Suci menangis pilu di depan jenazah Bu Asih, karena Suci tidak menyangka keluarga satu-satunya yang dia miliki pergi secepat itu.
"Bu, bangun Bu, kenapa Ibu ninggalin Suci secepat ini?"
"Nak, ikhlaskan kepergian Bu Asih supaya beliau tenang dia alam sana, dan jangan sampai air mata Suci menetes pada jenazah Ibu, karena itu akan membuat Ibu merasa berat meninggalkan dunia ini," ujar Bu Inah dengan membantu Suci menjauh dari Jenazah Bu Asih, supaya airmata Suci tidak mengenai jenazah Ibunya.
Saat ini beberapa tetangga Suci kembali berbisik membicarakan tentang kejadian yang menimpa Suci.
"Kalau saja si Suci tidak ke luar malam-malam dan menjadi korban pe*merkosaan, mungkin Bu Asih tidak akan meninggal dunia."
"Bu, jangan seperti itu, kasihan Suci karena pernikahannya dibatalkan, ditambah lagi Ibunya meninggal dunia," ujar salah satu tetangga yang lainnya.
Degg
Jantung Suci rasanya berhenti berdetak ketika mendengar perkataan para tetangganya, Suci baru mengetahui kalau pernikahannya dengan Rian telah dibatalkan.
Pantas saja Rian tidak ada di sini, karena ternyata dia telah membatalkan pernikahan kami. Mikir apa kamu Suci, saat ini kamu telah kotor, sudah pasti Rian akan merasa jijik dengan kamu, batin Suci dengan menahan sesak dalam dadanya.
Suci kembali teringat dengan kejadian malang yang menimpanya, dan Suci merasa jijik dengan tubuhnya sendiri, sampai akhirnya Suci berlari ke dalam kamar, karena dirinya sudah tidak kuat menahan airmata yang sudah tidak dapat dibendungnya lagi.
"Bu, maafin Suci, seandainya semalam Suci mendengar kata-kata Ibu, Suci pasti tidak akan mengalami nasib buruk yang menghancurkan masa depan Suci, dan Suci pasti tidak akan kehilangan Ibu," ujar Suci dengan menangis memeluk fhoto Bu Asih.
Bu Inah yang merasa khawatir kepada Suci, memutuskan untuk menyusul Suci ke dalam kamarnya.
"Nak, Suci jangan mendengarkan perkataan oranglain, Suci tidak boleh menyalahkan diri sendiri, karena semua yang terjadi dalam kehidupan Suci sudah menjadi takdir yang digariskan oleh Tuhan. Suci harus ikhlas, Suci harus tabah menghadapi semuanya," ujar Bu Inah dengan memeluk tubuh Suci.
"Bu, sekarang hidup Suci sudah hancur, Suci sekarang hidup sebatang kara," ujar Suci dengan menumpahkan tangisannya dalam pelukan Bu Inah.
"Nak, Suci tidak sendirian, Allah SWT akan selalu ada untuk umat-Nya yang bersabar, Suci juga masih memiliki Ibu dan keluarga Ibu, kami sudah menganggap Suci sebagai keluarga kami sendiri."
"Makasih banyak ya Bu, Ibu dan keluarga sudah baik sama Suci."
"Sudah seharusnya sesama manusia kita saling membantu. Nak, apa Suci mengenal laki-laki yang telah menodai Suci?"
"Tidak Bu, Suci tidak mengenal mereka, sepertinya mereka bukan orang sini, karena mobil yang mereka gunakan memiliki plat B."
"Nak, memangnya mereka berapa orang? Suci masih ingat tidak wajah mereka?"
"Suci tidak terlalu jelas melihat mereka, hanya satu yang paling jelas Suci lihat, dan mereka memanggil lelaki tersebut dengan nama Arya, dan Arya adalah lelaki yang telah menghancurkan hidup Suci Bu."
Bu Inah hanya bisa menghela napas panjang, karena Bu Inah sangat mengerti perasaan Suci yang saat ini begitu hancur, tapi mereka tidak memiliki bukti apa pun untuk melaporkan pelaku kejahatan yang telah melecehkan Suci.
"Bu, siapa yang semalam menemukan Suci? karena sebelum pingsan, Suci samar-samar mendengar suara Rian yang memanggil nama Suci."
"Semalam Rian dibantu Suami Ibu dan dua tetangga lainnya mencari keberadaan Suci. Bapak bilang, Rian yang pertama kali menemukan Suci. Suci lihat jaket ini, ini adalah jaket Rian yang dia pakai untuk menyelimuti tubuh Suci," ujar Bu Inah dengan memberikan jaket Rian kepada Suci.
Suci menangis dengan memeluk jaket Rian, dan aroma tubuh Rian masih menempel pada jaket tersebut. Ketika Suci meraba saku jaket Rian, Suci menemukan sapu tangan yang dipakai Arya untuk menyumpal mulutnya.
Darah Suci langsung mendidih ketika memegang sapu tangan yang sudah menjadi saksi bisu saat Suci kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, dan Suci meremas sapu tangan tersebut ketika melihat sulaman nama Arya yang menempel pada sapu tangan.
Kamu sudah menghancurkan hidupku Arya, aku bersumpah akan membalas semua yang telah kamu perbuat. Kamu sudah menyebabkan Ibuku meninggal dunia, dan pernikahanku batal karena perbuatan kamu dan teman-teman kamu yang seperti binatang, batin Suci yang sudah dipenuhi oleh kebencian.
"Nak, sebenarnya yang membatalkan pernikahan Suci dan Rian adalah Mamanya Rian, karena Rian bersikeras ingin menikahi Suci, bahkan Rian sampai melawan Nyonya Linda, tapi Nyonya Linda menyuruh kedua bodyguard nya untuk membawa Rian pulang."
"Bu, dari dulu kedua orangtua Rian tidak pernah merestui hubungan kami, apalagi sekarang Suci sudah kotor, jadi Nyonya Linda memiliki alasan yang kuat untuk membatalkan pernikahan Suci dan Rian."
"Tapi Nak, Rian sangat mencintai Suci, dan Ibu tau kalau Suci dan Rian saling mencintai."
"Bu, sekarang Suci sudah tidak pantas untuk Rian, meski pun Nyonya Linda tidak membatalkan pernikahan kami, pasti Suci sendiri yang akan membatalkan pernikahan Suci dengan Rian."
Suci memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum mengantar jenazah Bu Asih menuju tempat peristirahatan terakhirnya, dan Suci terus menggosok tubuhnya dengan kuat, karena Suci merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.
"Aku kotor, aku kotor. Rian, maafkan aku yang tidak bisa menjaga kesucianku. Semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan diriku," gumam Suci dengan terus meneteskan airmata.
......................
Suci ke luar dari dalam rumahnya untuk mengantar jenazah Bu Asih menuju tempat peristirahatan terakhirnya, dan hati Suci terasa sakit bagai tertusuk ribuan duri ketika melihat janur kuning yang saat ini diturunkan dan diganti menjadi bendera kuning.
Tubuh Suci terasa lemas, dan Suci hampir saja terjatuh seandainya Rian tidak datang dan menangkap tubuh Suci.
"Suci, kamu baik-baik saja kan?" tanya Rian dengan penampilan yang berantakan, karena Rian saat ini telah kabur dari penjagaan kedua bodyguard Mama Linda yang sedang lengah.
"Rian, kenapa kamu ke sini?" tanya Suci dengan mencoba melepaskan diri dari pelukan Rian.
"Suci, aku sangat mencintai kamu, dan aku tidak bisa berpisah dengan kamu."
"Tidak Rian, aku sudah kotor, aku tidak pantas untuk kamu."
"Suci, bagiku kamu akan tetap Suci, dan kita akan tetap menikahi kamu," ujar Rian dengan menangkup kedua pipi Suci.
"Lupakan aku Rian, lupakan cinta kita? mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk hidup bersama, dan aku akan selalu berdo'a semoga kamu mendapatkan perempuan yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan diriku. Jadi, sekarang juga aku minta kamu pulang dan jangan pernah menemui aku lagi," ujar Suci dengan melangkahkan kaki menuju pemakaman, meninggalkan Rian yang saat ini masih berdiri mematung di depan rumahnya.
"Maafkan aku Rian, semua ini adalah yang terbaik untuk kita," gumam Suci dengan airmata yang terus menetes pada pipinya, karena bagaimanapun juga Suci sangat mencintai Rian, dan Suci merasa berat untuk berpisah dengan Rian.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
bacanya nyicil ya Thor🤭
2023-09-13
2
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
memang sudah takdirnya Bu Asih meninggal.
2023-09-13
1
auliasiamatir
keputusan yang bijak suci, dari pada suatu saat menjadi bumerang dalam rumah tangga lebih baik lepaskan rian sekarang
2023-09-05
1