Aku berusaha dengan keras untuk dapat membuat tas dari bahan bungkus kopi instan ataupun dari bahan lainnya. Setelah 2 minggu belajar, Alhamdulillah akhirnya aku bisa membuat tas ini. Ada rasa bangga dan terharu. Butuh kerja keras serta fokus dalam membuat tas berbahan plastik daur ulang. Hasilnya tas ini sangatlah cantik dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
Hari ini adalah hari terakhir ia belajar membuat tas di rumah bu Susi. Bu Susi memberikan bahan baku bungkus kopi instan dan bungkus sabun pembersih cuci piring. Ini sebagai modal awal untuk Aminah membuka usaha kerajinan tas dari bahan plastik daur ulang. Bu Susi pun memberikan pesan-pesan kepada Aminah sebagai motivasi untuk memulai usaha.
Bu Susi menyampaikan, “ Aminah, agar kamu mendapatkan untung yang banyak. Kamu harus mencari
bahan bakunya dengan memulung, agar kamu tidak mengeluarkan modal. Nanti kamu olah bahan baku tersebut agar bisa kamu anyam menjadi sebuah tas. Setelah tasnya ataupun bentuk barang yang lainnya yang sudah jadi, kamu bisa menjualnya kepada ibu.”
“Harga sebuah tas, akan ibu hargai tergantung kerapihan anyaman tas yang kamu buat serta motif pada tas tersebut.” Ucap bu Susi dengan rinci.
“Aminah, kamu harus yakin dengan kerja keras dan sungguh-sungguh serta selalu berdoa kepada Allah SWT ibu yakin kamu yakin akan menjadi sukses sebagai pengusaha kerajinan bahan daur ulang.” Doa dari Bu Susi.
“Ibu, Aminah mengucapkan terima kasih. Ibu sudah baik kepada Aminah, bukan hanya ilmu yang ibu berikan kepada saya namun juga ibu sering memberikan saya makanan. Terima kasih bu.”Ucap Aminah dengan menangis.
Bu Susi pun langsung memeluk Aminah dengan hangat, “Kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri. Bilang sama ibu kalau kamu butuh bantuan ya?”
Aminah pun pamit untuk pulang. Di saat berpamitan, bu Susi memberikan uang kepada Aminah sebesar dua ratus ribu rupiah sebagai upah telah membuat sebuah tas. Ia kemudian memcium tangan gurunya dengan takdzim dan mengucapkan salam.
Sesampainya di rumah, ia langsung menemui ibunya yang sedang memilah barang bekas. Ibunya sudah tiga hari ini memaksakan diri untuk memulung. Ibunya selalu bilang bahwa ia sudah sehat dan harus memulung agar punya uang untuk biaya hidup sehari-hari.
“ Assalamualaikum bu, bu ini ada uang. Ini uang dari Bu Susi, katanya upah Aminah membuat tas bu!” Aminah menyerahkan uang tersebut kepada ibunya.
“Alhamdulillah, terima kasih nak. Kamu seharusnya sekolah, tapi sudah harus bekerja.” Ucap ibunya dengan menangis.
“Aminah ikhlas bu, besok pagi setelah subuh Aminah akan memulung bu,” Izin Aminah pada ibunya.
“ Aminah akan mencari bahan baku untuk membuat tas ya bu, Ibu istirahat saja tidak perlu memulung lagi, selain mencari sampah bungkus kopi instan, bungkus deterjen Aminah akan mencari botol dan kardus untuk bisa dijual dan kita bisa dapat uang ya bu!” Ucapnya lalu memeluk ibunya.
Pagi ini setelah solat subuh, ia membuat sarapan dahulu nasi goreng untuk ia dan ibunya makan. Nasi goreng dan teh manis hangat Aminah sudah letakkan di meja samping tempat tidurnya. Ia tak ingin ibunya nantinya harus mondar-mandir. Aminah tahu bahwa ibunya masih sakit dan lemah.
Pukul 06.00 pagi, Aminah berpamitan kepada ibunya. Aminah memakai baju yang sudah lusuh saat memulung namun wajah Aminah tetap bersinar dan ia terlihat cantik, Ia pun mencium tangan ibunya dengan
takdzim dan mengucapkan salam.”Assalamualaikum bu,”
“Hati-hati ya Aminah, ini masih pagi dan masih sepi. Apabila kamu bertemu dengan orang yang jahat langsung pergi ya nak,” Pesan ibunya.
“Ingat ya nak, kamu hanya memulung di tempat sampah. Jangan sampai mengambil barang milik orang lain. Walaupun kita miskin harta, namun kita harus kaya hati dan akhlak.”
“Baik bu,Aminah akan selalu ingat pesan ibu.” Ucapnya Aminah kepada ibunya
Aminah pun mulai menyusuri jalanan, mencari sampah yang bisa dijual ataupun untuk dijadikan bahan baku di tempat sampah. Dengan semangat ia menyusuri setiap tempat sampah, mencari sampah yang ia cari. Semuanya ia lakukan dengan semangat, ia tidak akan membuat kecewa ibunya ataupun ibu Susi yang sudah banyak membantunya.
Alhamdulillah, baru 30 menit ia memulung ia sudah berhasil mengumpulkan beberapa botol plastik, beberapa kardus, bungkus deterjen dan bungkus kopi instan. Ia masukkan benda yang menurut Aminah sangat berharga ke dalam karung yang sengaja ia bawa dari rumah.
“Jalanan ini tampak sepi ya padahal matahari sudah mulai bersinar terang.”Pkirnya dalam hati.
Saat ia berjalan, tiba-tiba saja ada seorang bapak-bapak yang juga pemulung ingin mengambil barang rongsokan punya Aminah. Ia langsung merebut karung yang dibawa oleh Aminah.
“Bapak ini siapa? Seenaknya saja main ambil barang rongsokan milik saya. Saya boleh mencari dengan menyusuri setiap tempat sampah!” Ucap Aminah dengan lantang.
“Kamu pemulung baru kan, ini daerah kekuasaan saya. Jadi barang yang kamu bawa ini milik saya!” Hardiknya dengan kasar. Bahkan Bapak tersebut mendorong Aminah hingga terjatuh.
Sebuah mobil berwarna putih, tiba-tiba saja berhenti mengerem mendadak dikarenakan Aminah terjatuhnya di jalan raya.
Seorang laki-laki menggunakan seragam SMA keluar dari mobil tersebut. Kemudian ia membantu Aminah untuk berdiri. Setelah itu laki-laki tersebut memukul bapak pemulung “Bugh.. Bugh…Bugh.” Tampak bapak pemulung tersebut dari bibir dan hidungnya mengeluarkan darah.
Anak laki-laki itu segera mengeluarkan uang lembaran berwarna merah sejumlah 5 lembar. “Ambil ini, untuk berobat bapak. Jangan ulangi lagi mengambil barang yang bukan milikknya. Apabila saya ketemu bapak lagi, saya pastikan bapak akan membusuk di penjara.” Ucapnya dengan penuh ancaman.
Bapak tersebut langsung pergi setelah menerima uang yang diberikan oleh laki-laki yang menolong Aminah.
“Ada yang terluka?’ Tanya laki-laki itu sambil menyerahkan karung berisi barang rongsokan milik Aminah.
“Saya baik kak, Terima kasih.” Ucap Aminah.
“Perkenalkan saya Rama Wijaya, saya sekolah J*S dan saya sekarang sudah kelas XII,” Rama mengulurkan tangannya.
“Saya Aminah kak,” Ucap Aminah, dan menerima uluran tangan Rama sebagai perkenalan.
“Kenapa kamu memulung? Bukannya seharusnya sekolah?” Tanyanya dengan penasaran.
“Iya kak, seharusnya saya masuk SMA tahun ini. Saya tidak punya biaya kak dan ibu saya sakit jadi saya harus cari uang.” Ucap Aminah sambil menundukkan kepala.
“Kasihan sekali Aminah,” Ucapnya dalam hati.
Ia pun lalu mengeluarkan dari dompetnya, lima lembar uang yang berwarna merah kepada Aminah. Namun Aminah langsung menolaknya.
“Saya masih bisa bekerja kak, maaf uang kakak saya kembalikan. Sekali lagi makasih ya
kak!”
“Saya pamit ya kak, hari semakin siang. Saya harus mencari barang rongsokan lagi supaya dapat banyak kak. Assalamualaikum kak.” Ucap Aminah.
Aminah pun langsung melanjutkan dengan berjalan dan menyusuri jalanan dan tempat sampah. “Masyaallah, untungnya ada kak Rama yang baik dan mau menolongku.” Aminah berkata sendiri pada dirinya.
Rama Wijaya memiliki perawakan yang tinggi, badannya atketis, kulitnya putih dan rambutnya lurus. Ia merupakan angkat dari keluarga Wijaya. Setiap perempuan yang melihat Rama Wijaya pasti akan tergila-gila padanya. Ganteng, kaya dan pintar semuanya ada pada dirinya.
Rama pun, kembali ke dalam mobilnya dan melanjutkan menuju sekolahnya. Ia pun melihat jam di pergelangan tangan kanannya. “wah 10 menit lagi bel masuk sekolah, aku harus ngebut supaya tidak terlambat.” Ucapnya.
Saat di perjalanan menuju sekolahnya, bayangan wajah Aminah selalu terlintas dibenaknya “ Ada apa ini? Kenapa aku jadi mikirin Aminah perempuan pemulung tadi ya ?”Pikirnya.
“Aminah sangat cantik sekali walaupun memakai baju yang lusuh,” Ucapnya
Bel masuk sekolah berbunyi dan langsung mengagetkan Rama, untungnya ia sudah sampai di parkiran sekolah. Ia pun segera masuk ke dalam kelas dengan berlari.
Hari sudah menjelang dzuhur, ia berinisiatif untuk pulang.”Alhamdulillah barang yang aku dapatkan lumayan banyak.” Ucapnya.
Ia pun segera menuju ke arah rumahnya. Aminah pun mampir di warung nasi untuk membeli 2 bungkus nasi untuk ia dan ibunya. Saat diperjalanan menuju rumahnya bayangan wajah kak Rama selalu terlintas. “ Ada apa dengan saya ya? Kenapa jadi mikirin kak Rama?” Ucapnya Aminah.
“Ingat Aminah kamu harus bekerja keras, lagi pula kak Rama itu anak orang kaya, tidak akan mungkin mau dengannya yang hanya seorang pemulung.”
Ia pun langsung buru-buru beristigfar dan segera melupakan bayangan kak Rama dari pikirannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments