Bab 5

Dengan wajah kesedihan Nadira menatap keatas langit, ia berkata. "Aku ingin keluar dari beban ini semua Tante".

Sarah tampak bingung, "Maksud kamu? Beban yang seperti apa Dira?".

"Aku ingin mencari pekerjaan baru Tante, tapi tak satupun perusahaan yang aku cari membuka sebuah lowongan pekerjaan untuk orang seperti aku ini" Nadira menatap Sarah. "Apa yang harus aku lakukan Tante agar aku bisa mendapatkan pekerjaan?".

"Kamu yakin ingin meninggalkan pekerjaan ini Dira? Mencari pekerjaan yang kamu pikirkan itu tidaklah mudah. Ditambah, kamu sama sekali tidak memiliki pengalaman dan juga, kamu tidak memiliki pendidikan seperti mereka".

"Aku tau Tante, tapi aku benar-benar sudah tidak bisa lagi melanjutkan pekerjaan ini".

"Apa ini semua karna pria itu?".

Nadira terdiam, setelah itu ia menganggukkan kepala.

"Karna itu aku ingin meninggalkan semua ini Tante, aku ingin...

"Jangan membuat keputusan yang akan kamu sesalkan suatu saat nanti Dira. Jangan hanya karna dirinya kamu jadi seperti ini, seperti yang baru saja aku katakan, kehidupan di luar itu tidak seperti yang kamu lihat selama ini. Dunia luar itu begitu sangat kejam, bahkan aku sendiri tidak sudi kembali ke jaman itu".

"Lalu, apakah aku akan hidup seperti ini terus Tante? Aku benar-benar tidak sanggup lagi Tante, aku benar-benar tidak sanggup lagi" air mata itu menetes.

"Kamu menyukai pria itu?".

Deng!

"Tidak".

"Jangan berbohong Dira, jawab aku jujur kamu menyukai pria itu?".

"Hhmmsss... Aku tidak tau Tante, aku menyukai pria itu atau tidak".

"Lalu sekarang, apa kamu masih memiliki komunikasi dengannya? Kemarin Lala memberitahu ku kalau kamu tampak murung beberapa hari ini, apa itu semua karna dia?".

"Mmmm, aku sudah mengakhiri hubungan dengannya. Itu sebabnya aku ingin mencari pekerjaan Tante. Apa Tante memiliki...

"Tidak ada" jawab Sarah memotong. Tetapi Nadira tau kalau wanita tersebut sedang kecewa kepada, namun ia sudah bulat dengan keputusannya, ia harus pergi meninggalkan pekerjaan itu semua dan memulai kehidupan yang baru sebagai Nadira yang kuat.

Kemudian Lala mendatangi mereka, ia melihat kedua orang itu hanya diam membisu tanpa seorangpun diantara mereka yang mengajaknya bicara, hingga akhirnya Nadira tersenyum kepadanya. Tetapi berbeda halnya dengan Sarah, wanita itu malah pergi meninggalkan mereka dan itu membuat Lala semakin keheranan ada apa dengan mereka.

"Duduk La" ucap Nadira.

Begitu Lala duduk diatas kursi yang tadinya Sarah duduki, ia langsung bertanya ada apa dengannya.

"Aku sedang mencari pekerjaan baru La" jawab Nadira membuat Lala sedikit kaget. "Aku ingin mencari kehidupan baru La, dan memulai semuanya dari awal".

"Kamu serius Dira? Kamu serius mau pergi dari sini? Kamu enggak sedang bercanda kan?".

"Mmmm, aku mengatakan yang sebenarnya La".

"Ta-tapi alasannya apa Dira? Kenapa begitu sangat tiba-tiba sekali? Kamu membuat ku khawatir, dan juga apa karna itu Tante Sarah terlihat marah kepada mu?".

"Iya, dia marah kepada ku karna aku akan pergi. Tapi aku belum tau kapan waktu itu tiba, karna saat ini aku sedang mencari pekerjaan".

"OMG Dira! Jadi kamu akan benar-benar pergi meninggalkan kami semua? Astaga, jangan bilang ini karna pria itu?".

Nadira tersenyum tipis.

"Kamu serius Dira pergi hanya karna dia?".

"Mmmm, bisa dibilang La" jawab Nadira mengangguk kepala. "Jika aku masih disini bertahan dengan pekerjaan ku, aku yakin dia akan datang kembali menemui ku La. Aku takut kalau sampai itu terjadi".

Lala terdiam, ia juga merasa kasihan melihat Nadira yang benar-benar terpuruk dengan hubungan yang selama beberapa Minggu ini ia jalankan dengan Rudian.

"Jika seperti ini aku juga tidak tau harus berkata seperti apa Dira. Aku hanya bisa berdoa semoga yang terbaik menghampiri mu".

"Terima kasih La".

.

Hari-hari yang selama ini sudah Rudian nanti, ia tampak begitu sangat bahagia karna ia akan berangkat menuju bandara menemui orang yang begitu sangat ia cinta yaitu sang istri dan juga putranya.

Dan setibanya di bandara, ia menyuruh sang supir menunggu di mobil. Sedangkan ia menunggu di depan pintu keluar lorong satu.

Dengan wajah berbinar-binar, Rudian tak henti-hentinya tersenyum sampai-sampai ketampanan yang ia miliki membuat sekitarnya terpesona.

"OMG! Kenapa pria itu sangat tampan sekali" ujar salah satu orang tersebut berbisik dengan lembut hingga sampai ke pendengaran Rudian.

"Iya, tua-tua seperti itu tapi aura dia. Astaga, rasanya aku ingin memiliki dia. Tapi di sedang menunggu siapa? Apa dia sedang menunggu kekasihnya?".

"Sepertinya".

"Wah, beruntung sekali wanita yang berhasil memilikinya. Aku sangat iri".

"Mmmm, aku juga".

Tidak lama setelah Rudian mendengarkan perkataan mereka, orang yang sedang ia tunggu-tunggu pun akhirnya menunjukkan diri dengan senyum mengembang di wajahnya sembari memanggil.

"Sayang!".

"Hahahaha... Rudian" Darita yang begitu merindukan sang suami, ia langsung berlari ke dalam pelukan Rudian dan memberikan beberapa ciuman tanpa perduli dengan sekitar mereka dan juga putra mereka yang berada di belakang.

"Hahahaha, papa sangat merindukan mama".

"Mmmm, mama juga sangat merindukan papa sampai-sampai mama tidak bisa berhenti memikirkan papa. Bagaimana kabar papa? Maafkan mama sudah begitu lama meninggalkan papa di Indonesia".

"Tidak apa-apa mah, papa baik-baik saja. Lalu bagaimana dengan mama dan juga kamu?" ia tersenyum hangat kepada putranya itu. "Kalian baik-baik saja selama disana?".

"Seperti yang papa lihat sekarang" jawab Marsel memeluk Rudian dengan erat.

"Syukurlah, papa senang mendengarnya. Ayo, papa sudah menyiapkan sesuatu untuk kalian berdua".

"Ayo pah" Darita merangkul sang suami, sedangkan Marsel membawa barang-barang mereka menuju mobil dimana sang supir yang sudah menunggu. "Lalu bagaimana dengan perusahaan pah? Apa semuanya baik-baik saja" Darita melihat supir Rudian tersenyum kepadanya memberikan salam.

"Iya mah, semua baik-baik saja" lalu Rudian membantu Darita masuk ke dalam mobil. "Hanya saja papa...

Rudian menggantung perkataannya, setelah itu ia masuk ke dalam, "Hanya saja apa pah? Apa sesuatu terjadi?".

Rudian menggeleng, "Papa ingin Marsel yang akan menggantikan posisi papa" ia melihat putranya itu ikutan masuk ke dalam mobil tepat disamping sang supir.

"Ada apa pah?" Marsel langsung bertanya. "Kenapa papa berkata seperti itu?".

"Tidak ada apa-apa. Papa hanya merasa lelah saja sudah bekerja puluhan tahun di perusahaan dan berpikir untuk segera istirahat untuk menghabiskan sisa waktu papa bersama dengan mama kamu".

Mendengar perkataan Rudian, Darita merasa sangat bahagia, ia juga memikirkan hal yang sama dengan suaminya itu.

"Mama setuju pah. Sekarang sudah saatnya kita berdua pensiun dari pekerjaan ini dan menikmati sisa hidup kita dengan keliling-keliling dunia".

"Mmmm, papa sudah jauh hari memikirkan itu mah. Hanya saja papa sedang menunggu waktu yang tepat saja".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!