Siap Ketua!!

..."Mau ganteng, cantik atau tidak. Jika hatinya sudah tidak se frekuensi. Bagaimana?...

...***...

"Zel ayo ke kantin!" ajak Neisha.

Hazel yang sedang menelungkup kan kepalanya di atas meja itu berdehem pelan lalu mengangkat kepalanya menatap Neisha.

"Gue titip aja ya Nei. Gue ngantuk banget anjir," ucap Hazel dengan lesu.

Neisha mendengus pelan, "Makanya jangan drakor mulu kerjaan lo!"

Memang benar, Hazel tadi malam menghabiskan waktunya menonton drakor sampai tamat. Jadi pagi ini ia sangat ngantuk berat.

"Gue benar-benar ngantuk," ucap Hazel yang kemudian langsung menelungkup kan kembali kepalanya.

Neisha menggelengkan kepalanya heran. Ia kemudian pergi ke kantin sebelum waktu istirahat habis.

"WOI GEN AYOK!" teriak Arthur dari ambang pintu.

Gentala yang sedang bermain handphone kemudian berjalan ingin keluar kelas namun langkahnya terhenti ketika melihat Hazel yang sedang tertidur pulas.

"Kalian duluan aja. Ntar gue nyusul," ucap Gentala.

Arthur, Satria dan Saga hanya menatap Gentala malas.

"Jangan bangunkan kucing yang lagi tidur Gen!" ucap Satria yang kemudian pergi diikuti oleh Arthur dan Saga.

Gentala menaikkan sebelah alisnya, "Kucing? Harimau kali yang lebih cocok."

Gentala berjalan ke arah Hazel lalu duduk di sebelah Hazel. Wajah Hazel tertutupi oleh rambutnya membuat Gentala menyingkirkan rambut itu ke belakang telinga Hazel.

"Gue gak nyangka bisa sahabatan sama lo selama ini Zel," lirih Gentala pelan.

Saat ini dikelas hanya ada mereka berdua karena memang jika ingin makan tidak boleh di kelas tapi makan di tempat lain seperti taman atau tempat lain? Maka dari itu jarang dari murid sekolah ini membawa bekal.

Gentala terkekeh pelan, "Gue udah terbiasa banget sama kehadiran lo Zel. Jadi gue mohon lo jangan pergi dari gue karena gue cuma punya lo sama tante Maya."

Jika Hazel tidak tidur dan mendengar Gentala mengatakan ini maka akan di pastikan jika Hazel akan membawa Gentala ke rumah ustadz untuk meruqyah Gentala.

Tak lama, suara handphone Gentala berdering membuat Hazel mengambil handphone nya dan tertera nama Satria membuat Gentala mengembuskan napasnya pelan.

Sebelum pergi, Gentala sempat mengelus lembut kepala Hazel dan melepaskan jaketnya untuk menutupi paha Hazel yang terekspos. Kenapa gak dari tadi Gentala?!

Gentala pergi keluar dan hanya menyisakan Hazel yang perlahan membuka matanya. Ia menatap pintu kelas yang baru saja di lewati oleh Gentala.

"Gue juga udah terbiasa banget sama kehadiran lo Gentala," lirih Hazel.

Hazel mengembuskan napasnya pelan lalu kembali menelungkup kan kepalanya di atas meja. Ia memejamkan matanya dan kembali tertidur.

...***...

"THUR LEMPAR SINI THUR!" teriak Gentala meminta Arthur untuk mengoper bola basket ke arahnya.

Saat ini anak club basket sedang berlatih untuk pertandingan minggu depan. Pukul tiga sore yang dimana seharusnya mereka semua pulang ke rumah tetapi harus tertunda akibat latihan yang bisa saja membuat nama sekolah mereka menjadi lebih baik.

Tidak hanya anak basket, ada juga dance yang belum pulang karena memang hari ini adalah jadwal mereka latihan. Gentala, Arthur, Saga dan Satria adalah anak basket. Di ketuai oleh Gentala dengan baju basket nya. Keringat yang mengucur di dahi mereka membuat para perempuan yang belum pulang ke rumah memekik tertahan melihat nya.

Jika anak basket latihan di bawah terik matahari, beda lagi dengan anak dance yang berada di dalam ruangan. Ekskul dance ini di ketuai oleh Hazel. Kenapa Hazel? Karena perempuan itu sangat tegas jika sedang serius. Ia bisa mengatur dan mengatasi permasalahan antara anak dance dan anak tari.

Dahulunya ekskul dance dan tari itu bersatu, namun karena ada permasalahan antara para senior yang mengajar, akhirnya mereka berpencar dan saling menimbulkan kebencian antara satu sama lain. Hingga penerus dari mereka yang tidak tahu letak kesalahan dan permasalahan itu harus terkena imbasnya.

Tapi anak tari lebih dominan dalam hal perselisihan. Itu karena banyak yang membenci anak dance. Salah satunya adalah kebencian Alora yang merupakan wakil ketua OSIS yang sangat membenci Hazel. Di tambah lagi masalah Alora dan Kinar waktu itu, semakin membuat Alora gencar menghancurkan nama baik ekskul dance.

"Jangan kaku gitu! Lo mau dance bukan cosplay robot!" tegas Hazel kepada salah satu adik kelasnya yang memang baru masuk ke dalam ekskul dance ini.

Adik kelas itu menarik nafasnya dalam lalu kembali berlatih mengikuti irama dari lagu yang di bunyikan. Hazel memperhatikan mereka dengan saksama.

"Hazel."

Hazel membalikkan badannya dan menatap orang yang memanggil nya. Dia.... Kinara. Wakil ketua ekskul dance. Partner dari Hazel.

"Kenapa?" tanya Hazel.

Kinara tersenyum tipis, "Biar aku aja yang mantau mereka. Kamu istirahat aja," ucap Kinar. Bukan apa, hanya saja Kinar merasa kasihan dengan adik kelas yang terus-menerus menjadi sasaran Hazel. Walaupun adik kelas itu salah, tapi tidak seharusnya Hazel memarahinya sekeras itu.

Hazel menaikkan sebelah alisnya lalu mengangguk pelan. Ia berjalan ke arah tempat duduk di sana. Ia mengambil botol minumnya karena merasa haus. Walaupun begitu, Hazel tetap memperhatikan Kinar yang sedang memantau para anak baru yang masih latihan.

Adik kelas yang bernama Farah itu terjatuh ketika ia tidak bisa menjaga keseimbangan saat berputar. Ia memegang kakinya yang sepertinya keseleo. Musik berhenti membuat teman-teman Farah yang lain mendengus kesal karena mereka harus mengulang terus gara-gara Farah.

Dengan wajah panik, Kinar mendekati Farah, "Kamu gak papa?"

Farah meringis pelan, "Sakit kak."

Hazel menghembuskan nafasnya berat, "Istirahat 10 menit lalu kembali latihan!"

Semua mata tertuju kepada Hazel termasuk Kinar, "Kecuali Farah,"

Hazel memandang Kinar diam, "Termasuk Farah!" tekan Hazel.

"Zel kamu gak lihat? Kaki Farah keseleo Zel. Kalau terus di paksain, nanti takutnya nambah parah," ucap Kinar yang memang tidak bisa tegas. Nadanya lembut sekali.

"Gak patah kan?" tanya Hazel sambil bersedekap dada.

Kinar menggelengkan kepalanya pelan, baru saja ia akan memprotes kepada Hazel tetapi Farah menahan tangannya dan menggeleng pelan seperti mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.

Kinar mengembuskan napasnya pelan lalu membantu Farah untuk berdiri. Ia memapah Farah ke arah sofa yang ada di ruangan itu.

Farah membuka sepatunya dan ternyata kakinya sudah membiru karena terlalu menahan sakit sejak tadi.

"Ya ampun Farah, kaki kamu sampai biru gitu! Biar aku olesin minyak ya?" panik Kinar sambil mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya.

Kinar yang akan mengolesi minyak ke kaki Farah itu tidak jadi karena Farah menahan tangannya, "Gak usah kak. Biar aku aja sendiri."

Kinar menganggukkan kepalanya pelan, "Kamu gak usah latihan dulu ya?"

Farah mengangkat kepalanya, "Tapi kak Hazel..."

"Biar aku yang bicara sama Hazel. Kamu obati kaki kamu dulu ya," ucap Kinar sambil tersenyum lembut.

Farah membalas senyuman Kinar, "Makasih kak."

Kinar tersenyum lalu pergi untuk menemui Hazel. Ia melangkahkan kakinya mendekati Hazel yang sedang bermain ponsel.

"Zel."

Hazel menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa.

Kenapa Kinar menjadi deg-degan? Tapi memang ekspresi Hazel sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

"Biarin Farah istirahat dulu Zel. Kaki dia membiru. Kalau terus di paksain takutnya kakinya malah jadi bengkak," ucap Kinar.

Hazel mengurut keningnya yang terasa pusing, "Terserah dia aja. Tapi jangan sampai dia ngerasa rendah diri kalau ngelihat semua teman-temannya bisa sedangkan dia belum."

Kinar menganggukkan kepalanya pelan. Soal itu, ia yakin kalau Farah pasti bisa belajar dengan cepat dan ia lah yang akan mengajari Farah.

Kinar membalikkan tubuhnya dan ingin pergi tapi berhenti ketika Hazel kembali berbicara.

"Lo tahu Nar kenapa gue keras sama dia?"

Kinar membalikkan tubuhnya kembali menatap Hazel dan menunggu Hazel melanjutkan ucapannya. Hazel berdiri dari duduknya dan mendekati Kinar.

"Ngelatih mental dia! Lo tahu kan seberapa kerasnya menjadi anak dance? Kalau ada salah satu anggota dance yang buat masalah, maka semua orang bakal datengin kita dan ngomong tanpa mereka pikir. Kita itu ekskul yang paling gak di sukai banyak orang tapi sayangnya kita juga yang bisa mengharumkan nama baik sekolah," Hazel menjeda ucapannya.

Ia memandang seluruh anggota dance dari berbagai sudut, ada yang sedang berlatih, ada juga yang hanya duduk-duduk tapi sambil memperhatikan yang sedang latihan dan terakhir pandangan Hazel jatuh kepada Farah yang sedang memijat kakinya pelan.

"Kita gak seistimewa itu Kinara. Gue sengaja keras sama Farah agar dia gak kaget lagi kalau ada orang bermulut jahat ngomong ke dia. Gue gak mau kejadian dulu terulang lagi," lanjut Hazel yang kemudian berlalu dari hadapan Kinar.

"LATIHAN SAMPAI DISINI AJA! SILAHKAN PULANG KE RUMAH MASING-MASING!" ucap Hazel dengan keras.

Hazel mendekati Farah dan berhenti di hadapan adik kelasnya itu, "Obati luka lo. Jangan jadiin itu sebagai penghalang untuk lo malas-malasan selama latihan!"

Setelah mengatakan itu Hazel langsung pergi dan keluar dari ruangan. Kinar masih diam di tempatnya. Kinar tahu tentang kejadian apa yang Hazel katakan. Farah adalah Kinar kedua. Maka dari itu Hazel bersikap tegas dengan Farah seperti apa yang di lakukan oleh senior mereka dahulu kepadanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!