Nadira tersenyum, "Maaf kalau aku baru saja melakukan kesalahan Ru-dian".
"Tidak Dira ku" jawab Rudian membawa Nadira duduk diatas ranjang. Kemudian dengan lembut Rudian mengelus pipi kanan Nadira sembari berkata, "Kamu sangat cantik sekali, kamu benar-benar sangat cantik sekali".
"Terima kasih sudah memuji ku seperti ini terus".
Rudian lalu menjatuhkan tubuh Nadira dan menimpanya dari atas, "Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi kepada ku. Setiap kali aku bertemu dengan mu, kamu selalu berhasil membuat aku merasakan sesuatu bergejolak di bawah sini. Bahkan hanya memikirkan mu saja".
"Benarkah?" dengan manja Nadira melingkarkan kedua tangannya di leher Rudian. "Apa kamu mencintai ku?".
"Selalu, aku selalu mencintaimu Nadira ku. Tapi aku tidak tau dengan mu, apakah kamu juga mencintai ku atau tidak".
Nadira terdiam, setelah itu ia menarik sudut bibirnya kembali berbentuk senyuman.
"Jika kamu benar-benar mencintai ku, bukti apa yang harus kamu lakukan agar aku sanggup mempercayainya? Semua wanita perlu bukti dari setiap kata-kata yang keluar dari bibir pria. Bukankah begitu? Sekarang katakan kepada ku".
"Kalau begitu, maukah kamu menjadi istri simpanan ku".
Deng!
Nadira langsung membisu, ia sudah tau kalau Rudian akan menjawab seperti itu. Dan hal tersebut begitu sangat Nadira benci, karna meskipun demikian sudah ia lakukan dengannya, jika untuk menjadi istri kedua dan istri simpanan ia tidak akan pernah sudi menikahi pria mana pun.
"Ada apa Dira? Kenapa kamu jadi diam seperti ini? Apa aku membuat mu kecewa?".
"Tidak".
"Lalu kenapa kamu tiba-tiba diam? Kamu tidak mau menjadi istri simpanan ku?".
Nadira tetap tidak menjawab, ia mengangkat tubuhnya duduk di bibir pinggir ranjang menatap Rudian dengan kesedihan.
"Maaf, aku tidak bisa menjadi istri simpanan kamu".
Rudian pun ikutan terdiam seketika.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak bisa Dira? Apa kamu tidak percaya kepada ku? Aku berjanji akan membuat mu bahagia dan berjanji akan selalu mencintaimu sampai kapan pun".
"Semua laki-laki akan berkata demikian Rudian. Semua laki-laki akan berkata kalau dia akan mencintai wanita tersebut sampai kapan pun. Tapi maaf Rudian, kata-kata itu tidak bisa aku percayai, aku tidak bisa menjadi istri simpanan kamu".
Rudian mencoba membawa Nadira ke dalam pelukannya, namun Nadira malah menolak menggeleng kepala.
"Maaf, aku rasa sebaiknya hubungan kita sampai disini saja".
"Tidak Dira, aku tidak mau kalau hubungan kita sampai disana saja. Aku tidak bisa kehilangan kamu, aku sangat mencintaimu Nadira. Tolong jangan tinggalkan aku".
"Aku tidak bisa Rudi, aku benar-benar tidak bisa dengan ini semua lagi. Dan juga aku akan mengembalikan...
"Aku tidak membutuhkan itu Dira, semua yang pernah aku berikan kepada mu aku tidak membutuhkannya, itu semua milik mu. Dan aku mohon Dira, jangan tinggalkan aku, aku tidak bisa hidup tanpa kamu, aku tidak bisa tanpa kamu" setitik air mata menetes di kedua pipinya.
"Maafkan aku Rudian, aku harus pergi" Nadira bangkit berdiri, tetapi Rudian segera mencekal langkah kakinya dan masih memohon agar Nadira tidak pernah meninggalkannya. "Tolong biarkan aku pergi".
"Tidak, aku tidak akan membiarkan kamu pergi sebelum kamu berkata kalau kamu tidak akan pernah mengakhiri hubungan ini".
"Aku tidak bisa" dengan kasar Nadira menghempaskan tangan Rudian dan langsung pergi begitu saja meninggalkan kamar tersebut dengan air mata menetes sambil mengucapkan dalam hati, "Maafkan aku Rudian, maaf aku tidak bisa bermain dengan perasaan ku".
Setelah menjalani hubungan hampir 1 bulan lebih lamanya dengan Rudian, Nadira sebenarnya sedikit merasakan adanya perasaan tumbuh dengan Rudian, hanya saja ia tidak bisa dengan ego itu semua. Ia sadar kalau Rudian sudah menikah dan memiliki anak dari istri sahnya.
Di luar hotel ia menangis, "Hiks.. hiks.. Maafkan aku hiks.. hiks.. Maafkan aku Rudian maafkan aku tidak bisa berlama-lama seperti ini. Aarrkkhhh, rasanya sangat sakit, aku juga mencintaimu tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa dengan semua ini aaarrrkkkhh hiks... hiks...".
.
1 Minggu berlalu...
DDDDRRRTTT... DDDDRRRTTT...
Rudian mendengar ponselnya berdering, ia melihat panggilan tersebut berasal dari sang istri yang tengah berada di London.
"Iya sayang?" jawab Rudian. "Kapan kalian akan kembali ke Indonesia?".
Istrinya Darita yang berada di seberang sana langsung tersenyum mendengar pertanyaan Rudian yang sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengannya.
"Minggu depan sayang, Minggu depan kami akan kemba...
"Tidak, besok kami akan kembali ke Indonesia pah" jawab Marsel memotong pembicaraan Darita. Dan Marsel adalah putra satu-satunya mereka yang tengah menjalani bisnis baru selama beberapa tahun ini di London.
Rudian tersenyum, "Benarkah? Papa senang mendengarnya. Aku tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan kalian".
"Iya pah, sampai jumpa di Indonesia".
"Mmmm, aku akan menjemput kalian di bandara".
Lalu Marsel mengembalikan ponsel itu kembali di tangan Darita, "Maaf sudah memotong pembicaraan kalian berdua".
"Tidak apa-apa" Darita kembali menempelkan ponsel itu lagi di pipi kanannya. "Oh iya pah, papa mau mama bawakan apa dari London? Mama akan mencarinya".
"Tidak usah repot-repot mah, melihat mama sama Marsel saja tiba disini sudah membuat papa sangat bahagia" kedua orang itu tertawa bersama.
"Ya sudah, kalau begitu mama tutup dulu ya pah. Ada sesuatu pekerjaan yang harus mama selesaikan. I love you pah".
"I love you too mah".
Rudian mematikan ponselnya, tidak lama setelah itu sang sekretaris masuk membawakan beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani. Kemudian ia berkata kepada sekretaris ya itu, "Kamu, besok anak dan istri saya akan kembali ke Indonesia. Tolong kamu carikan sekretarisnya Marsel secepat mungkin".
"Baik tuan, saya akan mencarinya".
"Mmmm, tidak pakai lama. Kamu boleh pergi".
"Permisi tuan".
.
Di dalam kamar Nadira tengah asik sendiri mencari sebuah lowongan pekerjaan. Karna ia berpikir, ia harus bebas dari pekerjaannya yang seperti ini dan ia sudah mulai merasa muak dengan ini semua.
"Hhmmsss... Ternyata mencari pekerjaan itu tidak semudah yang aku pikirkan selama ini. Beberapa perusahaan yang aku cari, tidak satupun yang menerima karyawan. Kalau begini, kemana lagi aku akan mencari pekerjaan?".
Nadira lalu keluar dari dalam kamar membawa sebungkus rokok dan juga pemantik menuju halaman belakang. Ia kemudian mendudukkan diri sambil mengeluarkan rokok tersebut dari dalam bungkusnya.
"Ada apa?".
Mendengar suara tersebut, Nadira menebak kalau orang itu adalah Sarah yang tengah berada di belakangnya.
"Akhir-akhir ini aku melihat mu tampak begitu sangat murung. Apa semuanya baik-baik saja?".
Nadira menggeleng kepala dengan wajah sedih.
"Apa ini mengenai ibu mu?".
"Tidak, ini tidak mengenai ibu ku lagi. Aku sudah berhenti memikirkan ibu yang sekarang aku tidak tau dimana keberadaannya".
"Lalu apa yang kamu pikirkan?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments