya karena meminum ramuan khusus pengecil dan bersembunyi. Hingga, perang tersebut selesai.
"Kenapa? Apakah, ada manusia lain di sini?" tanya Satria penasaran. Setidaknya dia bisa tetap waras, jika bertemu dengan makhluk yang sama denganya.
"Kenapa? Apakah, kamu merasa kesepian?" Put malah berbalik bertanya dan membuat Satria tersneyum manis. Hal itu, membuat wajah Blogger tersebut memerah seketika.
Satria yang melihat perubahan warna di wajah Put pun menjadi takut dan bertanya, " kamu kenapa? Apa aku meyakitimu?"
Satria merasa cemas, kembali mendekati Put dan memengang tangan Blogger yang besar itu yang hampir sama besarnya dengan pondasi rumah.
"Aku ... zing," ujarnya dengan menutupi wajahnya.
"Apa itu, zing?" tanya Satria penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments