Magical Girl Serial Killer Rena
“Kau terluka!”
Itulah kalimat samar yang pertama kali kudengar dari seorang gadis yang menyelamatkan diriku yang memiliki lebam, luka gigitan, sayatan dan kaki kiri yang patah sehingga terlihat lemas saat merangkak di jalan tepi sungai pada sebuah desa.
Gadis yang memiliki simpati dengan kondisi tubuhku itu langsung mencoba mengangkat tubuh beratku yang tidak mampu berdiri lagi.
Namun beberapa kali mencoba dari nafasnya yang berat dan terengah-engah sepertinya di tidak sanggup mengangkat tubuhku.
“Ayah!” teriak gadis itu memanggil ayahnya yang sedang mengambil beberapa tanaman di sebuah kebun kemudian menjatuhkannya begitu saja saat berlari ke arahku.
Dibantu dengan gadis itu si ayah mengangkat tubuhku yang tergopoh-gopoh tak berdaya menuju sebuah rumah kecil miliknya yang memiliki sebuah klinik kecil di dalamnya.
“Karen! cepat buka pintu kliniknya!” Kata sang ayah memerintah anaknya yang bernama Karen sembari menambah kecepatan saat membopong tubuhku.
Saat melewati pintu masuk yang dibukakan oleh gadis bernama Karen, sosok wanita yang terlihat seumuran dengan ayah Karen ikut masuk pada klinik kecil itu.
“Ambil peralatan ayah!" Ayah Karen memerintah kemudian membaringkan tubuhku pada matras pasiennya yang terlihat kusut dan lusuh.
Si ibu dibantu dengan Karen pun tak lama kemudian mengangkat satu baskom penuh air hangat dan meletakkannya tepat disebelah diriku yang berbaring.
Betapa sibuknya satu keluarga itu hanya untuk membantu tentara bayaran yang baru saja selesai melakukan misi genosida pada sebuah desa negeri tetangga yang letaknya berada pada perbatasan negara seperti aku.
Sebenarnya misi itu tidak sepenuhnya selesai karena saat itu aku melarikan diri sebelum tim tentara bayaran kami menghabisi semua orang pada desa itu.
Apa yang telah aku lakukan, kalimat seperti itu muncul pada otakku yang menyesali kehidupan pilihanku karena terjebak godaan uang banyak sampai-sampai rela bekerja menghabisi satu desa tak berdosa dengan alasan genosida.
Aku pun memilih melarikan diri dari misi itu dan dengan beruntung sampai sekarang tidak ada yang menyadarinya, berkat diriku yang sudah berminggu-minggu lari sembari bersembunyi melewati lembah, hutan dan sungai agar tak ketahuan dari rekan-rekanku.
Akhirnya setelah terjatuh, digigit hewan buas dan tanpa makanan di hutan aku akhirnya tiba pada desa kecil di pinggiran sebuah negeri tempat kelahiran ku dulu dan diselamatkan satu keluarga kecil ini yang memiliki klinik pribadi.
Ayah gadis bernama Karen itu sepertinya seorang dokter terlihat dari setelan pakaian serta keahliannya saat merawat aku dengan begitu lembut dan teliti untuk menyelamatkan nyawaku.
Aku mengira setelah menyelamatkanku mereka akan keberatan membiarkan diriku tinggal di rumah mereka setelah aku memberi penjelasan tentang siapa sebenarnya diriku dan kenapa aku melarikan diri hingga tiba pada desa bernama Fin ini.
Namun ternyata dengan alasan melindungi diriku dari rekan-rekanku yang diluar sana mungkin mencari keberadaan Keluarga Karen menyuruhku tinggal sementara ditempat mereka dan menjadikan aku asisten sang ayah sampai aku memiliki pekerjaan pribadi dan bisa hidup mandiri.
Karena aku tidak memiliki identitas tetap yang asli dan memiliki berbagai nama saat menjadi tentara bayaran, keluarga Karen pun aku bebaskan untuk memberikan nama untuk memanggilku dan Karen anak semata wayang mereka pun memberikan nama Rene padaku.
"Apakah ada sebuah arti dari nama Rene?" Tanyaku dengan senyuman saat sedang memetik tomat pada kebun Karen setelah tinggal hampir setengah tahun dengan mereka.
Karen bergumam saat tangan-tangan putihnya yang kurus memasukkan perlahan tomat-tomat itu kedalam keranjang.
"Saat kecil aku memiliki teman bernama Rena, gadis seumuran aku yang sempat tinggal desa ini" Karen memberhentikan sebentar perkataannya saat memberikan sebagian tomat pada keranjangnya yang penuh pada ibunya yang sedang memetik tomat juga.
"Dia pindah saat kelas 3 SD, entah kenapa saat melihatmu aku teringat dia" Karen menoleh ke arahku sembari menepuk-nepuk seragam putih abu-abu SMA miliknya.
"Karena kau laki-laki jadi aku merubahnya sedikit dari Rena menjadi Rene" setelah mengatakan itu Karen tersenyum hangat dengan begitu manis padaku dan kusadari jika hatiku berdebar saat melihatnya.
Karen yang sekarang kelas 1 SMA hanya lebih muda dua tahun dariku yang tidak pernah sekolah karena hanya ikut latihan sebagai militer sejak diadopsi oleh organisasi tentara bayaran 'Larc' tempat aku tinggal.
Karena umur kami tidak jauh berbeda tanpa sadar aku sudah sangat dekat dengan Karen, kami bermain ke game center bersama, jalan-jalan ketempat kesukaan dan paling sering menonton serial kartun gadis penyihir favoritnya di televisi, sehingga akhirnya membuat rasa misterius di hatiku semakin meluap.
Ya, benar, aku jatuh cinta.
Aku tahu jika sekarang Karen adalah gadis yang kucintai dan sudah jelas sampai kapanpun dirinya yang aku cintai dan keluarganya yang ku sayangi akan ku lindungi selamanya.
***
Aku menjinjing kantung plastik berisi obat-obatan yang aku beli pada pusat Kota Bernama South Java malam ini karena membantu ayah Karen yang kehabisan stok dan saat ini sedang menungguku di desa.
Setelah agak lama berjalan kaki aku pun tiba di desa dan langsung menuju rumah keluarga Karen, namun seketika aku membisu dan hanya bisa terpaku saat menatap pada teras rumah itu ketika sadar jika jendela rumah gadis itu ternyata terbuka lebar dan seakan memancarkan suasana suram yang sunyi dan hening.
Perasan tidak enak akhirnya muncul dari dalam batinku ngga membuat diriku berlari cepat untuk masuk ke rumah sederhana itu, cemas dan panik pun muncul pada pikiran juga perasaanku dan semakin menguat ketika mencium aroma yang familiar untukku selama menjadi tentara bayaran.
Bau darah. rumah yang tadinya sangat harum itu sekarang hanya ada bau darah yang memenuhi seluruh ruangan rumah itu sehingga membuat jantungku yang ketakutan terpompa sampai-sampai membuat tanganku gemetaran.
Dan benar, Aku menemukan pemandangan yang paling tidak diinginkan pada ruang tamu rumah itu, karena melihat kedua orang tua Karen tergeletak bersimbah darah dengan penuh luka tusuk.
Sembari mengusap keringat dingin pada dahi aku kemudian memutar kepala untuk segera mencari Karen, kemudian berlari menuju kamar gadis itu dan langsung masuk begitu saja karena tak tertutup dan menemukan tubuh tak bernyawa Karen yang tergantung pada seutas tali tambang yang mencekik lehernya dengan tubuh penuh sayatan serta luka tusuk yang lebih banyak dari orang tuanya.
Bibir dan kakiku tentu saja gemetar, tangisan pada kantung mata ku tak terbendung akibat jiwa yang begitu hancur, diriku yang kehilangan orang-orang yang telah aku anggap keluarga, hanya bisa berlutut dengan kepala yang tertunduk saat menumpuk berbagai perasaan.
“Sial, hal yang tidak kuinginkan terjadi" aku bergumam kemudian menggeram kesal sehingga membuat gigiku mengerat kuat.
Kemarahanku menggerakkan diriku untuk membulatkan keputusan agar melakukan balas dendam dengan membunuh orang-orang yang telah membunuh Karen bersama dengan kedua orang tuanya.
Wargadi desa yang menyaksikan secara gamblang aksi keji itu untungnya bisa memberitahuku ciri-ciri mereka dan mengetahui jenis mobil dan senjata orang-orang itu sehingga dari sedikit informasi yang kudapati dari mereka aku bisa mencari tahu dari mana mereka mendapatkan mobil dan senjata nya, sebagai seorang tentara bayaran mencari hal seperti ini bukan perkara sulit bagiku.
Setelah satu bulan lamanya melakukan pencarian aku pergi kepusat kota south java yang merupakan wilayah kekuasaan para mafia Raven yang ku ketahui telah membunuh Karen.
Selama setengah tahun dengan pengalaman dan mental ku yang sudah terlatih di medan pertempuran aku akhirnya membunuh 12 orang dari 20 dari mereka yang menyerang rumah Karen.
“Ka_kami hanya disuruh!”
Dengan kepala yang bercucuran darah, korban ku selanjutnya berkata tergagap saat menjawab pertanyaanku yang ingin mengetahui apa motifnya membunuh Karen.
“Siapa yang menyuruh?" aku bertanya lagi kemudian kembali memukul kepalanya dengan sebilah balok panjang nan tebal.
Korban ku mengerang kesakitan kemudian berkata “Keluargaku akan mati jika aku memberitahumu."
"Jawaban yang sama lagi" karena kesal tidak ada petunjuk apapun darinya sama seperti korban-korban sebelumnya aku pun mengakhiri hidupnya dan dengan bertubi-tubi menghantamkan balok ke kepalanya sampai dia mati dengan kepala yang hancur.
Aku pun menggunakan kebiasaan ku untuk menggantung tubuh mereka karena akibat saat itu Karen juga digantung secara sadis oleh mereka.
Setelah kejadian itu aku pun kembali mencari pelaku selanjutnya, namun naas ditengah rencana yang telah aku susun, aku menjadi tupai yang terjatuh karena polisi telah mengetahui posisiku dan tepat hari itu aku yang terkecoh dengan strategi anggota mafia Raven terjebak pada gedung organisasi mafia Raven yang telah kosong dan mereka pun berada diluar gedung semua dan memanggil polisi untuk menangkap ku.
“Menyerah lah Rene kau tidak bisa ke mana-mana” dari luar sana aku mendengar suara dalam nana berat seorang polisi melalu pengeras suara yang mencoba mengintimidasi ku.
“Kau sudah terkepung” polisi itu melanjutkan, aku yang penasaran dengan perkataan polisi itu langsung memastikan untuk mengintip melalui jendela dan menemukan jika puluhan orang juga belasan mobil polisi dengan kelap-kelip yang menyilaukan mata sudah mengelilingi ku.
Mungkin sudah seharusnya aku mengalah dan mengakhiri tindakan yang telah membuat diriku sudah dicap sebagai pembunuh berantai seperti yang dikatakan oleh pembawa berita pada televisi yang masih berbunyi disekitar gedung ini.
Arwah Karen juga kurasa akan kecewa jika tahu tindakan yang aku lakukan ini.
Lagi pula orang-orang yang jelas masuk Ke rumah dan membunuh Karen sekeluarga sebagian besar telah aku bunuh.
Segera aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya kemudian mengangkat kedua tangan untuk menyerahkan diri dan memunculkan diri dari balik jendela tanpa tirai yang ada di belakangku.
Tetapi baru saja sedikit kepalaku muncul saat mulai berdiri, aku langsung bisa merasakan jika ada sebuah peluru yang melesak masuk kedalam kulit kemudian tengkorak dan menghancurkan otakku kemudian seketika membuat seluruh penglihatan ku menjadi gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments