Cinta Tulus Untuk Suami Sempurna
Perjalanan hidup terkadang tidak sesuai yang kita impikan. Pastinya setiap orang memiliki kisah perjalanan hidup yang baik, nyaman dan Bahagia. Aku tidak memiliki perjalanan hidup yang indah , banyak ujian yang menghadang dari mulai aku dilahirkan ke dunia.
Seorang bayi yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, sudah dibuang di tempat sampah. Hanya terbalut
dengan selimut dan ari-arinya masih tertempel. Suara tangisan di pagi hari setelah solat subuh terdengar sangat menyayat hati. Mbok Ijah, orang di sana memanggilnya dengan sebutan itu. Ia merupakan seorang janda tanpa anak, suaminya telah meninggal terlebih dahulu sekitar 3 tahun lalu. Mbok ijah, hanyalah
seorang pemulung. Semenjak suaminya meninggal 3 tahun lalu, ia mulai mencari rezeki dengan mengambil sampah yang nanti ia bisa jual Kembali. Itu semua ia lakukan demi untuk bisa makan. Mbok Ijah tidak pernah mau meminta kepada orang lain, pantang baginya seperti itu.
“Uwek…uwek…oewk.” Suara tangisan bayi memecah kesunyian di pagi hari. “Seperti suara bayi,” Pikir mbok Ijah. Ia pun berusaha untuk mencari sumber suara tangisan tersebut dan ternyata benar, itu suara tangisan bayi.
Terlihat bayi di sekitar tumpukan sampah, hanya terbalut selimut dan ari-arinya masih menempel. “Astagfirullah ini bayi siapa?” Tanya Mbok Ijah dengan melihat ke sekitar tempat pembuangan sampah. Terlihat sepi tidak ada seorang pun.
Mbok Ijah pun, langsung membawa bayi tersebut ke seorang bidan dekat rumahnya. “Assalamualaikum, Bu
bidan, bu bidan tolong, bu bidan tolong!” Dengan keras ia mengetuk pintu dan berteriak.
Teriakan mbok Ijah membuat tetangga di sekitar rumah bu bidan jadi keluar, “Mbok Ijah kenapa? Kok berteriak -teriak ini masih pagi!” Sahut bu Marni dengan ketus dan menghampiri mbok Ijah.
“Saya nemu bayi bu Marni tadi di tempat sampah,”Ucapnya dengan panik. Terlihat bayi tersebut sudah mulai pucat mungkin dikarenakan kedinginan ataupun lapar.
“Astagfirullah, bayi dan masih nempel ar- ari juga!” Bu Marni pun langsung melihat bayi tersebut. Akhirnya pagi itu menjadi riuh akibat mbok Ijah menemukan bayi.
“Waalaikumsalam, ia sebentar bu,” tampak suara bu bidan dari dalam rumah. “Maaf bu, tadi saya sedang mandi jadi agak lama membuka pintunya”ucap bu bidan. Bu bidan pun langsung melihat bayi yang digendong oleh mbok Ijah. “Ini bayi siapa mbok?” tanyanya dan langsung mengambilnya untuk diperiksa.
“Saya nemu di tempat pembuangan sampah bu bidan,”Mbok Ijah menjawabnya dnegan
terbata-bata.Alhamdulillah, bayi tersebut langsung ditangani oleh bu bidan dengan cekatan. Bayi tersebut langsung dibersihkan dan dipakaikan baju oleh bu bidan.
Penemuan bayi tersebut membuat kampung mbok Ijah heboh, akhirnya kepala desa menanyakan kronologis bagaimana mbok Ijah bisa menemukan bayi tersebut. Mbok Ijah mulai menceritakan saat ia menemukan bayi tersebut di tempat pembuaangan sampah. Terdengar komentar dari warga desa “Ibu tidak punya hati tega sekali membuang bayi mungil yang cantik.” Kemudian mbok Ijah meminta izin kepada pak Kades dan disaksikan oleh tetangga untuk merawat bayi tersebut sebagai anak angkatnya. Pak kades dan orang desa pun mengizinkannya, mereka kasihan dengan mbok Ijah yang tinggal di rumah kayu seorang diri. Harapan warga desa bayi itu bisa menjadi penghibur mbok Ijah yang hanya tinggal sendirian.
Mbok Ijah memberikan bayi yang ia temukan dengan nama Siti Aminah. Ia berharap bayi ini akan selalu
membawa kebahagian untuk dirinya. Rasa syukur selalu ia ucapkan dari mulutnya “Alhamdulillah.” Itu yang ia ucapkan. Ia berjanji akan merawat bayi ini dengan sepenuh hati, walaupun ia bukan lahir dari rahimnya. Ia akan lebih giat lagi dalam memulung agar bisa mencukupi kebutuhannya.
Siti Aminah tumbuh menjadi anak yang cantik sekali. Memiliki perawakan tinggi dan kulitnya putih dan mulus. Ia terlihat seperti anak orang kaya saja. Apalagi ia seorang anak yang ceria dan sayang sekali kepada ibunya sering ia ikut untuk memulung setelah pulang sekolah.
Kini Siti Aminah sudah berusia 15 tahun, ia duduk di bangku kelas 9 SMP dan sebentar lagi lulus. Malam
ini ibunya, setelah selesai solat Isya mengajaknya bicara “Aminah, sini mendekat sama ibu, ada yang ingin ibu sampaikna.Pinta sang ibu.
“Ia bu, “Aminah langsung duduk di sebelah ibunya. Terlihat tangan ibunya yang semakin keriput, tentunya
ibunya semakin menua dan sudah sakit-sakitan.
“Aminah, maaf nak! Kamu belum bisa lanjut ke SMA ya nak. Ibu tidak sanggup untuk membiayai sekolahmu.” Ucapnya sang ibu dengan mengelus kepala anaknya. “Ibu sudah sering sakit-sakitan dan jarang memulung. Uang yang kita punya hanya cukup untuk makan nak.” Ibunya pun menangis.
“Iya tak apa bu, nanti setelah lulus Aminah akan mencari pekerjaan.” Ia pun menghapus air mata ibunya.”Aku saja yang bekerja , ibu istirahat saja agar selalu sehat.”Pinta Aminah kepada Ibunya.
Aminah pun membantu ibunya melipat mukena, dan membantu ibunya Kembali ke tempat tidurnya yang
sudah lapuk dan usang. “Ibu istirahat ya,Aminah ingin belajar dahulu karena masih ada ujian kelulusan. Doakan Aminah ya bu.” Aminah pun mencium kening ibunya.
Aminah Kembali ke kamarnya, akhirnya di dalam kamarnya ia menangis. Air mata yang ia tahan saat
ia sedang bicara dengan ibunya. Ia takut, kalau ia menangis ibunya akan khawatir dan bertambah sakitnya.
“Senangnya semua temanku, setelah ini lanjut ke SMA. Sedangkan aku harus mencari pekerjaan agar bisa
bertahan hidup.” Ia pun berbicara sendiri dalam tangisannya yang tak bersuara. “Aku harus bekerja apa ? memulung? Padahal nilaiku selalu yang terbaik di kelas !” Lanjutnya.
Lalu ia pun segera tersadar dan beristigfar “Astagfirullah, kenapa aku harus mengeluh. Kesehatan ibu jauh lebih penting. Apapun aku harus syukuri.” Ia pun menhapus air mata di pipinya.
Ia seharusnya bersyukur, ibunya mau merawatnya dari bayi. Ia bayi yang sudah dibuang oleh orang tua kandungnya. Aminah jarang keluar rumah, karena selalu dibuilying “Anak Angkat, diambil dari tempat sampah.” Semua teman rumahnya selalu berkata seperti itu. Hatinya sakit sekali setiap temannya membuilyingnya.
Namun saat ia tanya kepada ibunya, ibunya tidak pernah mau menjawabnya. Bahkan ibunya selalu mengalihkan pembicaraannya. Ibunya selalu mengatakan “Aminah kamu anak ibu!”
Aminah langsung fokus kembali pada bukunya yang hanya buku tulis saja hasil catatan tulisannya. Ia tidak memiliki uang untuk membeli buku paket. Itu bukan penghalang untuk Aminah untuk belajar dan menjadi bintang kelas.
Kelulusan SMP pun tiba, semua orang menanyakan ingin melanjutkan kemana? Ia pun hanya menjawabnya
dengan senyuman tanpa menjawan sepatah kata. Guru kelasnya bu Susi pun memanggilnya “Aminah kamu beneran tidak melanjutkan sekolah?” Gurunya bertanya dengan penasaran.
“Iya bu, saya ingin bekerja bu.” Jawab Aminah dengan menundukan kepalanya. Terlihat kesedihan dari sorot mata Aminah. Ia pun menceritakan kondisi ibunya yang sedang sakit dan membutuhkan pengobatan.
Bu Susi dapat memahaminya bahkan ia sampai meneteskan air mata karena ia terharu dengan penjelasan Aminah, ia pun sebenarnya sangat menyayangkan sekali. Aminah ini anak yang pintar, nilai ujian tertinggi dibandingkan temannya yang lain. Namun kondisi Aminah tidak memungkinkan untuk ia bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
“Aminah, kamu kan tahu ibu suka menjual tas dari bahan plastik daur ulang?” Tanya Bu Susi. Aminah pun
langsung menganggukkan kepalanya. “Ibu akan mengajari kamu cara membuat tas tersebut ataupun barang-barang yang lainnya. Nanti kalau sudah jadi kamu bisa jual sendiri ataupun kamu jual ke ibu.” Lanjut Bu Susi.
“ Benarkah bu?” Tanya Aminah dengan menangis. Bu Susi pun langsung memeluknya, “Kamu anak yang pintar dan berbakat.Kamu pasti dengan cepat bisa belajar cara membuat tas.”
Aminah pun hanya menangis, Alhamdulillah ternyata gurunya sangat baik dan mau membantunya. “ Terima kasih bu, terima kasih bu.” Ucapnya dengan terbata-bata.
“Mulai besok setiap sore ba’da ashar, kamu datang ke rumah ibu ya!” Pesan Bu Susi “ kamu bisa mencari
bahan plastik daur ulang itu dengan memulungnya. Jadi itu semuanya tanpa modal. Lalu kalau sudah terkumpul uang lanjut sekolahmu Aminah di paket C kejar impianmu!” Lanjut bu Susi.
Aku pun mengiyakan dengan mengangguk. Dalam hatinya “ia bersemangat untuk belajar dengan
giat agar bisa membuat tas dan setiap pagi harus memulung untuk mencari bahan baku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments