Memulai

Semalam Viona meminta sang ibu untuk menggeser tubuhnya, dan dia lantas membaringkan tubuh lelahnya itu di belakang sang ibu. Memeluk tubuh kurus nan berkulit keriput itu dari belakang tanpa melepaskan sedikitpun. Bahkan paginya gadis itu hanya bangun untuk shalat saja, setelahnya ia kembali ke balik punggung sang ibunda tercinta.

"Ada apa denganmu, Vio. Sampai nempel seperti ini, apa tidak kerja hari ini?" tanya sang ibu pada anak perempuannya itu.

"Biarkan aku seperti ini Bu, jangan suruh aku untuk beranjak." jawab Viona. "Ibu mau sembuh 'kan?" tanya gadis itu.

"Iya tentu, Vio. Ibu ingin sembuh dan bisa kembali menemani hari-hari kamu, sampai kamu memiliki suami yang baik dan kamu memiliki kehidupan yang layak," ujar ibu.

"Baiklah, nanti Vio akan kerja di luar kota. Tapi Ibu tenang saja, nanti akan ada suster yang menjaga dan menemani Ibu," ucap Viona dengan menahan air mata yang memaksa ingin segera keluar.

"Kerja di luar kota?" Ibu membalikkan badannya dan memandang wajah putrinya itu. "Di mana jelasnya?" tanya ibu lagi. "Kamu akan meninggalkan wanita paruh baya ini sendirian?"

Air mata yang sengaja ditahan itu akhirnya keluar juga. "Di Bandung, pokoknya aku akan cari kerja yang uangnya banyak, bisa untuk mengobati ibu dan membayar biaya suster. Tidak apa 'kan?" tanya wanita muda itu. "Vio ingin ibu sembuh, jadi nanti ... kalau ibu di suruh dokter untuk menyiapkan diri pergi ke Singapore, ibu nurut saja ya," sambung gadis itu dengan menangkup kedua sisi wajah ibunya itu.

"Aku ingin yang terbaik untuk ibu."

"Kamu tidak menjual dirimu 'kan, Nak?" tanya ibu dengan wajah tak percaya. "Ibu tidak ingin sembuh, jika dari hasil seperti itu."

"Biarkan saja ibu mati, dari pada kamu harus menjual diri kamu," sambung ibu dengan air mata yang menetes. "Pada siapa kamu menjual dirimu, hah!"

Viona menggeleng, "kenapa ibu berpikiran seperti itu. Aku tidak akan melakukan hal menjijikan seperti itu, Bu."

"Jangan bohong Vio. Orang seperti kita, akan susah mendapatkan uang. Dan jika sekalinya langsung punya uang banyak, kerja apalagi, kalau bukan--"

"Bukan, Bu!" kesal Viona. "Ibu percaya saja sama Vio, aku akan sekuat tenaga mencari uang. Ibu jangan banyak berpikir macam-macam." sambungnya dengan memeluk sang ibu. Jangan lupakan tangis yang kini pecah.

Dua wanita beda usia itu menangis tersedu-sedu, di atas ranjang pasien, dan dengan keadaan yang sangat sepi.

Perpisahan ini sungguh-sungguh menyakitkan, Viona bahkan rasanya belum puas memeluk sang ibu tercinta. Saat ada seseorang yang mengaku adalah suster yang akan menjaga ibunya. Pun juga seorang pria yang dengan bisik-bisik berkata bahwa dia di suruh Erina untuk menjemput dirinya.

Sebelum dia benar-benar pergi, tak lupa ia ciumi wajah keriput ibunya itu. Lantas ia juga meminta nomor suster yang mengaku bernama Mita itu. Gadis cantik itu meminta agar Suster Mita terus memberi tahu setiap perkembangan keadaan ibunya. Baik masih di sana, maupun saat sudah di Singapore nanti.

Di dalam perjalanan yang lumayan jauh, ia hanya menoleh ke arah luar. Dia pandangi setiap jalan yang ia lewati. Setelah saat ini, entah kapan lagi dia bisa melihat dunia indah ini. Karena sesuai peraturan, dia tidak bisa kemanapun tanpa izin.

Sedih, jelas ia rasakan. Tapi ... ah, sudahlah, semua sudah terlanjur. Dia sudah menyetujui segalanya, bukan.

...----------------...

Di rumah besar berlantai dua itu dia berada. Dengan duduk diam, ia di dandani oleh seseorang yang dibayar Erina. Sebenarnya dia tidak ingin didandani apalagi memakai kebaya. Namun, Erina menginginkan hal demikian, jadi ... dia mematuhinya.

Seusai memakai kebaya putih dengan bawahan kain jarik, serta jilbab berhiaskan bunga dan mahkota. Dia lantas di ajak untuk turun.

Ruangan yang menjadi tempat akad pun dihiasi bunga, seperti pernikahan pada umumnya. Dan itu semua semakin membuat Viona merasakan sakit. Karena ini hanyalah pernikahan kontrak belaka, bukan pernikahan sesungguhnya yang dilandasi atas dasar cinta.

Sampai di mana ijab qobul dilaksanakan. Pernikahan secara agama saja itu sah, dengan mahar berupa uang satu miliar. Viona meneteskan air matanya lagi, namun segera dihapus oleh Erina yang duduk dengan tenang disebelahnya.

"Sudahlah, pikirkan saja kesehatan ibumu."

Seusai acara, semua orang pergi. Dan kini hanya menyisakan tiga manusia, yaitu; Erina, Ethan dan Viona. Bahkan, wanita cantik yang saat ini memakai celana kulot panjang, dengan tunik dan jilbab pasmina itu memotret suami dan madu rahasianya.

Kata wanita itu, "ini adalah momen spesial, mau bagaimanapun keadaannya. Harus ada foto pernikahan. Anggap saja untuk sebuah kenangan." begitu ujar Erina.

Setelah acara foto yang dilakukan oleh istri sah pertama, lantas dilanjut dengan makan nasi kuning. Entah apa tujuan Erina, yang jelas Viona hanya menurut saja.

"Setelah ini, aku pulang dulu ya," ucap Erina pada Ethan yang saat ini duduk di kursi makan.

Lelaki yang masih mengenakan kemeja warna putih itu hanya mengangguk. Terlihat sangat enggan, untuk menjawab. Mungkin, lelaki itu tengah merasakan kesal.

"Jangan lupa, di gas. Biar sekali saja langsung jadi. Aku nggak mau kalau kelamaan nunggu Vio hamil. Apalagi sampai berbulan-bulan." ujar Erina seraya beranjak dari duduknya.

"Layani suamiku sebaik mungkin Viona! Aku sudah capek di katai mandul, sekarang saatnya mereka tidak lagi menghinaku." sambung Erina seraya pergi dari dua manusia yang baru saja menikah dan duduk di kursi dengan diam.

Nasi di piring tidak bisa Viona habiskan. Lantas dia menaruh sendok dan mengambil gelas yang ada di sebelahnya. Di minumnya air putih itu sampai tandas. Berharap, sedikit saja bisa menghilangkan rasa sesak di dadanya. Karena jujur saja, yang ada di dalam benak dan pikiran gadis itu adalah sang ibu. Entah kenapa, ia merasa sangat bersalah sekali atas apa yang sudah ia lakukan saat ini.

"Viona," panggil Ethan.

Gadis itu sedikit terkejut, namun ia segera menguasai dirinya agar tak terlalu ketara. "I-iya, Pak," jawabnya gugup.

"Ini masih siang, saya akan pergi sebentar. Kamu jangan pergi, istirahat saja. Di atas ada kamar, kamu tahu 'kan?" tanya lelaki itu. Viona hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Kamu istirahat saja di sana, tidak usah bersih-bersih rumah, di sini ada asisten rumah tangga." sambung pria itu.

"Ba-baik, Pak," jawab Viona.

"Oh iya, ganti bajumu. Susah 'kan pakai pakaian seperti itu."

Viona kembali mengangguk. "Oke. Saya pergi."

Viona terdiam di tempatnya duduk. Lelaki yang baru saja menikahinya itu pergi dengan membawa serta jas yang tadi ia kenakan. Ia hanya bisa memandangi punggungnya sampai kini tak lagi terlihat. Tak lama setelahnya l, terdengarlah suara mobil pria itu keluar dari pelataran rumah besar itu.

Dia pandangi seisi ruangan, lantas tersenyum miris. Di rumah inilah, ia akan tinggal. Menikmati hari-harinya, sampai nanti. Saat selesai sudah tugasnya menjadi seorang istri kontrak. Atau, lebih tepatnya istri bayaran.

'Hah, istri bayaran. Madu rahasia, ya ampun ... statusku jelek sekali,' ucap Viona dalam hati.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

aku tangerang.city 😂

2024-07-10

0

Ama

Ama

aku baca krna lihat napen ny🤣 Banyumas nya mana nih thor

saya cilacap🤣

2023-10-28

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

mirisnya nasib Viona.. harus pasrah dan terima tamparan kenyataan... hidup tak selamanya harus indah sesuai apa yg di harapkan krn terkadang realita tak seindah ekspektasi...seperti Viona yg harus pasrah dlm permainan takdir...

2023-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!