Saat pulang dari pemakaman, Suci hanya merasakan keheningan di dalam rumahnya, karena tidak ada lagi sosok Ibu yang selalu menemani hari-harinya, juga menunggunya saat pulang bekerja.
"Rasanya sepi sekali tidak ada Ibu, biasanya Ibu selalu menunggu Suci saat pulang bekerja," gumam Suci dengan buliran bening yang terus mengalir membasahi pipinya.
Sejak ke luar dari bangku SMP, Suci bekerja di rumah makan milik Orangtua Rian, dan di sanalah awal pertemuan Suci dan Rian, sampai akhirnya mereka berdua saling jatuh cinta dan menjalin hubungan.
Suci memutuskan untuk membereskan pakaian Bu Asih, supaya Suci tidak melamun terus.
Ketika Suci membereskan lemari, Suci menemukan sebuah kunci yang berada di antara tumpukan pakaian Bu Asih.
"Kunci apa ini? apa ini kunci kotak yang selalu Ibu simpan dan tidak boleh aku buka?" gumam Suci.
Bu Asih selalu mengatakan kepada Suci kalau Suci tidak boleh membuka kotak yang berada di dalam lemari sebelum Bu Asih meninggal dunia, dan Suci selalu merasa penasaran dengan isi kotak tersebut.
Secara perlahan Suci memasukan kunci ke dalam gembok kotak, dan ternyata dugaan Suci benar jika kunci tersebut adalah kunci dari kotak rahasia milik Bu Asih, dan Suci menemukan sebuah surat beserta fhoto Bu Asih dan Pak Iman yang sedang menggendong seorang bayi di dalam nya.
"Bayi siapa ini? sepertinya bayi ini bukan aku, karena ini terlihat seperti bayi laki-laki," gumam Suci.
Dengan tangan bergetar, Suci memberanikan diri untuk membuka surat yang ia temukan di dalam kotak.
Untuk Suci Anak Ibu
Nak, kami harap setelah Suci membaca surat ini, Suci tidak akan membenci Ibu dan Bapak, karena telah menyimpan rahasia besar tentang siapa Suci sebenarnya dalam seumur hidup kami.
Maaf jika selama ini Ibu tidak bisa jujur kepada Suci kalau sebenarnya Suci bukanlah Anak kandung Ibu dan Bapak, karena kami tidak ingin Suci merasa sakit hati apabila mengetahui semua kebenarannya.
Sebenarnya orangtua Suci adalah majikan Ibu dan Bapak, mereka bernama Tuan Fadil dan Nyonya Erina. Saat itu Nyonya Erina dan Ibu melahirkan pada waktu yang bersamaan, dan Nyonya Erina yang melahirkan bayi perempuan, bersikeras ingin menukar bayinya dengan bayi kami yang berjenis kelamin laki-laki.
Nyonya Erina mengatakan jika Tuan Fadil menginginkan bayi laki-laki, sehingga Nyonya Erina takut Tuan Fadil akan menceraikannya jika mengetahui dirinya melahirkan bayi perempuan.
Ibu dan Bapak sebenarnya tidak rela menukar bayi yang bahkan belum kami beri nama dan baru kami gendong satu kali, tapi saat itu Nyonya Erina mengancam akan melaporkan kami kepada pihak berwajib dengan tuduhan mencuri, sehingga kami terpaksa menukar bayi kami dengan bayi Nyonya Erina yang kami beri nama Suci.
Ibu hanya memiliki fhoto ini sebagai kenangan satu-satunya bersama Anak Ibu. Semoga suatu saat nanti Suci bisa bertemu dengan Anak kandung kami, dan tolong katakan pada Anak kami jika kami sangat menyayanginya.
Nak, jika Suci ingin bertemu dengan orangtua kandung Suci, Suci datang ke alamat yang Ibu tulis di bawah surat ini. Sekali lagi Ibu minta maaf karena tidak sanggup mengatakan semuanya secara langsung. Akan tetapi, Suci harus tau, meski pun Suci bukan Anak kandung kami, tapi Ibu dan Bapak sangat menyayangi Suci seperti Anak kandung kami sendiri.
Jantung Suci berdetak kencang, matanya memerah karena menahan amarah pada Ibu kandungnya sendiri yang sudah tega menukar dirinya dengan bayi Bu Asih.
"Kenapa ada seorang Ibu yang begitu tega menukar Anak kandungnya sendiri?" gumam Suci dengan berlinang airmata.
Suci yang begitu marah terhadap Ibu kandungnya, bahkan tidak mau melirik alamat yang ditulis oleh Bu Asih.
"Bu, makasih banyak Ibu dan Bapak sudah menyayangi Suci seperti Anak kandung kalian sendiri. Suci sudah memutuskan tidak akan pernah menemui orangtua kandung Suci. Percuma Suci menemui orang yang tidak menginginkan Suci, karena sudah pasti mereka tidak akan mengakui Suci sebagai Anak kandungnya," gumam Suci dengan kembali memasukan fhoto beserta surat ke dalam kotak.
......................
Sore harinya, Suci mengadakan acara tahlil Bu Asih dengan membuka celengan yang ia miliki, untung saja keluarga Bu Inah selalu membantu Suci mengerjakan semuanya.
"Bu, makasih banyak ya, karena Ibu dan Bapak selalu membantu Suci," ucap Suci kepada Bu Inah dan Pak Maman selepas acara tahlil.
"Nak, sudah seharusnya sebagai sesama manusia kita saling tolong menolong, apalagi kami adalah tetangga Suci. Kalau ada apa-apa Suci jangan sungkan ya, kalau mau Suci bisa tinggal di rumah kami. Suci pasti merasa kesepian karena harus tinggal sendirian," ujar Bu Inah.
"Makasih banyak Bu, Suci tinggal di sini saja, sayang juga kalau rumah peninggalan Ibu dan Bapak tidak ditempati," ujar Suci yang lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah yang sebenarnya sudah tidak layak huni, tapi Suci juga tidak ingin terus merepotkan Bu Inah dan Pak Maman, apalagi mereka juga memiliki banyak Anak yang masih kecil-kecil.
................
Satu minggu kini telah berlalu dari semenjak meninggalnya Bu Asih, dan Suci mencoba bangkit dari keterpurukan dengan kembali bekerja, meski pun Suci sudah bisa menebak jika Nyonya Linda pasti akan memecatnya.
Setelah sampai di tempat kerja, semua teman Suci mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang menimpa Suci, tapi ada juga beberapa teman yang terlihat bahagia ketika mendengar Suci mendapatkan musibah.
"Suci, kamu dipanggil oleh Bu Linda," ujar salah satu teman Suci yang bernama Reni.
Suci mengetuk pintu ruang kerja Bu Linda, dan Suci dipersilahkan masuk.
"Silahkan duduk," ujar Bu Linda dengan ketus.
Setelah Suci duduk, Bu Linda mengutarakan maksudnya.
"Tadinya saya ingin memecat kamu Suci, tapi Rian memohon kepada saya untuk tetap mempekerjakan kamu, jadi saya terpaksa mengikuti permintaan Rian. Saya harap kamu tidak mengganggu Rian lagi, karena saya sudah menjodohkan Rian dengan Anak dari teman saya yang sudah tentu sepadan dengan kami, dan sebentar lagi Rian juga akan bertunangan dengan Alina."
Suci bagai tersambar petir mendengar kabar pertunangan Rian dengan perempuan lain, tapi Suci berusaha untuk ikhlas menerima semuanya, karena Suci sadar diri jika dirinya tidak pernah pantas untuk Rian.
"Terimakasih atas kebaikan hati Nyonya yang masih bersedia mempekerjakan saya. Nyonya tenang saja, saya juga tau diri, dan saya tidak mungkin mengganggu Tuan muda Rian lagi," ucap Suci dengan menahan sesak dalam dadanya.
"Bagus kalau kamu tau diri dengan status kamu, karena kamu dan Rian bagaikan bumi dan langit yang tidak akan pernah bisa bersatu. Apalagi sekarang kamu sudah kotor, dan perempuan kotor seperti kamu hanya akan menjadi sampah masyarakat," ujar Mama Linda dengan tersenyum mengejek.
"Cukup Ma !!" teriak Rian yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Mama Linda.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Dara Wati
Ternyata Arya anak pembantu tohh
2023-10-17
2
auliasiamatir
gak kebayang kalau aku berada di posisi suci, mampus lah tu si arya
2023-09-05
1
Indah MB
ibarat sudah jatuh tertimpa tangga masuk got pula...
semoga kamu kuat ya Suci..
Menikah dengan Mr. Arogan Mampir
2023-06-25
1