2. Gadis Penyihir

Akibat tembakan yang ku tebak berasal dari ahli sniper para polisi tadi, saat ini aku hanya bisa melihat pemandangan gelap dari sebuah tempat yang aku yakini sebagai transisi untuk diriku menuju alam abadi setelah kematian.

.

.

.

"Rena”

Namun, beberapa saat kemudian secara misterius aku mendengar ada suara pelan seorang gadis yang seakan memanggil diriku dan menggema diantara kegelapan pekat yang ada di hadapanku.

"Rena"

Aku coba mendengarkan sekali lagi suara gadis itu dengan seksama, dan mengetahui jika nama yang gadis itu panggil bukanlah namaku melainkan sebuah mama yang sama dari seorang teman masa kecil Karen.

Sekejap dalam pandangan gelap gulita muncul gambaran-gambaran ingatan pertarungan melawan mahluk berukuran besar dan sosok maskot kecil misterius.

Entah mengapa aku merasa jika sekarang sedang berbicara didalam hati bukannya didalam kegelapan alam baka seperti yang aku kira.

Mataku pun hanya sedang tertutup karena terjebak diantara alam bawah sadar dan kenyataan, terlebih suara gadis yang memanggilku itu benar-benar nyata seperti seorang manusia biasa tidak megah ataupun menyeramkan seperti malaikat yang akan menuntunku ke alam sesudah kematian.

“Rena!”

“Bangunlah"

Suara gadis itu yang tersengal karena terisak sekali lagi muncul dan seakan bersikeras memanggilku meskipun nama yang ia sebutkan salah, aku juga bisa merasakan jika tubuhku di guncang olehnya dengan cukup kuat.

“Aku belum mati...” Aku merasa mulutku terasa nyata menggerakkannya begitu mengatakannya dengan bergumam.

Aku membuka kelopak mata dan terbangun, kemudian langsung mengangkat tubuh untuk duduk di atas aspal jalan raya yang tadi kurasakan menopang punggungku yang berbaring.

Segera mataku berputar memastikan sekeliling dan pertama aku menoleh pada seorang gadis di sebelahku yang duduk sembari mengusap air matanya dan sepertinya dialah yang memanggilku dengan nama yang salah barusan.

“Syukurlah, aku takut kau tidak bangun karena terpental sampai ke jalan raya ini” ucap gadis dengan rambut panjang berwarna putih dengan hiasan kelap-kelip bintang yang tak biasa aku lihat itu yang masih mengusap bola mata merah muda nya yang pada pupil nya terukir pola bintang yang bercahaya.

“Kau siapa?”  Aku bertanya saat merasa begitu banyaknya keanehan pada gadis asing yang tak ku kenal itu.

“Hah?” gadis itu memasang ekspresi kebingungan.

“Sudah jelas aku ini Rea” sembari menunjuk dirinya sendiri gadis itu berkata dengan air muka yakin untuk menanggapi perkataanku.

Siapa? Tentu saja aku tidak mengenalnya. Namun gadis dengan tampang yang cantik itu dari wajahnya terlihat sangat yakin mengenal aku meski aku memasang wajah kebingungan dihadapannya.

“Pakaiannya...”

Aku bergumam saat memperhatikan baju yang mirip penari balet dengan warna keseluruhan putih dengan dihiasi sedikit warna pink bersama ornamen-ornamen kerlap kerlip bintang serta kalung kristal yang bentuknya sama dengan rok pendek yang mengembang indah yang gadis itu kenakan.

“Cosplay?” Tanggapan wajar muncul dari mulutku pada malam itu saat melihat penampilan gadis di depanku yang baru saja menangis karena melihat aku bangun.

Selanjutnya aku menoleh lagi ditengah kebingunganku untuk memperhatikan sekitar hingga tanpa sengaja Aku melihat plang sebuah toko dengan alamat yang menunjukkan tulisan Batavia.

Mataku terbelalak semakin tak mengerti karena kenapa bisa aku yang sudah mati di kota South Java berada dan duduk di kota Batavia yang jaraknya sangat jauh.

Aku kembali melihat sekeliling untuk memastikan banyak hal lagi dan ketika mataku terarah pada sebuah kaca etalase toko pakaian di belakangku, meskipun buram aku bisa memastikan jika ada sosok seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut pendek berwana biru langit yang ter kuncir dengan pupil mata biru berpola kilauan matahari yang bersinar pada cermin itu.

Aku melambaikan tangan beberapa kali dan gadis dari pantulan cermin itu mengikuti, aku tak sengaja melihat jika telapak tangan yang aku lambaikan terbungkus sebuah sarung tangan lembut dan tebal menyerupai telapak kucing dengan hiasan sayap malaikat pada pergelangan dan gadis pada pantulan cermin itu juga memakai sarung tangan yang sama.

Aku menjadi sangat kebingungan ketika mengetahui fakta jika ternyata tubuh seorang gadis yang aku lihat itu adalah tubuh yang bisa aku gerakkan dan sepertinya aku mengalami reinkarnasi pada tubuh gadis ini setelah mengalami kematian.

“Baju yang sama...” Aku bergumam lagi saat memandangi gaun biru langit putih bersama rok pendek dengan banyak hiasan renda dan ornamen ornamen kilauan matahari dan awan yang dikenakan oleh tubuhku.

Sembari menyentuh pita putih berbentuk awan dengan pelangi pada rambut kuncir dua pendek berwarna biru langit yang senada dengan bajunya, Aku sedikit melirik gadis bernama Rea tadi karena tak menyangka jika aku juga mengenakan pakaian unik seperti gadis itu.

“Ayo kita lari” gadis bernama Rea itu menarik lenganku agar berdiri kemudian berlari menyusuri jalan raya.

Muncul sebuah bunyi jeritan dan dentuman terus menerus dibelakang kami, sembari berlari aku menyempatkan diri untuk menoleh sehingga bisa melihat sebuah monster raksasa seukuran mobil truk berbentuk gurita yang melesat kearah kami.

“Less sebesar itu tidak mungkin bisa kita lawan” kata Rea tanpa menoleh saat berlari.

“Less?” kening ku mengerut menanggapi jenis mahluk yang dikatakan Rea, dan sedikit memelankan langkah karena pikiranku mencerna hal asing yang dikatakannya.

“Dia mendekat” Rea menarik lenganku semakin kuat dengan nada membentak.

“Ayo cepat!”

Namun sialnya monster yang disebut Less itu sekejap telah mencapai belakang punggungku dan menghantamkan salah satu tentakelnya ke aspal begitu kuat sehingga membuat aku dan Rea terpental ke bahu jalan dan seketika membuat sebagian jalan raya nya hancur berhamburan.

Diantara hujan pecahan aspal dan debu yang menyeruak dengan mata menyipit aku mampu melihat jika dari kejauhan ada sekitar 4 sampai 5 gadis yang berpakaian sepertiku mendekat dan menyerang mahluk bernama Less itu dengan sinar-sinar yang mirip seperti sihir pada film-film fantasi.

“Sepertinya tidak ada pilihan lain selain membantu mereka" Rea merasa lega saat bantuan datang, Rea pun bangkit setelah mengalami hantaman tadi, kemudian dia ikut menyerang dengan tongkat  yang memiliki ujung berbentuk bintang kemudian menembakan sinar putih yang membuat Less itu menjerit kesakitan, sembari menoleh pada Rea pun berteriak padaku "Rena! bantu kami!”

“Gunakan sarung tangan sihirmu”

Rea menunjuk kearah sarung tangan yang aku kenakan.

“Sarung tangan?” tanyaku saat kembali berdiri setelah berbaring.

“Sepertinya benturan tadi membuatmu lupa banyak hal” Rea menghela nafas dan sesaat menghentikan serangan dan mendekat padaku.

Rea menggenggam telapak tanganku yang terbungkus sarung.

Sambil menatap mataku, Rea berkata “Bayangkan senjata apapun yang mampu melawannya dengan menjadikan sarung tangan ini perantara.”

Aku mengangguk karena langsung memahami instruksi Rea, dan membayangkan sebuah AK-47 senjata favorit ku saat menjadi tentara bayaran, kemudian menguatkan imajinasiku pada sarung tangan itu sehingga membuat sarung tangan tersebut memancarkan cahaya biru yang terang bersama simbol matahari.

Sesaat kemudian senjata AK-47 pun muncul di telapak tanganku.

Kostum imut, alat sihir dan kekuatannya, aku tersenyum tipis saat tahu sering melihat hal-hal semacam ini saat menonton acara kartun di televisi bersama Karen.

Benar, gadis penyihir!

Aku memandang riang gadis penyihir lain dengan pakaian lucu yang sedang terbang di langit ketika menyerang Less dengan sihir itu, kemudian terperangah karena tak percaya bisa melihat gadis penyihir di dunia nyata sekaligus hidup kembali menjadi gadis penyihir.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

rena.. rea,, 🤔

2023-06-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!