Mengulang Kembali Waktu Untuk Balas Dendam Yang Sempurna

Mengulang Kembali Waktu Untuk Balas Dendam Yang Sempurna

Chapter 1

“Alicia Anderson, kau benar-benar bodoh, ya?”

Aku menatap nanar ke arah sosok yang selama ini selalu kupercayai. Dari mana semua kesalahan ini bermula? Aku benar-benar tidak tahu.

Semua yang kulakukan selama ini terasa sia-sia. Semua perjuangan yang kulakukan selama ini tidak ada artinya sama sekali.

Di dalam hatiku aku benar-benar bingung dan bertanya-tanya: “mengapa semua yang kuperjuangkan selama ini terasa tidak berarti sama sekali di matamu?”

“Maaf, ya, Kak.”

Lucy, adikku tercinta, yang selalu kupercayai selama ini, nyatanya menusukku dengan cara paling menyakitkan.

Dor!! Dor!!

Timah panas menembus rongga dadaku sebelah kiri. Terasa begitu perih dan panas. Air mataku bahkan sampai keluar karena tidak sanggup menahan rasa sakitnya.

Buk!!

Aku menatap nanar tiga orang yang paling kupercayai, kucintai dan kuandalkan selama ini. Ketiganya tertawa terbahak-bahak sambil melihat ke arahku yang telah terkapar tidak berdaya di atas lantai dengan tubuh berlumuran darah.

“Ke...na...pa?? Uhukk....Uhuk....” tanyaku kepada mereka dengan tatapan kecewa dan bingung.

“Alicia sayang, kamu masih belum mengerti situasi saat ini? Apa kamu terlalu naif atau terlalu bodoh? Sejak awal kami tidak pernah menyukaimu.”

Kedua mataku terbelalak mendengarkan perkataan Timothee Jordan, tunanganku yang selalu kucintai selama ini. Orang yang membuatku rela untuk menyerahkan segala milikku padanya.

“Aku hanya memanfaatkanmu selama ini.” Ia tersenyum meremehkan ke arahku.

Pandanganku mulai kabur, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas bagaimana mesranya ia mengecup kening Lucy, adikku.

Mengapa? Dadaku tidak hanya terasa nyeri akibat luka tembakan yang dibuat oleh tunanganku sendiri, tapi juga sakit karena pengkhianatan yang aku terima dari mereka yang selalu kupercayai dan kucintai dengan sepenuh hati selama ini.

“Dengan begini, seluruh kekayaan keluarga Anderson akan jatuh ke tangan kami. Kami benar-benar berterima kasih atas kebodohanmu selama ini.”

Ketiganya tertawa cekikikan seolah-olah tujuan mereka benar-benar sudah tercapai.

Kesadaranku semakin menurun. Penglihatanku mulai menggelap, tapi aku masih bisa mendengar suara tawa ketiganya.

Jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku memanjatkan sebuah permohonan pada Sang Ilahi agar aku bisa selamat dari semua ini. Aku ingin sekali membalaskan rasa sakit yang sudah kualami saat ini.

“Andai saja waktu bisa diulang, aku tidak akan pernah memaafkan kalian,” gumamku sebelum seluruh pandanganku menjadi benar-benar gelap.

***

Aku terbangun dengan menatap langit-langit yang terasa tidak asing. Ini adalah langit-langit kamarku sebelum usaha ayahku mengalami kebangkrutan dan hanya menyisakan tumpukan hutang yang melimpah. Iya, melimpah dengan kesengsaraan.

Sebenarnya kami tidak akan begitu sengsara seandainya Lucy dan ibunya tidak begitu boros. Mengapa aku mempertahankan mereka di sisiku padahal mereka hanya seperti benalu selama ini? Benar kata mereka, aku benar-benar bodoh.

“Apa ini akhirat?” gumamku.

Langit-langit yang tidak terasa asing ini membuatku berpikir bahwa akhirat ternyata sama saja dengan dunia tempatku tinggal. Hanya saja tempat ini setidaknya membuatku kembali mengingat kenangan-kenangan indah yang tersimpan di dalam memoriku sebelum aku mengingat sakitnya pengkhianatan yang aku terima menjelang ajalku.

“Alicia, apa kamu sudah bangun?”

Aku tersentak begitu mendengar suara yang tidak asing masuk ke dalam indra pendengaranku. Suara yang membuatku merasakan rasa sakit yang teramat sangat di dalam rongga dadaku sampai kematian menjemputku. Suara yang sangat kubenci sampai aku menaikkan permohonan pada Sang Ilahi agar aku bisa membalaskan rasa sakitku ini.

“Alicia!”

Tanpa perlu mengetuk pintu ataupun permisi, wanita paruh baya itu masuk setelah membuka pintu kamarku. Aku menatap tajam ke arahnya meskipun dalam benakku aku mempertanyakan keberadaannya di dalam rumahku saat ini.

“Kenapa kamu masih berbaring? Cepat siap-siap. Kamu tahu kan hari ini ada pembicaraan yang penting dengan keluarga Jordan?” katanya sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Mengapa aku tidak pernah sadar sedari awal? Dari cara ia menatapku saja sudah jelas ia tidak pernah menyukaiku. Apa sebegitu inginnya aku dengan sosok seorang ibu sampai buta bahwa yang di depanku itu jelas-jelas bukanlah figur seorang ibu yang selalu aku idam-idamkan selama ini?

“Cepat mandi dan berdandan yang cantik. Kamu bahkan terlalu beruntung sampai bisa dijodohkan dengan putra kedua dari keluarga Jordan. Meskipun bukan pewaris, tapi ia masih diberikan kekayaan yang melimpah oleh keluarganya. Andai saja Lucy bisa seberuntung kamu. Benar-benar tidak adil.”

Aku hanya menatap tidak suka ke arahnya sampai wanita itu keluar dari dalam kamarku. Aku benar-benar membencinya.

Entah dari mana ayahku mendapatkan wanita j4l4ng seperti itu untuk dinikahi. Apalagi wanita itu memiliki seorang putri yang usianya hanya berbeda satu tahun dariku.

Andai saja ibuku tidak meninggal usai melahirkanku, semua ini tidak akan pernah terjadi. Ibuku pasti jauh lebih baik dibandingkan dengan dua parasit yang selama ini menggerogoti kekayaan keluargaku.

Tidak, bukan dua. Lebih tepatnya tiga. Aku masih ingat dengan jelas alasan mereka mempermainkan dan membunuhku. Semua karena kekayaan keluargaku.

“Benar-benar membuat jijik. Apa yang membuatku buta sampai aku berpikir mereka mencintaiku sama seperti aku mencintai mereka? Aku benar-benar bodoh.”

***

Aku berjalan menuruni tangga dengan malas. Aku benar-benar tidak ingin perjodohanku dan Timothee kembali terulang. Aku tidak ingin kembali bernasib sama. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan agar aku bisa terbebas dari perjodohan sialan ini.

“Kamu sudah datang, sayang?”

Ayahku menyambutku yang baru turun dari tangga dengan wajah sumringah. Itu adalah wajah yang sangat kurindukan di kehidupanku dulu. Aku bahkan hampir menangis karena bisa melihat wajah itu lagi.

Dia tampak lebih muda dan masih sehat. Ini adalah masa-masa di mana ayahku masih belum sakit-sakitan dan akhirnya meninggal.

“Ke sini.” Ayahku menuntunku dengan lembut sampai aku duduk di kursi yang berseberangan dengan Timothee, laki-laki yang sudah mengkhianatiku dan berselingkuh dengan Lucy, adikku.

Aku bisa melihat ekspresi kurang suka yang dipancarkan laki-laki itu. Aku tidak begitu peduli, lagi pula aku juga tidak menyukainya.

***

“Ayah,” panggilku dengan sedikit merengek.

“Aku tidak ingin menikah.”

Prang!!

Sendok dan garpu yang sedang digenggam oleh ayahku tiba-tiba terjatuh ke atas lantai. Ia menatapku dengan ekspresi tidak percaya dan mulut menganga.

Aku memang tidak begitu mengerti mengapa aku kembali ditempatkan dalam situasi ini. Awal dari semua kemalangan yang kualami. Tapi aku tidak ingin semua terjadi sama seperti sebelumnya.

Jika aku benar, berarti waktu telah terulang kembali ke lima tahun yang lalu. Tapi aku masih ingin memastikannya. Caranya adalah melakukan hal yang tidak pernah kulakukan selama ini, yakni menjadi pembangkang.

Di kehidupanku kali ini, aku tidak ingin menjadi si bodoh yang penurut. Aku tidak ingin hanya dimanfaatkan, lalu mati dengan menyedihkan. Setidaknya di kehidupan kali ini, aku ingin melawan takdir yang sudah digariskan di hidupku sebelumnya.

Aku tidak ingin mati dengan menyedihkan kali ini.

"Tunggulah kalian bertiga!" gumamku.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 jejak 💪💪💪😘😘😘

2023-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!