Gentala dan Rahasianya

..."Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya."...

...***...

Menonton drakor adalah salah satu hobi yang saat ini Hazel jalani. Ditemani oleh cemilan yang menambah semangat nya untuk menonton drakor yang ia suka. Drakor yang berjudul Alchemy Of Souls ini membuat Hazel berpikir. Apa ada laki-laki seperti Jang Uk? Yang mencintai Naksu disaat semua orang menganggap Naksu adalah monster.

Seandainya ada maka yang akan menjadi pasangan orang itu pasti akan sangat beruntung. Dicintai dengan hebat oleh laki-laki hebat. Hazel dengan serius menonton film itu hingga sebuah suara membuat nya mendengus kesal.

"ZEL! HAZEL!!"

Hazel menutup laptop nya dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Di bawah sana ada Gentala yang sedang melambaikan tangannya sambil memakan sebuah jambu biji yang ia yakini bahwa jambu itu adalah jambu tetangga.

"APA?!" teriak Hazel.

"SINI WOI TURUN DULU!"

Hazel berdecak kesal namun ia tetap beranjak untuk pergi ke bawah. Ada masalah apa Gentala, datang sore-sore begini. Apa laki-laki itu baru pulang sekolah? Ah tapi sepertinya tidak karena laki-laki itu sudah memakai baju rumahan dengan celana pendek hitam dan baju hitam.

Sesampainya di bawah, Hazel mencari-cari keberadaan Gentala yang entah kemana laki-laki itu sekarang.

"Mana tuh orang?" gumam Hazel yang kebingungan.

"TUH YANG DI SEBELAH KANAN LO. AMBIL SON!"

Hazel menoleh ketika mendengar suara Gentala. Sepertinya ia tahu dimana Gentala. Hazel berjalan menuju rumah tetangga yang di samping rumah tetangganya itu terdapat sebuah pohon jambu.

Kan, benar tebakan Hazel. Ketika sampai disana, Hazel melihat Gentala yang bersama para bocil. Terlihat Gentala memberi arahan kepada bocil laki-laki yang bernama Samson itu untuk mengambil sebuah jambu.

"HEH!" panggil Hazel sambil memukul lengan Gentala.

Gentala menoleh, "Apaan?"

"Lo kalau mau jambu ya manjat sendiri lah! Ngapain lo nyuruh tuh para bocil?!" ucap Hazel sambil berkacak pinggang.

"Mereka juga gak keberatan. Ya gak cil?" tanya Gentala ke mereka.

"Yoi bang!" jawab mereka serentak.

Hazel memutar bola matanya malas. Tak lama kemudian, Samson turun dengan asoy yang berada di tangannya.

"Nih bang," ucap Samson sambil memberikan asoy itu kepada Gentala.

"Dua aja gue mah. Makasih ya Son!" ucap Gentala setelah mengambil dua buah jambu biji dari dalam asoy Samson.

"Kak Hazel gak mau?" tawar Samson.

Hazel tersenyum, "Kakak yang ini aja!" ucap Hazel sambil merebut satu buah jambu biji di tangan Gentala.

Gentala membiarkan Hazel karena memang jambu itu untuk Hazel.

"Yaudah bang, kak. Kita pergi dulu ya," ucap Samson sambil pergi bersama teman-temannya.

Gentala kemudian berjalan menuju bangku yang memang tersedia di pinggir jalan komplek mereka. Hazel mengikuti dari belakang dan duduk di sebelah Gentala. Mereka berdua sama-sama menikmati jambu biji sampai-sampai terdengar suara kunyahan biji dari jambu tersebut.

"Lo bohong," ucap Gentala secara tiba-tiba membuat Hazel menoleh bingung.

"Maksud lo?" tanya Hazel.

Gentala mendelikkan matanya sinis lalu menoleh ke arah Hazel, "Lo bilang kalau lo balik naik taksi tapi tadi gue lihat lo balik bareng Aksa."

Mendengar itu Hazel menyengir lebar sehingga menampilkan gigi putih dan rapi nya.

"Ya selagi ada gratis, kenapa ngga?" ucap Hazel yang melanjutkan memakan jambu bijinya.

"Lah emangnya lo balik sama gue itu bayar?!" tanya Gentala nyolot.

Ya gimana gak kesal kalau Hazel mengatakan seakan-akan pulang bersama Gentala itu bayar. Padahal kan Gentala ikhlas lahir dan batin berangkat bareng Hazel.

Hazel tersentak lalu ia terdiam memikirkan apa yang akan ia katakan kepada Gentala. Tidak mungkin kan ia jujur kalau ia menguping?

Gentala memperhatikan Hazel yang terlihat seperti berpikir, "Ada yang lo sembunyikan?" tanya Gentala curiga.

Harusnya gue yang nanya anjir. Batin Hazel.

"Gak ada. Lo jangan suudzon gitu lah anjir! Gue emang niatnya balik baik taksi gara-gara lo lama amat tapi ternyata gue gak sengaja ketemu Aksa dan dia ngajakin pulang bareng. Makanya gue mau dan juga sekalian makan tadi sama dia," jelas Hazel yang di selingi kebohongan.

"Lain kali tungguin gue aja. Kalau ada apa-apa sama lo nanti, gue akan merasa bersalah banget," nasehat Gentala.

Hazel menganggukkan kepalanya pelan. Hazel tersenyum tipis, ia penasaran bagaimana kelanjutan hubungan Gentala dengan Kinara. Apakah benih-benih cinta akan muncul di antara keduanya atau memang sudah muncul. Gentala memang orang yang peduli tapi ketika melihat rasa peduli yang Gentala berikan kepada Kinara itu terasa berbeda.

"Woi! Gue dari tadi ngomong, lo kok malah bengong anjir?!" kesal Gentala.

Pasalnya, sejak tadi laki-laki berbicara tapi tidak mendapatkan tanggapan dari Hazel. Bagaimana tidak kesal?

Hazel mengerjapkan matanya pelan, "Lah emang lo ngomong?" tanya Hazel bingung.

Mungkin karena terlarut dalam lamunannya, Hazel tidak mendengar suara Gentala.

Gentala memutarkan bola matanya malas, "Dah lah! Udah gak mood gue!"

"Dih baperan!" ejek Hazel menyebalkan.

Gentala yang kesal langsung memiting kepala Hazel di ketiaknya.

"ANJIR GENTALA KETEK LO BAU ANJIR!" teriak Hazel histeris. Sebenarnya tidak bau, hanya saja Hazel ingin mengerjai Gentala saja.

"Sekate-kate lo! Ketek gue wangi semerbak gini di bilang bau! Cium nih sampai mampus!" ucap Gentala yang kemudian semakin menekan kepada Hazel membuat Hazel tercekik olehnya.

"GENTALA ASU! GUE BISA MATI ANJING!"

"HAZEL SIAPA YANG NGAJARIN NGOMONG KASAR?!"

Gentala melepaskan Hazel dan Hazel berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Mereka berdua menoleh, mendapati Maya yang sedang memandang tajam mereka berdua.

"PULANG! UDAH MAU MAGHRIB, MASIH AJA DILUAR!" teriak Maya membuat Gentala langsung kucar-kacir untuk kembali ke rumahnya sementara Hazel berlari kecil menghampiri sang Ibu.

"Mama gak boleh teriak-teriak gitu, nanti tetangga pada protes loh," ucap Hazel sambil menaik-turunkan alisnya.

Maya berdecak pelan lalu berkacak pinggang menatap sang Putri dengan sinis, "Makanya jangan buat Mama kesel!"

Hazel tersenyum lalu langsung bergerak hormat di hadapan Maya, "Nggih ndoro."

Maya menggelengkan kepalanya lalu pergi dari untuk kembali ke rumahnya diikuti oleh Hazel. Sepasang ibu dan anak itu membuat seseorang yang sedang memperhatikan mereka tersebut miris.

"Gue juga mau kayak Hazel yang di sayang banget sama Ibunya," lirih Gentala yang sedang memperhatikan Hazel dan Maya dari gerbang rumahnya.

Gentala menengadahkan kepalanya agar air matanya tidak turun, "Ma, Pa, Gentala kangen kalian."

Meskipun kedua orangtuanya masih ada namun Gentala tak merasakan kehadiran mereka. Mereka sibuk dengan uang tanpa menghiraukan Gentala yang tidak membutuhkan uang itu. Gentala hanya butuh sosok Ibu dan Ayah di sampingnya namun sosok itu tidak ia dapatkan dari kecil.

Tapi Gentala sedikit beruntung karena dipertemukan oleh Maya dan Hazel. Sebisa mungkin, Gentala akan menjaga mereka berdua walaupun nyawa menjadi taruhannya.

...***...

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Semangat dan lanjut thorrrrr 💪👍💐

2023-11-07

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Bpk Hazel kmn, Gent??

2023-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!