Selesai berbelanja, Lala membawa Nadira memasuki salah satu restoran di dalam mall, keduanya terlihat sangat asik.
"Belanjaan ku banyak juga Dira" Lala tertawa kecil melihat Nadira yang ikutan melihat barang-barang yang sudah mereka beli. "Oh iya, sebagai tanda terima kasih aku Dir, kamu mau apa?".
"Hey, tidak usah Lala. Kamu ada-ada ajah deh, lagian aku ikhlas membantu mu datang kemari. Nanti aku titip salam saja kepada keluarga mu, dan semoga ibu mu juga segera pulih. Di traktir makan saja oleh mu aku sudah sangat senang sekali. Terima kasih".
"Hahahaha.. Iya Dira".
Sambil menunggu pesanan mereka tiba, kedua orang itu asik bermain ponsel mereka masing-masing. Kemudian Nadira melihat sekitarnya, tiba-tiba saat itu juga ia melihat sosok seseorang yang ia kenal yang tak lain adalah Rudian bersama dengan rekan-rekan kerjanya.
"Astaga, ada dia! Semoga saja dia tidak melihat kami" batin Nadira.
Lala lalu melihatnya dan bertanya, "Ada apa Dira? Kamu kok terlihat gelisah seperti itu?".
"Itu La, ada tuan Rudian di ujung sana bersama dengan teman-temannya. Kamu jangan melihat kesana yah, aku takut dia melihat kepada mu".
Namun rasa penasaran Lala yang lebih tinggi dari pada menuruti perkataan Nadira, ia pun langsung melihat kearah meja tersebut dan langsung melihat Rudian bersama dengan teman-temannya yang lain.
"OMG Dira, ternyata dia sangat tampan sekali dilihat secara langsung meskipun dia.. Oh no, dia benar-benar sangat tampan sekali Dira".
"Ya Tuhan, aku ingin sekali...
"Yah.. Sedang apa kamu?" Nadira segera menyadarkan Lala yang tak henti-hentinya memandang kearah meja Rudian. "Aku sudah katakan jangan melihat kesana lagi Lala. Entar mereka melihat kita".
Kemudian Lala menjauhkan arah pandangan matanya dari mereka, kedua matanya benar-benar sangat berbinar tak karuan.
"Dira, jawab aku dengan jujur. Pria setampan dia dan segagah dia bahkan sekaya dia. Apa kamu benar-benar tidak jatuh cinta Dira kepadanya?".
Nadira terdiam.
"Kamu yakin Dira tidak mencintainya? Bahkan kamu sudah melakukan" Lala tertawa menggoda sang sahabat. "Kalau aku sih kaya kamu, aku sudah memintanya untuk menikahi ku".
"Ck, kamu ada-ada saja. Kamu pikir aku ini wanita apaan La meminta pria yang sudah beristri menikahi ku? Aku ini masih punya harga diri yah. Enggak usah ngawur deh".
"Siapa bilang kamu hanya bisa menikahi pria yang belum menikah? Ck, kamu bodoh sekali Dira, bukankah kamu tau sendiri kalau di luaran sana banyak wanita yang menikah dengan pria yang sudah beristri asalkan uang ya banyak".
"Itu mereka La, bukan aku".
"Terus kamu yakin tidak mau...
"Akh sudahlah La, jangan dibahas terlalu jauh kesana. Itu pesanan kita sudah datang, aku sangat lapar sekali".
Tidak lama setelah si pelayan menaruh pesanan mereka diatas meja. Lala kembali membahas yang masih mengganjal di dalam hatinya.
"Lalu, apa kamu akan seperti ini terus Dira? Masa kamu mau hanya untuk budak **** dia saja. Kalau aku sih jadi kamu ya mana mau, dan juga kemarin kamu bilang kalau istrinya tidak tinggal di Indonesia. Apa kamu benar-benar....
"Mmmm, aku sama sekali tidak berniat menjadi istri simpanan dia".
Lala pun akhirnya mengangguk mengerti dengan keputusan Nadira yang tidak mau menjadi istri simpanan si tuan kaya raya tersebut.
Dan sekarang mereka telah selesai menikmati hidangan tersebut dengan sangat lahap. Nadira lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan melihat sebuah pesan masuk dari Rudian bertuliskan.
"Aku melihat mu, apa yang sedang kamu lakukan?".
Nadira kemudian menarik nafas panjang, ia lalu membalas pesan tersebut.
"Aku sedang menemani Lala berbelanja untuk kebutuhan keluarganya".
Tidak lama menunggu, Rudian mendengar ponselnya bergetar. Ia pun segera membuka pesan Nadira dan membalasnya lagi begitu ia membacanya.
"Lalu bagaimana dengan mu? Apa kamu tidak berbelanja untuk dirimu sendiri?".
"Tidak" balas Nadira singkat. Setelah itu ia mengajak Lala segera pergi meninggalkan restoran karna ia merasa bosan berlama-lama disana ditambah Rudian yang juga berada disana.
"Ayo, aku juga harus segera menyusun ini semua. Jam 9 pagi besok aku harus sudah berangkat".
Sedangkan Rudian yang berada di ujung hanya bisa menatap kepergian Nadira bersama dengan Lala dengan kebisuan dikarenakan ia sedang bersama dengan rekan-rekan kerjanya. Tetapi tidak sampai disana, Rudian kembali mengirim pesan kepada Nadira.
"Bisakah kita bertemu malam ini? Aku sangat merindukan mu".
.
Dan sekarang mereka sudah tiba di mes club tempat keduanya tinggal. Nadira lalu meletakkan semua barang belanjaan Lala yang berada di genggaman tangannya di atas tempat tidur, setelah itu ia pergi menuju kamar.
Dan di dalam kamar, ia terbaring lemas tanpa tau arah tujuan pikirannya saat ini tertuju. "Akh, kenapa aku merasa sangat lelah sekali? Hari ini aku hanya menemani Lala berbelanja saja, tapi rasanya aku seperti sedang mengangkat beban yang begitu sangat berat sekali".
Nadira mencoba meraih ponselnya yang berada di dalam tas, dan saat itu juga ia melihat sebuah pesan dari Rudian lagi. Tidak membalas pesan tersebut, Nadira malah menaruh ponsel itu kembali di dalam tas dan memilih memejamkan kedua matanya sampai ia terlelap.
Hingga malam hari tiba, Nadira membuka kedua mata itu kembali melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.
"Aku tidak tau sekarang sudah jam 8 malam saja" ia turun dari atas tempat tidur memasuki kamar mandi. Dan sambil membersihkan tubuhnya, Nadira kembali teringat dengan pesan Rudian yang tadi ia baca, ia tampak berpikir, apakah ia harus pergi atau tidak?.
Dan sekarang ia telah selesai membersihkan tubuhnya, ia meraih ponselnya dari dalam tas dan menemukan sebuah pesan dari Rudian lagi sekitar 45 menit yang lalu.
"Aku akan menunggu mu di tempat biasa. Ada sesuatu untuk mu" isi pesan Rudian.
Kemudian Nadira menatap pantulan wajahnya di depan cermin, ia terlihat sangat bimbang dengan hubungannya yang semakin jauh dengan Rudian.
"Apa yang harus aku lakukan? Semakin hari aku melihat kalau dia semakin mencintai ku! Aku tidak mau menjadi perebut suami orang, tapi kalau aku meninggalkannya sekarang, aku tidak akan mendapatkan apa-apa lagi selain dari hanya pekerjaan ku saja".
Meskipun demikian, Nadira tetap menemui Rudian di tempat biasa mereka bertemu yaitu di hotel A. Lalu Nadira menarik nafas panjang dan mengetuk pintu tersebut sebelum ia masuk, dan seperti biasa ia langsung mendengar sebuah jawaban dari dalam menyuruh ia masuk.
Ceklek!
Sebuah senyuman hangat dan pelukan langsung menyambut Nadira. Bahkan Rudian tidak pernah lupa mencium keningnya.
"Maaf membuat tuan lama menunggu".
Rudian menggeleng kepala, "Sudah berapa kali aku katakan kepada mu? Jika kita hanya berdua saja, aku tidak suka kalau kamu memanggil ku dengan sebutan tuan Nadira".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments