MAMLA Bab 2

Semua orang langsung tegang, lagi-lagi Calvin mengelabui sang satpam.

Dia hanya mengatakan jika itu suara dari boneka yang diberikan oleh ayah dan ibunya sebelum mengirimnya ke asrama.

Calvin beralasan jika boneka itu akan mengingatkan jasa ibunya yang sudah susah payah menjaganya.

"Apakah itu benar? Aku sama sekali tidak percaya kepadamu."

Pak satpam memaksa masuk, lalu Tama langsung gercep membuat boneka dari kain, ia menirukan suara bayi. Meski sangat tidak masuk akal, sang satpam enggan memberikan komentar.

Tama yang terkenal sangat aneh, membuat pak satpam tidak mau menghabiskan waktu di kamar Calvin Cs.

Selain banyak waktu terbuang, pak satpam juga masih banyak pekerjaan.

"Ya, aku percaya kau. Kadang aku malas dengan semua alasanmu yang tidak masuk akal. Calvin anak baru, jangan membuatnya makin tidak paham akan pergaulan yang normal."

"Siap pak!"

Satpam sempat melirik ke arah kamar bagian dalam, tapi langsung di tutup oleh badan Calvin.

Sekarang pria itu benar-benar pergi, Calvin sudah memastikannya.

"Astaga, hampir saja! dimana anakku?"

"Kau lihatlah dia, bayimu ada di sana!"

Tatapan mata Calvin menuju ke arah Martin yang sangat fasih memberikan candaan dan kehangatan bagi si bayi.

"Haha, dia bisa juga mengasuh," ucap Calvin yang merasa senang dengan situasi ini.

Dia merasa bahwa Martin hanya tahu tentang para gadis saja, ternyata tidak demikian adanya.

Martin sangat bisa melakukan banyak hal.

Setelah sang bayi tenang, mereka bisa tidur dengan nyenyak dengan Calvin terus menjaga bayi itu.

.

.

.

Pagi harinya, pukul 05.30 ...

Semua orang yang terbiasa bangun siang, langsung berbagi tugas tanpa membiarkan semua penghuni asrama tahu jika mereka merawat bayi di sana.

Untung hari ini minggu, jadi beberapa anak di asrama pulang ke rumah masing-masing untuk melepas rindu. Sedangkan sebagian lainnya memilih untuk menghabiskan waktu di asrama.

Tugas yang sudah tertata rapi, langsung jungkir balik tidak beraturan sebab Martin yang terlalu lama mandi. Harusnya dia bertugas membeli makanan bersama Calvin, alhasil mereka order lewat aplikasi. Lalu Tama gercep pergi ke mini market yang dekat dengan asrama itu untuk membeli beberapa perlengkapan bayi, dia meminta seorang ibu untuk membelikan beberapa barang yang sudah ia list disebuah kertas. Dia menyisihkan uang bersama ketiga temannya untuk membeli popok, baju dan susu.

Ide ini terlintas begitu saja, sebab dirinya tidak mampu berpikir lagi. Tama sangat tertekan kalau ada teman lain tahu jika dia merawat bayi di dalam kamar.

Tama membuat barang-barang itu cukup aman dengan memasukkan ke dalam kardus dan mengirim paket. Ini sangat tak biasa, tapi ini lebih baik daripada satpam yang selalu bertugas akan banyak bertanya.

Ini menjadi pemikirannya juga.

Hingga semua kesulitan itu usai, kini semua sudah lengkap.

Hari minggu yang cerah, tapi mereka semua malas keluar karena terpesona dengan bayi yang ditemukan Calvin tadi malam.

"Kau tahu kan, susahnya cari barang dan mengirimnya ke asmara. Untung kau yang mengambil paketnya, jika ada orang lain, pasti akan menimbulkan masalah."

Tama sangat beruntung memiliki teman Yonas, dia cukup sat set dalam melakukan banyak hal, jadi sangat menyenangkan bisa bekerjasama.

"Iya, aku juga merasa senang, Yonas jadi idolaku. Kau keren."

Calvin mengatakan hal yang sama, dia melirik ke arah Martin yang sedang membuat susu untuk si bayi.

"Dia hanya ingin bersama malaikat kita, tapi tidak mau membeli perlengkapan. Apakah itu namanya solidaritas?" sahutnya kesal.

Martin masa bodoh, dia hanya ingin bersama si bayi mungil yang sangat cantik dan telah membuatnya jatuh hati.

"Jika dia dewasa, jangan kau nikahi. Dia adalah anak kita bersama."

"Mungkin saat si cantik berusia 20 tahun, kita sudah 30an tahun. Haha ... sebenarnya kita bisa menjadi ayah dan suaminya, tapi apakah mungkin?"

Martin dan Yonas sedang berdebat tentang masa depan si bayi cantik, berbeda halnya dengan Tama dan Calvin.

Tama sedang memikirkan nama untuk sang bayi, begitu juga dengan Calvin.

"Namanya Moon saja, dia bagai cahaya bulan. Soalnya kau temukan dia ditengah malam."

"Kau agak pusing ya? tadi malam tidak ada cahaya bulan, mendung tahu!"

"Terus, namanya siapa ya?"

Tama dan Calvin, masih berdebat, Yonas yang penat mendengar tiga temannya sibuk dengan urusan masing-masing.

Dirinya mengambil alih semua itu.

"Diam kalian semua, aku akan memutuskan jika nama bayi kita adalah Angela Flowers. Dia adalah malaikat kita yang harum dan penuh bunga."

"Hahahhahahhaaa."

Ketiga teman tertawa tidak aturan, sebab seorang Yonas sangat tidak romantis. Namun, tiba-tiba saja bisa memberikan ide nama yang cukup manis dan super cute.

Mereka sangat senang menghabiskan hari minggu bersama Angela.

Namun, tanpa disadari, seorang teman yang curiga akan gerak gerik ke empat orang itu mulai melakukan penyelidikan.

Ini sangat berbahaya bagi empat pemuda itu, karena bisa jadi di keluarkan dari asrama dan tidak bisa bersekolah disana lagi.

Di tempat lain ...

"Apakah kau yakin, Jimmy?" tanya Ronald.

Dia dan Jimmy sangat sensitif dengan Martin sebab gadisnya direbut oleh si playboy.

Kali ini, keduanya akan menjatuhkan Martin dengan gosip telah membuat onar dengan membawa anak di sekolahan.

"Yakin, aku mendengar suara bayi, dan mereka sama sekali tidak keluar kamar. Ini aneh."

"Oke, kita segera urus."

Rencana orang-orang yang tidak suka dengan Martin, seketika mengembara ke dalam kebencian yang tiada batas.

Ronald dan Jimmy akan memberikan pelajaran kepada Martin.

Minggu sore biasanya anak asrama sering melakukan makan malam bersama. Ronald yang terlihat sok akrab dengan Calvin, mencoba memintanya untuk menemani di area lantai satu untuk ikut menyiapkan makan malam para bujang di asrama.

Sedangkan Jimmy mendekati Martin.

"Martin, my bro!" ucapnya sambil memeluk tubuh sang rival.

Ini sangat aneh bagi seorang Martin, sebab selama ini Jimmy jarang berinteraksi dengannya. Tapi kenapa tiba-tiba memeluknya?

Fix, ini sangat mencurigakan.

"Oh ya," jawab Martin sekenanya, sebab dia tidak mau terlalu banyak bicara dengan orang yang selama ini membuatnya dalam masalah.

Menurut padangan Martin, bukan dia yang merebut kekasih Jimmy, tapi kekasih Jimmy yang datang padanya karena pria itu tidak bisa memberikan kasih sayang dengan tulus.

Jimmy terlalu fokus dengan teman-temannya tanpa melihat adanya dirinya.

Martin memegang teguh kata-kata setiap gadis yang bersamanya, meski dia sendiri suka bohong.

Dasar playboy memang si Martin.

"Kau mau makan bersamaku?" tanya Jimmy dengan raut muka yang lebih bersahabat.

Jimmy akan memberikan kesan jika dia biasa saja dengan Martin.

"Boleh."

Martin meladeni tawaran Jimmy, akan sampai mana si rival membuatnya lengah.

Kedua orang itu berjalan menuju stand makanan, Jimmy yang kebetulan memiliki kesukaan yang sama dengan Martin, bersama menghampiri stand dengan menu spaghetti dan beberapa kudapan yang sangat nikmat.

"Kau dan aku suka spaghetti, apakah ini sebuah kebetulan?" tanya Jimmy.

Ia mulai sok akrab, rasanya sangat malas, tapi sang rival ingin Martin dan Calvin tetap berada di bawah. Sebab dua temannya sedang berada di atas menyelidiki apa benar ada bayi di kamar Martin cs.

"Tidak, aku suka karena kekasihmu suka. Dia sepertinya memiliki kebiasaan yang sama denganmu."

Satu shoot langsung masuk ke dalam hati Jimmy, apa yang dia maksud kekasih adalah masa lalu Jimmy, yaitu Lisa.

Jimmy tidak mau baper, dia terus memberikan shoot balasan.

"Lisa dan kau sangat serasi. Aku senang gadis itu menemukan pria yang tepat."

"Apakah kau baru sadar jika kau bukan pria tepat untuknya?"

Kata-kata ini bisa memicu kemarahan Jimmy, tapi demi misi, dirinya akan tetap diam saat kalimat sarkas memenuhi obrolan mereka.

Saat obrolan itu, Martin memantau ada dua orang yang berjalan menuju lantai dua, terlihat jelas dari bawah jika mereka akan datang ke kamarnya.

Apa yang dia pikirkan, nyatanya benar terjadi. Martin segera mengirim pesan kepada Tama.

Sedangkan di kamar Martin Cs ...

Tama yang menunggu perintah Martin, terlihat fokus kepada ponselnya.

Ting!

Tiba-tiba ada pesan masuk, saat Tama memeriksa, ternyata pesan itu dikirim oleh Martin.

"Martin mengirim pesan jika kita harus memindahkan bayi ini ke tempat lain, astaga! kita pindah kemana?" ucap Tama merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Martin.

"Aku juga pusing, bagaimana ini?" jawab Yonas.

Di saat merasakan pusing tujuh keliling, tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk.

Dua orang mulai panik.

Suara ketukan semakin keras, terdengar jelas orang dari luar mencoba untuk mengintimidasi dua orang itu.

"Aku tahu jika kalian berbohong! buka pintunya, di sini tidak boleh ada bayi! aku akan datang membawanya kepada dewan asrama. Aku sudah menantikan ini semua, kalian keluar dari asrama dengan tidak terhormat."

Tama sangat mengenal suara itu, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Sang bayi yang anteng, membuat seorang Yonas tidak tega memasukkannya kedalam tas.

Hingga tidak ada pilihan lain, Yonas memasukkan bayi itu ke dalam tas besar dengan membuka sedikit tas itu untuk menyisakan ruang oksigen.

Lalu tas itu di letakkan di bagian atas lemari kayu yang cukup tinggi.

"Apakah ini aman?" cetus Yonas cemas.

"Kita bersikap biasa saja, tidak perlu banyak ini dan itu. Ingatlah! orang yang ada di luar sangatlah berbahaya."

Tama hanya bisa mengiyakan, sebab dia tidak mau terjadi sesuatu kepada bayi cantik itu.

Ia membuka pintu dengan perlahan, tetapi dua orang yang tidak tahu malu, langsung masuk dan mencari bayi.

"Dimana kalian sembunyikan bayi itu?"

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!