Sudah 2 hari setelah aku menemani dokter Jefri untuk membeli pakan kucingnya, tak ada satu pun kabar yang kudengar tentang dia dan itu rasanya sangat menyenangkan setidaknya aku bisa tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan hutang yang terus menghantuiku.
"kak Haga, kok aku dengar dari teman-temanku katanya kakak kenal dengan dokter Jefri bahkan mereka menanyakan apa mungkin kakak punya hubungan spesial sama dokter," ujar Ana saat kami sedang memasak di dapur.
"dokter Jefri yang mana nih?," Ujarku pura-pura tidak kenal.
"hmmm kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu padahal buktinya ada loo pas kakak di boncengi dokter Jefri," ujarnya memicingkan mata melihatku.
"iss matamu itu looo minta di congkel hehhe," Ujarku menertawakan ekspresi Ana.
"please gak lucu kak, mending kakak jujur deh, atau perlu aku minta bantu mama?," ujarnya dengan muka kesal plus penasaran.
"ihh kamu mah dikit-dikit bilang ibu, sekali-kali kek bilang sama tetangga," Ujarku kembali menertawakan nya
"ohhh ok fine," jawab Ana kemudian beranjak meninggalkan dapur.
"ehhh An sini kamu, ntar gak kukasih tahu loo," sahutku menahan langkahnya kan berabe kata sampai ibu tahu.
"ohh ok, asal kakak mau ngasih tahu," kembali ke posisinya semula dan dengan lucunya ia memperhatikan wajah ku, udah mirip kayak anak ayam yang minta makan sama induknya hahaha.
"cerita gak ya?," Ujarku mengerjainya
"kakak kenapa sih dari tadi bikin kesal, apa susahnya bilang kenal sama alasan kenapa bisa kenal," sahut Ana dan dengan kesalnya melempar bawang yang sedang ia kupas kearah ku.
"isss kalem dong calon ibu perawat, lagian kamu kepo sekali," Ujarku sebenarnya aku sedang mencari alasan yang tepat mengenai penyebab aku bisa kenal dengan dokter Jefri.
"gimana gak kepo kak, setiap hari para perawat sama teman-teman ku bertanya apa sih hubungan kakakmu dengan dokter Jefri, tanyakan dong sama kakakmu kenapa dokter Jefri gak dinas 2 hari ini, dan kakak tahu aku pertama masa bodo Karena Menurut ku mereka salah orang, ehh pas salah satu temanku menunjukan foto dan video kakak diboncengi dokter Jefri apa lagi ngomong depan puskesmas wahh, disitulah jiwa kepoku meronta-ronta," ujarnya panjang lebar
"dan satu lagi aku sempat mengecek ponsel kakak semalam pas kupinjam ternyata kakak chatan sama dokter meski aku gak tahu chatnya apa," ujarnya lagi dengan mata memicing seolah mengintimidasi ku.
"yaudah lah dari pada kamu kepo dan mati penasaran, ini kakak kasih tahu tapi janji jangan kasih tahu mama, bilang aja ntar kalau mama tahu aku dekat dengan dokter bilangin aku kenal saat mengantar kamu," Ujarku
"ok emang kenapa sih kak gak menakutkan kan?," sahutnya dengan wajah khawatir.
"gak kok, ehm kakak ketemu dokter Jefri tidak sengaja, kamu masih ingat pas kakak pulang dari tes wawancara kap motor bagian depan hancur?," kataku
"ia ingat pas kakak suruh buat bilang ayah bawah kakak barusan nabrak tembok rumah," ujarnya
"ia, saat itu kakak gak ngasih tahu kamu kenapa bisa kaya gitu soalnya kakak masih takut, jadi kemarin itu kakak sempat menabrak mobilnya dokter Jefri dan saat itu kakak gak punya uang buat bayar kerugiannya langsung terus dokter nya juga sedang buru-buru, jadi kakak ngasih nomor ponsel sama salinan KTP kakak, dan pas kakak antar kamu ke puskesmas disitu Kaka jumpa dokter dan ia ngasih tahu kakak berapa biaya perbaikan mobilnya," Ujarku dengan muka lesu.
"ohhhh kirain kakak punya hubungan dengan dokter Jefri, soalnya dokter Jefri baru datang kesini kan gak mungkin kakak langsung kenal aja, btw kerugiannya berapa kak?," ujarnya
"katanya sih 5 juta dek, tapi kakak udah meminta keringanan semoga aja dokter Jefri mau ngasih, lagian dia juga gak ngotot minta diganti rugi," sahutku
"astaga besar juga ternyata, semoga aja ya kak dia ngasih keringanan, aku yakin kok dia baik soalnya di puskesmas dia orangnya suka membantu, walau kadang tegas dan cuek saat bekerja," ujar Ana seakan-akan menerawang kebaikan dari dokter Jefri.
"amin dek, lagian kita gak punya uang sebesar itu," Ujarku hampir mau nangis.
"janji ya dek jangan kasih tahu siapa-siapa, apa lagi ayah sama ibu nanti mereka kepikiran cukup kita aja yang tau lagian kakak lagi berusaha biar cepat dapat kerja dan melunasinya," jelas ku pada Ana
"ia kak, terus kakak kemana aja kemarin kok bisa diboncengi dokter?," tanya Ana lagi, ternyata jiwa keponya belum mereda.
"ohh itu kemarin kakak menemani dia buat kepasar dan kamu tahu kami ngapain jauh-jauh kepasar?," katanya dengan muka kesal.
"ya gak tahulah kak, orang kakak sma dokter yang pergi, masa nanya smaku sihh," ujarnya dengan ketus
"ehh Bambang kakak gak lagi nanya," ujarku ikut kesal, gimana gak kesal aku belum selesai ngomong dianya langsung motong dan nyahuti.
"lahh terus?," sahutnya, memang dasar anak yang satu ini gak bisa nunggu dikit dan jadi pendengar yang setia.
"hufff, kakak itu menemani dia cuma buat beli makanan kucing, mungkin kalau kakak gak lagi punya hutang samanya udah kakak ceramahi orangnya," Ujarku dengan tangan mengepal dan muka emosi, mungkin jika orangnya ada di depan sekarang udah tak jambak.
"ihhh mukanya gak usah gitu kali kak, lagian kakak harusnya bersyukur masih banyak loo di luar sana yang pengen diboncengi sama dokter Jefri," ucapnya sambil cengengesan
"bersyukur apanya, udah lah mending kita lanjut masak ntar ibu sama pak bos marah karena lama," ujarnya menghentikan pembicaraan yang kurang berbobot ini.
Selesai memasak kami sekeluarga makan bersama, setelah selesai makan, berberes dan juga bercerita, kemudian kami memutuskan beranjak kekamar masing-masing untuk beristirahat, entah mengapa malam ini rasa ngantuk ku menguap padahal saat di ruang keluarga tadi mata ini rasanya mau tertutup, ehhh udah berbaring malam gak bisa merem. Bingung mau ngapain kan gak mungkin keluar orang semua pada tidur jadi aku memutuskan untuk nonton di ponsel sebentar semoga saja rasa ngantuknya cepat datang Karena jujur seharian ini rasanya tulang mau copot karena mengangkat hasil panen untuk di jual dan itu butuh tenaga luar binasa.
setelah satu jam mengskroll media sosial dan menonton berita yang sedang viral mata akhirnya mau tertutup, bahkan mematikan data seluler saja sangatlah berat.
drrrrrttttttttttt
"ohhh astaga siapa orang yang kurang asam ini," Ujarku sambil menggeser tombol untuk menjawab panggilan dan tentunya dengan mata masih terpejam.
"haloo Aini, selamat malam " ujar orang diseberang sana
"hmmm ini siapa, emangnya anda gak punya jam nelpon tengah malam begini," jawabku dengan kesal.
"astaga Ai, ini baru jam 9 malam, masih belum tengah malam, kamu kok cepat sekali tidurnya?," sahutnya, ini orang benar-benar minta di Jambak, udah menganggu masih aja bertanya.
"ehhh to the poin aja ini siapa?, cepat-cepat aku ngantuk soalnya," Ujarku tidak sabaran.
"ini saya bang Jefri Ai," ujarnya dengan pelan
"Jefri yang mana nih?," sahutku ketus
"Jefri orang yang mobilnya kamu tabrak," jawabnya.
"ohhh itu, ehhh dokter Jefri ya," Ujarku setelah sadar apa yang ku dengar, dengan spontan mata dan otak langsung terbuka.
"ohhh selamat malam dok, ini dokter menghubungi saya kenapa ya?," Ujarku lagi dengan suara se kalem mungkin.
"hehehe, kamu lucu juga ternyata belum beberapa menit udah langsung kalem ngomong, saya suka lihat kamu yang ngomongnya bar-bar tapi lebih adem dengar kamu bicara lembut," sahutnya dari sana sambil terkekeh, ini dokter muji apa menghina saya Karna gak sopan.
"ia dok, saya kirain teman saya itu tadi, Karena biasanya mereka suka jahil, btw kenapa ya dok?," Ujarku lagi dengan kembali menanyakan maksud dan tujuan dokter rese ini.
" hmm gak kenapa-kenapa sebenarnya, hanya saja saat ini saya lagi pusing, jadi saya menghubungi kamu biar pusing saya hilang, ntah kenapa hati saya mengatakan stress bakalan hilang kalau dengar suaranya kamu" ujarnya. Dan kalian tahu perasaanku bagaimana, OMG dag dig dug udah kayak orang tawur, ehh kok tawuran sihhh ralat orang berdisko, dan mungkin bentar lagi aku bakalan guling-guling, ini bukan lebay pemirsa hanya saja baru kali ini ada pria yang menggombalku dengan begitu manisnya hahahah.
"dokter gak salah nomor kan?," sahutku kan gak lucu jika ternyata dianya salah menghubungi.
"gak kok, saya lagi menghubungi HAGAINI SOLASO ZEBUA, saya gak salah ngomong kan, ini Aini," ujarnya sambil mengeja namaku.
"astaga kayak dokter lagi capek makanya ngelantur, yaudah dok saya tutup dulu dokter istirahat, selamat malam,"
"Ai..," belum siap dianya ngomong aku langsung memutuskan panggilan secara sepihak kemudian mematikan data seluler, selain menghindari dia ngomong ngelantur, juga untuk menjaga keamanan jantung yang mungkin akan meledak sebentar lagi.
Dengan muka masih senyam senyum gak jelas dan jantung yang masih stay buat disko aku memaksakan mata ini terpejam, semoga saja ingin gak mimpi heheh.
udah bab 4 aja, ngak nyangka bisa sampai sini🥺🤗.
semoga ceritanya menarik ya😇, dan jangan lupa komennya🙏 biar aku tahu kesalahan dalam penulisan, sehingga bisa diperbaiki doain ya semoga aku makin semangat melanjutkan ke bab berikutnya😇😁.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments