Madu (Rahasia)

Madu (Rahasia)

Mata Sembab

..."Apa aku masih memiliki kekuatan, jika nyatanya kekuatan itu di ambil kembali oleh 'Nya." -Viona Kamelia-...

...----------------...

Toko kue kue yang lumayan besar dengan nama 'E'Bakery' itu sangat ramai pembeli, bahkan dari awal buka tadi pagi, pengunjung sudah banyak yang antre untuk membeli roti. Baik untuk bekal maupun sarapan, ada juga yang mengambil pesanan. Dan di pojokan toko saat ini, wanita cantik berjilbab segitiga berwarna hitam itu tengah mengisi kembali rak kue yang sudah kosong.

Dia adalah Viona Kamelia. Perempuan cantik berusia 24 tahun yang sudah lumayan lama kerja di sana. Dua tahun dia menghabiskan pagi sampai sorenya di toko tersebut. Dari awal gaji sedikit, sampai saat ini sudah bisa di bilang lumayan. Buktinya, hanya dengan dia bekerja di toko itu, dia bisa untuk menghidupi dirinya dan sang ibunda tercinta.

Sayangnya sebulan ini, keuangannya menipis, lantaran sang ibu yang harus bolak-balik masuk rumah sakit. Karena sakit jantung. Dan semalam, sang ibu harus kembali di rawat di rumah sakit. Dan yang lebih membuat Viona pusing adalah, saran dokter yang katanya harus segera di lakukannya tindakan untuk sang ibunda, lantaran jika tidak segera, maka, akan sangat fatal akibatnya.

Semalam sampai detik ini Viona kebingungan, ia hanya bisa berdoa sembari mengeluarkan air mata, mencurahkan keluh kesahnya pada Sang Maha Kuasa. Karena jujur saja, untuk saat ini ia benar-benar bingung dan tidak mengerti. Entah apa yang harus ia lakukan agar sang ibu bisa sembuh, dan entah harus ke mana dia mencari uang yang tidak sedikit untuk biaya operasi sang ibu.

Mata sembabnya tidak bisa di sembunyikan, hidungnya bahkan masih terlihat merah. Jangan lupakan bibir yang semakin merona, padahal tidak diberi pewarna. Setiap pembeli sedari tadi selalu saja fokus pada wajah Viona yang memang sangat ketara, bahwa dirinya baru saja menangis. Padahal, dia sudah mandi dan mencuci mukanya dengan sabun, namun ternyata wajahnya tidak bisa di ajak kompromi.

Sampai pada sore hari. Saat pukul 17.00 WIB, toko pun tutup. Namun dia masih di sana, guna untuk membersihkan lantai. Maklum, dia di sana memang hanya bersih-bersih dan melayani pembeli yang membutuhkan bantuan, jadi saat sore tiba ia biasa pulang paling akhir, karena bukan hanya bagian depan saja yang ia bersihkan. Melainkan bagian dapur juga.

Saat baru saja ia keluar dari arah dapur, dia terkejut saat mendapati sang bos tengah berdiri menghalangi jalannya. Viona melihat sebentar ke arah Erina, sedetik kemudian dia pun bertanya. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanyanya seraya menundukkan kepala.

"Ke ruangan saya sebentar." begitu perintah Erina seraya memutar tumit dan berjalan menuju lantai dua, tempat ruangan khusus untuknya berada.

Terkejut dan takut. Begitulah yang Viona rasakan saat ini. Tidak biasanya sang bos memanggil karyawan ke ruangannya. Terkecuali saat tanda tangan gajian. Namun, karena dia tidak bisa bertanya ada apa, jadi, yang bisa dilakukannya hanyalah menurut. Membuntuti langkah sang bos cantik, berbadan ideal, dan berpakaian branded.

Begitu sampai di ruangan Erina, dia disuruh untuk masuk dan duduk. Sementara bos cantik itu sudah duduk terlebih dulu dengan menyilangkan kaki.

"Kamu kenapa?" tanya Erina yang lantas membuat Viona sebentar melihat ke arahnya.

"Saya tidak apa-apa, Bu," jawabnya. Berharap tidak ada karyawan lain yang mengadukan pada sang bos, kalau seharian ini dia tidak segesit biasanya.

"Ibu kamu, sakit?" tanya Erina lagi.

Dengan alis yang berkerut bahkan hampir bersatu itu, dia mengangguk. Entahlah, kenapa tiba-tiba bosnya itu jadi perhatian. Padahal biasanya, bos cantiknya itu tidak pernah basa-basi bertanya tentang keluarga karyawannya, apalagi ngobrol dan duduk berhadapan seperti sekarang ini.

Maklum saja, Erina adalah perempuan dewasa yang sangat sibuk. Toko kue yang ia punya tidak hanya satu, jadi, tidak ada waktu mungkin untuk wanita itu sekedar basa-basi. Begitu pikir Viona dan karyawan lain saat penasaran dengan keseharian sang bos mereka.

"Iya, bu," jawab Viona lagi, masih dengan kebingungannya.

"Kamu butuh uang berapa?"

Kelopak mata Viona melebar, bahkan mungkin bola matanya hampir keluar saking terkejutnya. "Ma-maksudnya, Bu?" tanya balik dirinya yang masih tak percaya.

Tiba-tiba saja, bos yang jarang banget bicara dengan karyawannya menanyakan berapa uang yang ia butuhkan. Mungkinkah, ini jawaban dari doa-doa yang ia panjatkan semalam?

"Banyak Bu, ibu saya harus segara operasi soalnya," kata Viona. "Sebelumnya, maaf Bu. Tapi, dari mana ibu tahu?" sambung gadis itu memberanikan diri bertanya.

"Enggak penting, yang terpenting adalah, saya bisa bantu kamu, dengan syarat," ucap Erina.

"Syarat?" tanya Viona meminta penjelasan. "Syarat apa, Bu?" sambungnya bertanya.

"Menikahlah dengan suamiku, maka aku akan membayar semua biaya pengobatan ibu kamu, Viona." kata Erina seraya mencondongkan tubuhnya ke depan gadis itu, dengan nada suara yang sedikit ia pelankan.

Kini kelopak mata Viona kembali melebar, bola matanya pun kembali hampir keluar. Apa yang baru saja dikatakan bosnya sungguh g i l a. Gadis itu bahkan sampai menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

'Menikah? Dengan suami orang? Ah, Ya Tuhan ... apa ini, kenapa Engkau mengabulkan lewat jalan yang aneh seperti ini," kata Viona dalam hati.

Gadis itu masih diam membisu, dia tak mengerti dengan apa yang dikatakan sang bos dinginnya itu. Pasalnya, suami dari Erina adalah lelaki tampan dengan sejuta pesona, kendati usianya sudah kepala empat, namun percayalah, kalau wajah dan tubuhnya tak memperlihatkan bahwa lelaki yang sudah beristri itu sudah bisa dibilang tua.

"Pikirkan baik-baik tawaran ini, Viona," ucap Erina lagi. "Tenang aja, aku dan suamiku nggak akan aneh-aneh sama kamu. Kalian hanya menikah kontrak saja, setelah kamu bisa memberikan kami anak, kamu bisa pergi dengan catatan sudah melunasi hutang."

"Saya masih tidak mengerti, Bu. Jadi, saya dan Bapak menikah kontrak, dan intinya saya menjual anak saya, begitu?" tanya perempuan muda itu lagi, memastikan.

"Viona, saya tidak bisa memberikan suami dan keluarga besarnya keturunan, dan satu-satunya cara adalah menikahkan dia dengan kamu. Wanita yang tengah membutuhkan uang."

Viona masih diam. "Selain kontrak, dan siri. Status kamu juga tidak akan diketahui siapapun. Ini bersifat rahasia. Kamu, jadi madu rahasia," sambung Erina.

Hening. Viona masih memikirkan apa yang dikatakan sang bos. Dia memang membutuhkan uang untuk saat ini. Tapi ... apa harus dengan cara seperti itu, guna untuk mendapatkan uang dengan cara kilat. Viona masih tidak mengerti.

"Silakan pikirkan baik-baik tawaran aku ini, Viona. Nyawa ibumu dalam bahaya. Mikirnya jangan lama-lama," kata Erina lagi.

"Pulanglah, pikirkan. Jika kamu setuju, besok kamu bisa langsung ke rumah."

"Percaya deh, kalau kamu terima tawaran ini. Tidak akan ada tangis yang akan mengakibatkan wajah kamu sembab berhari-hari."

Erina beranjak dari duduknya dan pergi dari sana, meninggalkan Viona yang masih terbengong ditempatnya.

...----------------...

Dengan langkah gontai Viona berjalan di lorong rumah sakit. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan sang bos. Tawaran itu sangat menggiurkan, tapi ... menikah?

Viona mengembuskan napas kasar, "apa tidak ada cara lain, selain menikah dan memberikan anak?" gumamnya.

"Apa, aku tidak seperti tengah menjual anakku?" tanyanya pada angin yang berembus.

Sore menjelang magrib ini lorong rumah sakit lumayan rame. Tapi, Viona tak perduli pada lalu-lalang orang. Yang jelas, ia tengah memikirkan tawaran aneh dari bosnya itu. Lalu, wanita cantik yang saat ini masih mengenakan seragam toko itupun duduk di kursi yang ada, yang kebetulan ia lewati dan tidak ada yang menduduki.

Ia r e m a s-r e m a s tangannya, dengan wajah yang menunduk melihat ke arah sepatu bututnya berada. "Kalau ibu tahu, aku jelas tidak dibolehkan seperti itu."

Ya, Viona masih dalam kebimbangan. Antara iya dan tidak. Sampai akhirnya kumandang adzan magrib terdengar, wanita cantik itu lantas mendongak mendengarkan adzan seraya berucap syukur. Dia berniat akan shalat di masjid rumah sakit terlebih dulu, setelahnya baru menemui sang ibu.

Viona sedikit tenang karena tidak ada telepon untuknya, jadi dia bisa memikirkan sendiri terlebih dulu dan meninggalkan sang ibu di rungan kelas tiga dengan banyak orang. Ya, karena satu ruangan itu ada enam ranjang yang hanya diberi sekat gorden saja.

Maklum, uang Viona tak akan mampu jika untuk membayar kamar nomor dua apalagi satu. Karena sekarang ini, tabungannya saja sudah sangat tipis.

Di dalam masjid, dia bersimpuh. Berdoa dan memohon kepada Sang Maha Kuasa, agar diberikannya jalan yang terbaik. Tangannya masih menengadah ke atas sampai di mana ponselnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. Segera ia usaikan doanya, dan melihat siapa yang menghubungi dirinya.

"Nomor ibu," gumamnya.

Perasaan khawatir kembali melanda, dengan cepat dan buru-buru dia membuka mukenah dan segera berlari menuju ruangan sang ibu. Air matanya kembali menggenang, kendati belum mengerti pastinya seperti apa. Hingga saat dia tiba di ruangan yang penuh kamar itu, ia lantas bingung.

"Ibu di mana?" tanyanya dengan air mata yang membanjiri pipi.

"I-ibu."

Dengan pelan Viona mendekat ke arah ranjang yang saat ini sudah rapi dan bersih kembali. Tidak ada ibunya serta barang-barang yang memang hanya termos kecil dan satu gelas. Ia menangis mengusap ranjang kosong itu.

"Ibu," serunya menangisi ranjang kosong. "Ibu di mana," sambungnya.

Setiap orang yang tengah menunggu pasien di sana memperhatikan Viona dengan heran. Sampai ada satu perawat yang datang dan menenangkan tangis gadis itu yang menjadi-jadi, bahkan sampai sesenggukan dan tidak bisa bicara apa-apa.

Perawat muda itu lantas memeluk Viona yang ia kenal karena beberapa kali bertemu di ruangan itu.

"I-ibu saya, Sus," kata Viona terbata-bata dalam pelukan sang perawat bernama Kartika itu.

Sampai di mana ponselnya kembali berdering, dan lagi-lagi dari nomor sang ibu. Dengan perasaan kalut ia menjawab panggilan itu dengan pelan.

"Apa?" tanyanya dengan nada terkejut.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

awal yg bagus ceritanya

2024-07-10

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sambutan melow di awal bab ... ijin baca thor.. 🙏🙏..

2023-10-12

0

beybi T.Halim

beybi T.Halim

namanya juga cerita halu ..,mungkin program BPJS gak masuk dalam cerita ini..,habis pemeran utama nya sll bingung cari uang untuk berobat 🤭🤭😊pdhal bs pake bpjs

2023-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!