HE'S DANGEROUS!
..."Apa pun yang terlihat di antara manusia (apakah kesenangan atau kesakitan) lahir dari karma (perbuatan). Semua makhluk menikmati atau menderita, sesuai dengan tindakan mereka di masa lalu."...
...***...
Bau hujan yang turun deras membasahi bumi disertai kilat itu tidak membuat seorang anak perempuan yang berada di bawahnya takut. Yang ia takutkan adalah bertemu ayahnya. Kaki kecil tanpa alas itu terus berlari agar tidak bertemu dengan sang ayah.
Air mata yang bersatu dengan hujan membuat ia terus mengusap wajahnya agar bisa melihat jalanan yang sangat sepi. Anak perempuan itu berhenti ketika kakinya menginjak sebuah kayu kecil.
"Mama," lirih anak itu sambil menatap kakinya yang berdarah.
"ANAK SIALAN! DIMANA KAMU?!"
Anak itu tersentak kaget ketika mendengar suara sang ayah. Ia menyipitkan matanya melihat sosok besar yang berjalan ke arah nya.
Dengan kuat ia menarik kayu yang ada di telapak kakinya. Ia meringis kesakitan ketika kayu itu terlepas. Dengan sisa tenaganya, ia berdiri dan berlari untuk menghindari sang ayah. Ia terus menatap ke belakang lantaran takut sang ayah menemukannya.
Anak itu hampir menjerit ketika tangannya ditarik oleh seseorang tapi sayang mulutnya di tutup oleh tangan orang itu. Ia membulatkan matanya ketika melihat seorang perempuan yang mungkin umurnya masih dua puluh tahunan mendekapnya erat.
"Jangan takut. Ikutlah dengan saya," ucap perempuan itu.
Entah kenapa, anak perempuan itu hanya diam bergeming seolah-olah ia telah mendapat perlindungan.
...***...
"Hazel bangun sayang! Di bawah sudah ada Gentala!"
Gadis yang baru saja di teriaki namanya oleh sang Mama itu langsung membuka matanya. Seperti namanya, warna mata gadis itu juga hazel. Sangat cantik. Ia merenggangkan kedua tangannya lalu tersenyum tipis. Entah mimpi apa yang ia alami sehingga tersenyum seperti itu.
"HAZEL!" teriak sang Mama lebih keras.
Hazel tersentak lalu langsung turun dari tempat tidurnya, "IYA MA!" balas Hazel yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Maya tersenyum kecil karena tingkah anaknya. Ia kemudian turun ke lantai bawah untuk menemui Gentala.
"Gentala maaf ya karena Hazel bikin kamu nunggu," ucap Maya ketika ia sudah berada di ruang tamu.
Gentala yang awalnya bermain ponsel itu langsung mematikan ponselnya dan tersenyum menatap Maya.
"Gak papa Tante," jawab Gentala.
Maya tersenyum, "Ayo kita sarapan dulu."
Dengan semangat 45, Gentala langsung berdiri dan cengengesan tak jelas, "Ayo Tan!"
Maya menggelengkan kepalanya lalu terkekeh kecil. Gentala dan Hazel itu hampir sama dari sifat nya. Jadi tak heran jika persahabatan Gentala dan Hazel sangat awet. Rumah Gentala juga hanya berjarak beberapa rumah dari rumah Hazel ini.
Sesampainya di meja makan, Gentala tersenyum senang sambil menatap makanan yang tersedia di atas meja. Jangan heran kenapa Gentala bersikap seperti ini. Itu karena kedua orang tua Gentala tidak pernah berada di rumah karena mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada berada di rumah bersama Gentala.
Itulah kenapa Gentala merasa senang berada di rumah Hazel karena Maya yang berhasil memerankan sosok Ibu dalam diri Gentala.
"Silahkan dimakan," ucap Maya sambil bercanda.
Gentala tertawa. Maya ini bukan Ibu yang kaku tapi ia bisa menyesuaikan diri dengan orang yang berhadapan dengannya.
"SIAP TANTE!" ucap Gentala sambil hormat kepada Maya.
Maya tertawa lalu menatap lantai dua karena Hazel belum juga turun. Maya berdecak pelan sambil berkacak pinggang, "HAZEL CEPETAN TURUN, NANTI KAMU TELAT!" teriak Maya.
Gentala yang sedang menikmati roti langsung tersedak karena kaget mendengar suara teriakan Maya yang tiba-tiba. Dengan cepat Gentala meraih minum yang ada sedangkan Maya tersenyum tak merasa bersalah.
"Maafin Tante ya Gen," ucap Maya.
Gentala tersenyum sambil mengusap dadanya. Wajah Gentala terlihat merah karena tersedak.
"Lah muka lo napa merah kek kepiting gitu?" tanya Hazel sambil tertawa.
"Gara-gara kamu itu!" ucap Maya sambil berkacak pinggang memelototi Hazel.
"Loh kok aku?!" tanya Hazel tidak terima.
"Ya karena kamu itu lama banget!" balas Maya.
Hazel memandang mamanya dengan kesal, "Apa-apaan orang ak–"
"Udah!" potong Gentala membuat mereka berdua memandang Gentala.
Gentala yang ditatap begitu langsung tersenyum, "Gak baik ribut di pagi-pagi begini."
Maya tersenyum sedangkan Hazel memandang Gentala bombastic side eye.
"Yaudah sekarang kalian berangkat biar gak telat," ucap Maya.
Hazel memandang Maya tak percaya, "Loh kok berangkat?! Kan aku belum sarapan Ma!"
"Salah siapa yang lama banget! Kamu lihat sekarang udah jam berapa?!" sahut Maya.
Hazel mengerucutkan bibirnya kesal. Sedangkan Gentala tertawa senang melihat Hazel menderita. Hazel yang melihat itu akan memukul Gentala namun tertahan ketika Maya mencubit lengannya.
"Mama!" protes Hazel.
"Apa?! Sana berangkat dan makan sarapan ini!" ucap Maya sambil menyerahkan kotak makan kepada Hazel.
Melihat itu wajah kesal Hazel berubah menjadi senang. Maya ini sangat pengertian.
"Makasih Mama Hazel yang cantik!" ucap Hazel sambil mencium pipi Maya.
Maya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya kecil. Gentala yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Andai saja Mamanya seperti Maya maka Gentala pasti akan merasa sangat bahagia. Gentala menundukkan kepalanya agar Hazel dan Maya tidak melihat raut wajah sedihnya.
Hazel mengalihkan pandangannya menatap Gentala lalu kembali menatap Maya. Melihat itu Maya mendekat ke arah Gentala dan mengelus puncak kepala nya.
"Jangan sedih. Kamu masih punya Tante disini. Gentala adalah anak Tante," ucap Maya membuat Gentala tersenyum.
"Aku benar-benar beruntung karena punya Mama kayak Mama Maya," batin Hazel.
......***......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ray
hadir thorr
2023-11-12
1
Mukmini Salasiyanti
salken thor
mampir yaa
2023-11-07
1