BRAKKK!!
Aku membanting kasar pintu rumahku. Semua orang yang berada di dalam rumah terkejut dengan tingkah kasarku itu. Mereka juga tidak kalah terkejutnya melihat penampilan berantakanku.
“Perilaku kasar macam apa ini?” tanya ibu Lucy.
Meskipun ia telah resmi menikah dengan ayahku, tapi aku tidak pernah sekali pun mau mengakuinya sebagai ibuku. Apalagi aku tahu bahwa ia sebelum menjadi istri Ayahku, hanyalah seorang gundik.
“Diam kamu!” bentakku.
“Akan kuadukan perilaku kasarmu ini ke Ayahmu!” Ibu Lucy mengacungkan jari telunjuknya ke arahku.
“Adukan saja! Kamu kira aku takut!”
Suaraku menggelegar di ruang tamu. Aku benar-benar murka. Dugaanku Lucy yang menyebarkan rumor tidak masuk akal seperti itu.
“Ada apa ini?”
Plak!
Sebuah tamparan kulayangkan ke pipi Lucy begitu ia muncul dari balik pintu di belakangku. Emosiku sudah sampai ke ubun-ubun rasanya.
Lucy menabrak pintu yang ada di belakangnya. Ia terjatuh dan terduduk di atas teras.
Orang-orang yang ada di dalam rumahku melongo melihat apa yang baru saja aku lakukan. Aku yang selalu menjadi anak baik hati di dalam rumah, tiba-tiba berperilaku sangat kasar hari ini.
“Apa yang baru saja kamu lakukan?! Lucy!”
Ibu Lucy berlari menghampiri Lucy yang tampak sangat terkejut setelah kutampar. Wanita itu bahkan sempat menyenggolku dan tidak merasa bersalah sama sekali.
“Ada apa ini ribut-ribut?”
Ayahku berjalan memasuki halaman rumah. Ia terkejut melihat suasana rumah yang tampak tegang. Ia menatapku dan Lucy yang terduduk di lantai sambil memegang pipinya yang tampak memerah secara bergantian.
“It-“
“Ada apa ini Alicia? Jelaskan!”
Belum sempat Ibu Lucy menceritakan apa yang baru saja terjadi, Ayahku langsung memotong ucapannya dan meminta penjelasan dariku.
Air mata yang tadi sudah berhenti keluar dari pelupuk mataku tiba-tiba keluar lagi tanpa bisa kutahan. Aku mencoba menjelaskannya, tapi suaraku bergetar dan ucapanku terbata-bata.
Wajah Ayahku yang tadinya mengeras tiba-tiba panik begitu melihatku menangis dengan sangat menyedihkan. Ia berjalan melewati Lucy dan ibunya, lalu menggandeng tanganku untuk pergi dari sana.
“Ambilkan air minum!” titah Ayahku.
Ia menuntunku untuk duduk di sofa ruang tamu.
Pembantu di rumahku, datang dengan segelas air putih di atas nampan tidak lama kemudian.
“Minum dulu.” Ayahku menyerahkan gelas berisi air kepadaku.
***
Setelah lebih tenang, aku kembali menatap sinis Lucy dan ibunya yang sudah masuk ke dalam rumah. Mereka masih tidak diizinkan oleh Ayahku untuk berbicara.
“Sekarang jelaskan, ada apa sebenarnya?”
“Lucy menyebarkan rumor di kampus kalau aku bukan anak kandung Ayah dan hanya tinggal di rumah ini sebagai parasit. Ia menyebarkan kalau ia sebenarnya anak kandung Ayah. Orang-orang di kampus jadi iba dengannya dan merundungku.”
Semua orang di dalam ruangan itu benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja aku katakan. Tidak ada seorang pun, mungkin kecuali Lucy dan ibunya, yang tahu tentang rumor buruk yang tersebar di kampusku. Bahkan mereka pun mungkin tidak pernah membayangkan aku akan menceritakannya pada Ayahku.
“Tidak. Tidak, Ayah!” bantah Lucy.
“Siapa yang kau panggil Ayah?!”
Suara Ayahku meninggi, wajahnya mengeras. Ia tampak sangat kesal dengan apa yang baru saja didengarnya.
Lucy terdiam begitu mendengar bentakan dari Ayahku. Ia tidak jadi membela dirinya sendiri. Ibunya bahkan tampak ketakutan melihat raut wajah Ayahku saat ini.
“Aku sudah berbaik hati menerima anakmu di rumah ini, tapi lihat apa yang baru saja dia lakukan pada putriku! Kalau tahu seperti ini jadinya, aku tidak akan pernah menerima kalian berdua di rumah ini. Kalian pikir aku tidak tahu bagaimana kelakuan kalian selama ini? Berfoya-foya menghabiskan uang yang sudah susah payah aku hasilkan tiap hari. Ini balasannya?!”
Di dalam hati aku lega. Aku sebenarnya tidak ingin berharap banyak pada Ayahku. Apalagi aku masih ingat rasanya waktu ia menampar pipiku sampai bengkak. Sudut bibirku bahkan sampai robek dibuatnya.
“Nak, kalau besok kamu masih menerima perlakuan yang sama, Ayah sendiri yang akan turun tangan ke kampusmu dan mempermalukan gadis tidak tahu diri itu.”
Sekilas aku bisa melihat Lucy sedang menggigit bibirnya sambil menatap penuh amarah ke arahku. Aku tidak begitu ambil pusing karena itu memang adalah kesalahannya.
“Kau!” Tunjuknya pada Lucy.
“Kalau besok aku masih mendengar hal yang sama, jangan harap kamu bisa menginjakkan kaki ke dalam rumah ini!”
“Mas!”
“Tidak ada bantahan!”
Ayahku masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan kami di ruang tamu dalam suasana tegang. Aku tahu ancaman Ayahku itu tidak pernah main-main.
“Puas kamu?” tanya Ibu Lucy.
“Tidak! Kalian pikir aku senang mendapat perlakuan seperti itu? Kalian pikir aku takut dengan kalian! Lihat saja besok. Aku juga punya cara tersendiri untuk mempermalukan kalian berdua!”
Aku meninggalkan Lucy dan Ibunya yang masih berdiri di ruang tamu. Aku bisa melihat kilatan kebencian dari tatapan keduanya. Tapi aku tidak akan takut ataupun mundur dengan ancaman yang baru saja kulontarkan dari mulutku.
Aku sudah bertekad untuk berubah dan ingin membalas dendam. Hal seperti ini bukanlah hal yang luar biasa melainkan hal yang memang sudah sewajarnya kulakukan sejak awal.
“Mereka harus tahu tempatnya dengan benar.” Kulirik sinis keduanya sebelum berbelok menuju kamarku.
***
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku benar-benar merasa lelah hari ini. Seluruh tenaga yang kumiliki rasanya sudah terkuras bersama emosiku tadi.
“Aku masih tidak percaya Alexander tidak mengatakan apa pun tadi meskipun ia sudah tahu kebenaran dari rumor itu.”
Hatiku menjadi bimbang untuk mendekati laki-laki itu. Tapi aku belum menemukan kandidat yang sesuai untuk memutuskan pertunanganku dengan Timothee.
“Perusahaan apa yang setara dengan JJ Group? Dengan laki-laki lajang yang usianya tidak beda jauh denganku.”
Cukup lama aku termenung, tapi tidak kunjung ada jawaban yang kudapatkan. JJ Group yang akan diwariskan pada Alexander Jordan akan semakin besar di masa depan. Sulit untuk mencari kandidat yang setara dengan Alexander untuk menyingkirkan Timothee dari hidupku.
“Tapi bagaimana jika ternyata Alexander adalah pilihan yang lebih buruk dibandingkan Timothee?”
Berbagai ingatan buruk tentang Timothee melintas di dalam kepalaku. Tentang perselingkuhan laki-laki itu dan Lucy, aku yang memergoki keduanya, sampai ketika aku dibunuh oleh laki-laki itu.
Pikiran-pikiran buruk tentang apa yang aku alami jika Timothee adalah Alexander terus melintas di dalam pikiranku. Alexander lebih pintar dibandingkan dengan Timothee, bukan hal yang baik jika aku bermusuhan dengan laki-laki itu.
Tapi tetap saja aku masih menyimpan sakit hati pada laki-laki itu. Padahal dia bisa saja membelaku, tapi ia tidak melakukannya.
Lelah berpikir, aku memutuskan untuk memejamkan kedua mataku. Aku benar-benar kelelahan.
“Nanti saja kupikirkan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments