MAMLA Bab 4

"Apakah ini tidak terlalu bahaya untuk Angela?" tanya Tama yang baru saja mendapatkan penjelasan dari Calvin.

Calvin yang memiliki rencana agak ekstrem, membuat semua penghuni kamar merasa resah, apalagi sang bayi baru saja nyenyak tidurnya.

Namun, Calvin menjelaskan jika itu merupakan jalan satu-satunya untuk membawa Angela pergi dari sana.

Pada akhirnya ke empat orang itu setuju dan langsung melakukan perannya dengan benar.

Tidak butuh sepuluh menit untuk membuat semuanya menjadi nyata, Calvin turun lewat jendela dengan bantuan tali yang dibuat dari selimut saling bertaut.

Calvin yakin dan teman-temannya, tali yang cukup kuat, bisa membuat dirinya dan Angela bisa keluar dari masalah ini.

Pada saat yang tepat, Calvin telah meluncur bebas ke lantai dasar agar bisa kabur membawa Angela ke tempat yang lebih aman.

Sedangkan Martin secara cepat menarik tali yang digunakan untuk turun Calvin dan segera merapikan semuanya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Tama menghela nafas, lalu membuka pintu.

Klek!

Pintu terbuka, lalu terlihat jelas sosok dewan asrama yang terlihat garang itu.

"Kami akan mengeledah tempat ini."

Mereka mencari apapun yang ada di tempat itu, entah di kolong tempat tidur di kamar mandi lemari bahkan di plafon juga.

Tama memberikan kode kepada Martin agar mengecek apakah Calvin sudah pergi dari area asrama.

Martin memahami kode itu dan langsung melihat ke arah bawah melalui jendela, namun sayangnya gerak-gerik Martin mendapatkan perhatian khusus dari salah satu dewan.

"Apa yang kau lihat? apakah ini sebuah lelucon?"

Dewan mencurigai sang pemuda, hingga sebuah panggilan telepon langsung mendapatkan perhatian lagi, Martin merasa bahwa kekasihnya menelpon bukan pada waktunya.

"Siapa yang menelepon?" tanya dewan asrama.

Martin dengan spontan mengatakan jika panggilan itu kakaknya, tapi para dewan tidak mau tahu dan langsung menyita ponsel itu.

"Kau berbohong dengan apa yang kau katakan. Pemuda sepertimu seharusnya mendapatkan hukuman! ikut kami segera!"

"Aku pak?"

"Kalian bertiga!"

Martin, Tama dan Yonas hanya pasrah, mereka bertiga tidak masalah harus ditangkap dan diamankan oleh dewan asrama. Asalkan Angela baik-baik saja.

.

.

.

Sementara itu si Calvin ...

Calvin yang sudah sampai depan asrama, mendapatkan teguran dari satpam yang selalu membuatnya merasa terganggu.

"Heh, Cal! mau kemana lagi?" tanya sang satpam sambil menatap tajam tas yang dibawa oleh Calvin.

"Mau kemana? lalu apa isi tasmu?"

Calvin begitu cemas, dia sangat takut Angela menangis. Sepertinya hanya Tuhan yang mampu menyelamatkan dirinya.

Suara tangis Angela, terdengar nyaring.

Calvin panik.

Satpam langsung melotot ke arah tas Calvin.

"Heh? kau menyembunyikan apa di tas itu?"

"Maaf pak, tolong aku! rahasiakan ini semua, aku hanya ingin menolong bayi ini. Please pak, aku mohon."

Calvin memohon kepada pak satpam agar mendapatkan izin untuk membawa pergi bayi itu.

Pak satpam, masih merasa alasan Calvin tidak masuk akal.

Dia masih ingin mengintrogasi Calvin.

"Masuk ke post satpam, kau harus menjelaskan semua ini. Siapa bayi itu dan apa tujuanmu membawanya kemari!"

Satpam yang tegas, semakin membuat Calvin panik.

Calvin tidak bisa melakukan apapun lagi, rasanya lemas tak berdaya.

"Pak, tolong biarkan aku pergi, kasihan bayi ini. Tangisannya makin menjadi pak, tolong!"

Calvin terus memohon, bahkan bersujud, tapi pak satpam tidak bergeming.

Calvin terus meminta kepada pak satpam karena dia tidak ingin bayi malang itu mendapatkan keburukan di luar sana ketika banyak orang mengetahui keadaannya.

"Aku tidak akan terlambat masuk ke asrama lagi, atau aku tidak akan memberikan bantuan kepada orang lain untuk kabur. Tolong berikan aku kesempatan," ucap Calvin.

Dalam sujudnya dia menangis, kalau bukan karena Angela, mana mungkin dia akan melakukan semua ini?

Saat kedua orang itu sedang memiliki masalah hati masing-masing, tiba-tiba saja ada seorang siswa yang mengetahui keberadaan Angela.

"Vin? kau membawa seorang bayi di dalam tas itu? Apakah benar? Jadi memang benar ya, apa yang aku dengar bukan hal yang halusinasi. Aku harus mengatakan kepada kakak kelas, agar aku dapat uang! hahaha!"

Siswa itu akan kabur, namun langsung dihentikan oleh pak satpam.

Pak satpam menarik lengan siswa itu, lalu membungkam mulutnya yang berteriak-teriak tidak karuan.

Setelah berhasil dilumpuhkan, siswa itu mendapatkan amarah dari pak satpam yang memasukkannya ke dalam pos satpam.

Siswa bernama Danu itu, langsung diikat dengan tali, lalu mulutnya dibungkam agar tidak banyak bicara dan berteriak lagi.

Soalnya, kalau tidak diperlukan demikian, pasti akan banyak melawan. Ini terasa begitu sulit untuk pak satpam.

"Kau duduk di sini, sementara bayi ini, biar aku yang menanganinya!"

Pak satpam membawa tas itu, tapi Calvin melarangnya.

"Apa yang kau lakukan pak? jangan buang dia! tolong berikan aku kesempatan untuk menjelaskan darimana asal-usul bayi itu."

Calvin tak bisa menahan air matanya, pak satpam hanya diam.

"Pak! jawablah aku. Aku mohon padamu," imbuh Calvin tanpa henti meminta pada pak satpam, hingga terpaksa pak satpam mencekoki Danu dengan obat yang bisa membuatnya lupa.

Pak satpam bernama Bram, langsung menggendong tubuh Danu dan masuk ke dalam ruangan yang biasa ia gunakan untuk beristirahat.

Setelah selesai dengan Danu, pak Bram langsung menyelamatkan bayi yang ada di dalam tas. Dia adalah seorang ayah yang memiliki tiga putri, jadi sangat mudah untuknya memberikan pertolongan pertama ketika bayi perempuan sedang menangis.

"Kau membawa botol minumannya?" tanya pak Bram dengan tergesa-gesa, karena dia ingin bayi itu segera tidur supaya tidak mengganggu murid lain yang sedang tidur di asrama.

Calvin mengambil sebuah botol dari tas yang ia bawa lalu segera memberikan kepada pak satpam.

"Ini pak."

"Oke."

Pak Bram dengan sigap membuat si bayi diam, meski banyak sekali drama. Sialnya Angela tidak mudah dekat dengan orang lain.

Selama ini, hanya Calvin dan teman-teman yang ia temui.

Calvin merasa senang, karena pak satpam mau membantunya. Ia mengira jika pak satpam akan membuatnya dalam masalah. Di dalam otaknya, dia berpikir jika Angela diberikan kepada panti asuhan.

"Pak satpam, aku berterima kasih kepadamu karena telah membantu meringankan bebanku. Saat kau memergoki aksiku membawa pergi Angela, rasanya seperti masuk ke dalam api neraka. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, selama Angela berada dalam rasa aman, aku pasti berterima kasih kepadamu lebih dari ini. Kau tahu mengapa aku bersikap demikian?"

"Diam, adikmu sedang on the way tidur."

"Pak, aku kan sedang bercerita. Ini mirip seperti kisah sedih, kenapa tidak meresponku?"

"Cih, kau bilang adalah kakak yang terbaik. Adikmu tidur justru dirimu banyak bicara."

Pak satpam bagi dong Angela dan menimangnya seperti anak sendiri.

Diam-diam Calvin merasa senang. Dia memiliki pihak lain yang bisa menyelamatkan Angela.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!