Aku Ini Milikmu, Bukan Miliknya

Aku Ini Milikmu, Bukan Miliknya

Bab 1

Nadira thefani, dia gadis cantik yang memiliki banyak masa kelam. Namun di balik itu semua, Nadira tidak pernah merasa berkecil hati, ia tetap menjadi Nadira yang kuat dan penuh semangat. Hingga kini ia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa.

"Nadira, apa yang sedang kamu lakukan disitu?" wanita yang baru saja memanggilnya itu adalah Sarah, wanita yang selama ini membesarkannya disebut club malam tempat ia dilahirkan.

Nadira tersenyum, "Iya Tante, aku tidak sedang ngapain-ngapain, aku hanya.. Oh iya Tante" Nadira berlari kearah Sarah. "Tan, bagaimana dengan keadaan ibu ku? Apa Tante Sarah sudah mendapatkan kabar darinya?" ia tiba-tiba menunjukkan wajah kesedihan. "Aku tiba-tiba merindukan ibu".

"Kenapa? Apa ibu mu benar-benar tidak memberikan kabar sampai sekarang ini kepada mu?".

"Mmmm, sampai sekarang ibu belum memberikan kabar kepada ku. Aku khawatir kalau sesuatu terjadi kepadanya".

"Jangan khawatir, ibu mu pasti akan segera kembali. Sekarang kamu ikut Tante, ada pekerjaan yang akan Tante berikan sama kamu".

"Ayo".

Santa thefani, dia wanita yang sudah melahirkan Nadira thefani disebut club akibat dari pergaulan bebas yang pernah ia lakukan dengan seorang pria pujaan hatinya. Namun naasnya, suatu hari Santa mengalami penghianat dari pria tersebut sehingga si pria itu tidak mau bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia lakukan dengan Santa.

"Nadira, kamu lihat pria disana?" Sarah menunjukkan kearah salah satu meja yang berada di tengah-tengah itu.

"Iya tante, aku melihatnya".

"Sekarang kamu bawa minuman ini kesana, dan ingat!" Sarah memperingati Nadira agar ia tidak sampai melakukan kesalahan yang membuat si pria itu marah. "Lakukan...

"Ck, Tante Sarah jangan khawatir. Serahkan semua kepada Nadira Tante".

"Bagus kalau begitu, sekarang pergilah".

"Tapi Tante tunggu dulu. Apa pria itu hanya sendiri saja? Dia sangat tampan meskipun dia sudah terlihat mmmm bisa di bilang sedikit tua".

"Aku tidak tau, pergilah. Dan ingat seperti yang baru saja aku katakan kepada mu".

"Mmmm".

Nadira lalu membawa minuman tersebut berjalan menghampiri si pria tua yang sedang duduk seorang diri di salah satu meja dengan tatapan kosong. Kemudian Nadira berkata.

"Permisi, maaf tuan saya menganggu waktunya" Nadira meletakkan minuman alkohol diatas meja. "Ada yang bisa saya bantu lagi tuan".

Si pria paruh baya langsung melihat kepadanya, ia menatap wajah Nadira dengan tatapan mata kosong. Hingga beberapa menit kemudian ia tersadar akan kehadiran Nadira.

"Kamu siapa?" tanyanya.

Nadira tersenyum kembali, "Saya pelayan disini tuan".

"Mmmmm" si pria itu hanya mengguman sembari menatap Nadira lagi. "Siapa nama mu? Kenapa aku tidak pernah melihat mu?".

"Wah" Nadira sedikit menggoda. "Kalau begitu, bisakah aku duduk disini tuan?".

"Silahkan".

"Terima kasih" Nadira mendudukkan diri, ia melihat pria itu dengan wajah yang masih penuh dengan senyuman. "Saya sudah lama tinggal disini tuan, nama saya Nadira dan hanya saja tuan tidak pernah melihat ku. Begitu juga dengan saya tuan, ini juga yang pertama bagi ku pernah melihat tuan".

"Benarkah?" si pria itu tersenyum menyambar gelas yang sudah Nadira tuang.

"Iya tuan".

Lalu beberapa menit lamanya kedua orang itu terdiam bersama, tetapi si pria paruh baya tetap menikmati setiap tegukan anggur tersebut. Hingga kedua mata mereka saling bertabrakan, pria itu langsung tersenyum tipis membuat Nadira segera membalasnya.

"Kamu cantik".

"Apa?" Nadira pura-pura tersipu malu.

Si pria itu kembali mengulangi perkataannya, "Kamu sangat cantik. Apa kamu sudah menikah?".

Tertawa kecil, "Tidak, saya belum menikah tuan dan saya belum memiliki kekasih".

"Sayang sekali" ucap si pria itu menatap Nadira dengan tajam.

"Hahahaha, jangan melihat saya seperti itu tuan".

"Kenapa?" si pria itu semakin menatap Nadira. "Kamu sangat cantik, tapi kamu.. Bahkan tidak memiliki kekasih".

"Untuk saat ini, terkadang lebih menyenangkan hidup seperti ini tuan dari pada memiliki seorang kekasih. Terus tuan?".

"Kenapa dengan ku?".

"Saya rasa tuan sudah...

"Sudah menikah" jawabnya tersenyum manis membuat Nadira mengangguk. "Kenapa? Apa kamu kecewa?".

"Hahahaha, tentu saja tidak tuan. Saya hanya membenarkan tebakan saya saja tuan kalau tuan itu sudah menikah. Tapi meskipun demikian, tuan masih tetap tampan seperti pria muda pada umumnya".

Si pria itu lalu seketika terdiam, ia tampak memikirkan apa yang baru saja Nadira ucapkan.

"Ada apa tuan? Apa tuan merasa tersinggung dengan perkataan saya? Kalau begitu maafkan saya tuan, tolong maafkan saya".

"Tidak apa-apa, saya sudah terlalu sering mendengar kata pujian itu".

"Benarkah tuan? Saya sangat takut" kemudian Nadira melihat sekitar mereka. Satu persatu meja semakin terisi penuh melihat jam telah menunjukkan hampir pukul 12 malam. "Oh iya tuan, boleh saya mengetahui nama tuan? Maaf jika saya sudah terlalu lancang".

Si pria itu terdiam, lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam jas miliknya dan langsung memberikan dihadapan Nadira yang bertuliskan Rudian Herlambang dari Presiden group Texas.

"OMG!!" Nadira membulatkan kedua matanya melihat kartu nama tersebut. "OMG! OMG! Tuan, apa saya tidak salah lihat apa yang sedang saya lihat sekarang ini?".

Rudian mengangguk, "Kamu tidak salah lihat" ia lalu bangkit berdiri membuat ia hampir saja terjatuh kalau saja Nadira tidak segera menahan tubuhnya. "Terima kasih".

"Tuan baik-baik saja?" Nadira khawatir. "Sepertinya tuan sudah mabuk berat. Apa tidak sebaiknya tuan menginap disini saja? Saya khawatir kalau tuan pulang dengan keadaan seperti ini malah...

"Malah apa hhmmm?" Rudian menyentuh dagu Nadira dengan lembut. "Jangan bilang aakkhhh" tiba-tiba ia merasa pusing.

"Ayo tuan, sebaiknya tuan istirahat disini saja" Nadira membawa Rudian pergi dari sana membawa ke dalam kamar penginapan yang mereka sediakan setiap tamu yang ingin tinggal. Kemudian dengan lembut Nadira menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur. Sembari menatap wajah tampan Rudian yang begitu sangat memesona, ia tanpa sadar menyentuh dada bidang Rudian kalau saja ia tidak tersadar.

"Astaga, apa yang baru saja aku lakukan?" Nadira mengangkat tangannya. "Aku hampir saja melakukan satu kesalahan".

Namun saat Nadira hendak pergi meninggalkan Rudian yang terbaring diatas ranjang, tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangan tangan miliknya membuat ia berhenti melihat kearah pria tersebut dengan wajah terkejut.

"Jangan pergi, tinggallah disini bersama dengan ku" suara Rudian terdengar begitu sangat lembut.

Nadira masih terkejut, "Tapi tuan...

"Hhmmsss.. Aku membutuhkan mu, tinggallah disini sampai aku benar-benar tertidur" dengan sangat kuat Rudian menarik Nadira sampai ia terjatuh di atas ranjang.

"Akh, a-ap...

"Sshhuueeett... Jangan bersuara, mereka bisa mendengar mu" Rudian kemudian menatap kedua bola manik mata Nadira dengan intens sampai ia merasakan sesuatu sedang bergejolak di bawah sana membuat Nadira segera menyadari akan hal itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!