Me and My Little Angel
Calvin merasa hidupnya sudah berakhir, ia tak ada semangat untuk hidup lagi.
Cintanya telah pergi dengan pria lain, kedua orang tuanya mengirim ke asrama karena tidak ingin Calvin membuat ulah lagi, apalagi uang jajan juga dipotong.
Pemuda ini sangat labil, karena harus meninggalkan kehidupan mewah dengan segala fasilitas, seperti mimpi buruk baginya.
Kini pemuda itu sedang berdiri di atas jembatan. Ia berjanji akan mengakhiri hidupnya.
"Tanpa uang aku bisa apa? Jika kekasihku pergi? Orang tuaku bahkan tidak menginginkan aku? Semua ini siapa yang salah Tuhan?"
Teriakan itu benar-benar memecah kesunyian malam, tepat pukul 00.21, ia datang ke sana untuk melakukan hal bodoh.
Hingga suara seorang bayi, terdengar jelas di telinganya. Ia tak mampu berkonsentrasi.
Sang bayi dengan tangis yang berisik, mampu membuat Calvin menghentikan niat untuk mengakhiri hidupnya.
Ia mencari sumber suara dan mendapati sebuah kardus di ujung jembatan.
Calvin menoleh ke kanan dan ke kiri, siapa tahu bayi itu baru saja di buang disana.
Soalnya, sebelumnya, dia tak tahu ada kardus disana.
"Kalau mau buat anak, jangan buang sembarangan. Setidaknya bawa dia ke panti asuhan. Dasar para pasangan tidak punya hati."
Calvin membuka kardus itu dan mendapati bayi dengan rambut yang tebal berwana pirang, ada sebuah pita di sana. Lalu pakaian sang bayi juga berwarna pink, ia merasa sangat senang melihat bayi itu.
"Kau dan aku bernasib sama. Apakah ini takdir? Haruskah aku membawamu pulang? Asrama adalah tempat para lelaki. Apakah kau bisa bersamaku. Tidak seperti itu, apakah aku bisa merawatmu?"
Calvin merasa pusing, bukannya mengakhiri hidup, dia justru berpikir bagaimana nasib bayi yang ada di hadapannya.
Sang bayi terlalu imut. Calvin tidak bisa membiarkannya di sana.
"Kau ikut aku ya?"
Calvin mengendong bayi itu dan membawa bersamanya.
Entah kekuatan apa yang membuatnya berani mengambil keputusan ini.
Hanya saja, sama-sama merasa dibuang, menjadi satu alasan yang utama.
"Woy, kenapa anakmu?" ucap seorang pria yang menghentikan mobil tepat di samping Calvin.
"Ini bukan anakku, jangan sembarangan," jawab Calvin tidak terima di tuduh memiliki anak.
"Lah, kenapa kau menggendong anak?" ujar sang pria tadi, dia masih penasaran dengan Calvin sepertinya.
"Aku temukan dia di ujung jembatan, pergilah. Kau pria yang suka anak SMA ya?" ungkap Calvin dengan polosnya.
"Dih, mana aku bisa melakukannya, aku hanya ingin menawarkan bantuan. Kalau kau mau," cetus sang pria yang berwajah tampan dan terkesan sangat dewasa.
Calvin menatap dengan jelas siapa pria yang ada di depannya, dari penampakannya, Calvin tidak menemukan potongan seorang penjahat di wajah sang pria.
"Dari wajahmu, tidak ada rupa penjahat."
"Aku memang bukan penjahat, masuklah. Kasihan bayi itu."
"Okelah!"
Calvin menyerah dan masuk ke dalam mobil, dia duduk di jok depan.
Sang pria perlahan melajukan mobilnya.
Ia mengajak Calvin berbincang.
"Heh, anak kecil. Rumahmu mana?"
"Aku tinggal di asrama, kau bisa bantu aku pria baik?"
"Apa?"
"Tolong bawa bayi ini bersamamu, tapi kau single kan?"
"Iya, aku tinggal di apartemen sendirian, ada apa?"
"Bawa dia bersamamu, aku akan mengambilnya besok."
"Jangan, di apartemen ada kekasihku. Dia bisa salah paham. Kau bawa saja ke asrama. Aku ada tas besar, masukkan dia di sana."
"Apa kau gila? dia bisa mati."
"Tidak, dia akan hidup, tidak ada pilihan lain untukmu."
Calvin berpikir keras, dia sudah buntu dan mengikuti apa yang di katakan oleh sang pria.
Hingga asmara yang di maksud sudah ada di depan mata, sang pria memberikan saran agar tas itu di buka sedikit, agar si bayi bisa bernafas.
Calvin mendengarkan saran itu.
"Kau dengarkan aku, setelah sampai di dalam asrama, bersikaplah biasa saja. Kau pasti akan mendapatkan masalah pulang jam segini dengan membawa bayi. Ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku jika merasa kesulitan."
"Siap kakak! mulai sekarang, aku akan memanggilmu kakak."
"Ya, bagus. Setidaknya kau tidak memanggilku dengan sebutan kakek."
"Cih, berharap aku panggil kakek? Kau terlalu jelek untuk jadi kakek."
Calvin melihat kartu nama itu dan membaca nama Jonathan.
"Siap kak Jo, aku baru saja membaca nama di kartu ini, jadi aku tahu namamu."
"Apakah aku terlihat bertanya?"
"Pria menyebalkan! Ah sudahlah, aku masuk dulu kak. Hati-hati di jalan."
"Oke."
Mobil itu pergi, perlahan sang pemuda mengendap-endap untuk masuk melalui pintu belakang.
"Woy! tertangkap!"
Seorang pria yang merupakan satpam yang berjaga, menatap basah Calvin, untung bayi itu tidak menangis saat tas bergetar karena naik turun disebabkan gerakan Calvin yang terkejut.
"Apa sih pak? Aku kan sudah bilang, mau keluar sebentar."
"Iya, tapi ini sudah malam, kau bilang keluar jam 23.00, pulang jam 23.30. Coba kau lihat? Sekarang sudah lebih dari waktu yang kau katakan!"
Sang pemuda bersikeras untuk masuk ke dalam asmara dengan alasan barang bawaan berat.
Sang satpam curiga dengan isi tas yang tiba-tiba saja di bawa oleh Calvin, karena sebelumnya pemuda itu tidak membawa apa-apa.
"Apa yang kau bawa, Calvin?"
"Kau mau lihat? ada majah dewasa di sana, aku baru beli dari bandar," ucap Calvin dengan spontan.
Dia tak memiliki ide lain, karena hanya itu yang ada di dalam otaknya.
"Wah, aku memiliki selera yang bagus. Baiklah, kita bisa melihat bersama malam ini."
"Jangan sekarang pak satpam, besok siang saja. Besok kan hari minggu, kau bisa datang ke kamarku. Bagaimana?"
Calvin memberikan tawaran yang bagus, ini membuatnya bisa kabur.
Dengan rasa bangga, Calvin masuk ke area asrama tanpa debat berkepanjangan.
Seperti saran Jo, dia berjalan dengan gaya biasa saja. Beberapa kamar memang sudah tertutup, tapi ada beberapa yang belum tidur, karena hari ini malam minggu.
Calvin baru seminggu ada di sana, tapi sudah tidak betah, namun untuk kali ini Calvin harus berdamai dengan keadaan. Sebab ada bayi bersamanya.
Saat melewati salah satu kamar, Calvin terkejut karena ada yang memanggil namanya, tanpa pikir panjang, Calvin memeluk tas itu dan membawanya berlari bersamanya.
"Woy! Calvin? ada apa?"
Sang teman bahkan keluar dari kamarnya dan ingin mengejar Calvin, hanya saja usahanya dihentikan teman satu kamarnya.
"Masuk, nanti penjaga asrama akan menghukummu."
Setelah teguran itu, sang teman langsung masuk ke dalam kamarnya.
Si Calvin sudah ada di depan pintu kamarnya, tanpa basa-basi, ia segera masuk dan mengunci pintu.
"Huft! Akhirnya, bayiku."
Calvin yang memeluk tas berisi bayi, mendapatkan padangan aneh dari tiga teman satu kamarnya.
Tatapan yang langsung padanya.
"Apa yang kau bawa?" tanya Yonas, si teman sok cool.
"Aku curiga kau membawa boom," sahut Tama, si absurd gak ketulungan.
Satu lagi, Martin, si playboy kaleng krupuk.
Ia tak berkomentar, karena sedang fokus kepada para kekasih yang sedang ia ajak berkencan minggu depan.
Martin terlalu fokus dengan ponselnya yang berjumlah 5 buah itu.
Calvin menelan salivanya, tanpa banyak bicara, ia langsung membuka tas itu dan membaringkan bayi di tempat tidurnya.
"Apa? bayi?" ucap Tama dan Yonas.
Mereka mendekat pada ranjang bertingkat itu, ketiga pemuda mengelilingi ranjang dan satu bayi yang ada di tengah.
Bayi itu diam saja, dan hanya bergerak-gerak sesuai dengan keinginannya, matanya sangat lebar, terlihat sangat jelas.
Bibirnya tipis dan hidungnya mancung. Bayi perempuan itu sangat cantik.
"Jika dewasa kelak, aku berharap, keturunan Martin tidak akan mengetahui ada bayi masa depan secantik ini. Astaga, senyumnya ada lesung pipit. Perfect," ucap Yonas. Dia begitu memuji bayi mungil itu.
"Iya, bagaimana bisa Martin melewatkan daun muda? pacar saja sudah punya 10. Satu ponsel untuk janjian dua orang. Ya Tuhan, kapan dia tobat," sahut Tama setuju dengan ucapan Yonas yang sangat benar.
"Sudahlah, jangan berisik, anakku sedang ingin tidur. Coba kau lihat wajahnya begitu imut seperti aku," ujar Calvin seakan memiliki bayi mungil yang belum ada namanya itu.
Yonas dan Tama menatap mata Calvin, keduanya sedang menyelidiki sesuatu.
"Ada apa denganmu? Kau menghamili seorang gadis? Satu minggu diasingkan oleh kedua orang tuamu, apakah belum cukup?" tanya Tama mengintrogasi.
"Nah, benar. Isi otak Tama sama denganku. Katakan sesuatu tentang asal usul bayi ini!" sahut Yonas yang seakan menghakimi Calvin dengan membabi buta.
Belum sempat memberikan penjelasan, Martin ikut campur, dia yang tidak terlalu mendengarkan apa yang disampaikan oleh tiga orang itu, memberikan pendapatnya.
"Ya, kau hamili anak orang? dasar! aku saja yang playboy masih paham, ada banyak pengaman di mini market. Apakah kau bodoh? Payah sekali."
"Martin! Diam kau! Jika tidak tahu permasalahan yang sebenarnya, tidak perlu berkomentar."
"Oke, begitu saja marah."
Ketiga orang masih berdebat, Calvin selalu ingin menjelaskan, tetapi diberikan banyak tudingan. Martin merasa kesal, dia meninggalkan ponsel dan para pacarnya. Kemudian menghampiri teman satu kamar yang berisik dari tadi.
"Kalian sedang mendebatkan apa, hey?" ucap Martin.
Saat ia berjarak dekat dengan bayi mungil, rasanya seperti bertemu dengan malaikat. Martin langsung luluh.
"Astaga, kenapa ada dewi di sini? apakah dia keturunan dewi kecantikan?"
"Kau ternyata sama saja dengan yang lain. Duduk dan dengarkan Calvin berbicara."
Calvin menghela nafas, lalu memberikan penjelasan mengenai asal usul bayi itu.
Ketiga orang yang menjadi teman satu kamar, merasa sedih dengan keadaan ini. Calvin yang depresi, lalu bayi yang dibuang. Ini sangat mengharukan.
Calvin menyangka jika teman-temannya akan menolak kehadiran bayi itu, tapi justru sebaliknya. Ketiga temannya akan bergantian menjaga si bayi dan bekerja sama untuk membeli semua perlengkapan untuknya.
"Mulai saat ini, dia akan memiliki empat ayah. Meski kita masih kekanak-kanakan, setidaknya ada internet. Kita bisa belajar banyak dari sana cara merawat dan menjaga bayi," ucap Tama yang sangat senang berada di antara teman yang juga suka dengan bayi itu.
"Oke, untuk bagian mandi dan popok, biar aku yang lakukannya. Martin terlalu berpikiran kotor tentang perempuan. Dia tidak cocok," cetus Yonas.
"Aku juga ingin dapat bagian, dia hanya seorang bayi perempuan, aku tidak sekotor itu, kawan!"
"Haha ... oke-oke. Tugas akan aku bagi. Hari pertama Tama yang menjaga dan membeli susu, pempers dan baju bayi. Hari kedua Martin, hari ke tiga aku dan hari ke empat adalah Yonas. Ini cukup adil bukan?"
Calvin memberikan pembagian tugas, semua teman setuju dengan perkataannya.
Hari ini, semua ayah memberikan kasih sayangnya. Hingga terdengar kentut sang bayi, sampai pup. Semua ayah merasa panik, Calvin lupa membeli perlengkapan bayi.
Semuanya jadi kacau. Alhasil, mereka sedemikian rupa menjadikan sprei putih untuk popok bayi.
Keributan ini berlangsung cukup lama, hingga pintu kamar mereka ada yang mengetuk.
"Matilah kita!"
Dari ke empat orang itu, hanya Calvin yang berani membuka pintu.
Ia membaca doa dulu, jangan sampai keberadaan bayi di asrama laki-laki diketahui oleh banyak orang.
Klek!
Pintu telah terbuka, ia melihat pak satpam yang tadi memergoki Cavlin.
"Kau? Ada apa pak?"
"Aku teringat akan kata-katamu, mana majalah dewasanya?"
"Kenapa dia ingat?" batin Calvin.
Dia berpikir dan mencari jawaban paling singkat.
"Oh, ada sebentar. Kau jangan masuk, kami belum tidur dan sedang nobar yang cantik-cantik. Kau sudah dewasa, bahaya kalau sampai ikut kami. Nanti bar-bar."
"Wah, sepertinya seru."
Sang satpam ingin masuk di dalam, tapi dicegah oleh Calvin.
"Eh, jangan masuk. Aku tidak akan memberikannya padamu. Diam di sini, dan tunggu."
"Okelah."
Calvin memberikan kode untuk Martin agar mengambil majalah yang ada di mejanya. Sebab Calvin tahu jika bacaan Martin tidak jauh dari semua itu.
Martin bergerak cepat, dia ambil majalah itu dan memberikannya pada Calvin.
Kini majalah sudah ada ditangan Calvin, dia sedang bernegosiasi.
"Pak, semua majalah ini untukmu, tapi jangan datang secara tiba-tiba di malam hari. Aku sedang banyak pikiran, aku pusing."
Calvin memang sangat pandai berakting.
Dia mengatakannya dengan sangat fasih, tanpa terlihat sedang berbohong.
Sang satpam mempercayainya. Kali ini Calvin selamat.
Hingga tiba-tiba terdengar suara bayi, pak satpam langsung curiga, jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Calvin Cs.
"Suara apa itu? Apakah kalian membawa bayi?"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
jenny
ijin nyimak dulu ya thor, sambil baca marathon cz baru nemu ini cerita.
2023-05-30
2