NovelToon NovelToon

Cinta Tulus Untuk Suami Sempurna

Part 1 Siti Aminah

    Perjalanan hidup terkadang tidak sesuai yang kita impikan. Pastinya setiap orang memiliki kisah perjalanan hidup yang baik, nyaman dan Bahagia. Aku tidak memiliki perjalanan hidup yang indah , banyak ujian yang menghadang dari mulai aku dilahirkan ke dunia.

   Seorang bayi yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, sudah dibuang di tempat sampah. Hanya terbalut

dengan selimut dan ari-arinya masih tertempel. Suara tangisan di pagi hari setelah solat subuh terdengar sangat menyayat hati. Mbok Ijah, orang di sana memanggilnya dengan sebutan itu. Ia merupakan seorang janda tanpa anak, suaminya telah meninggal terlebih dahulu sekitar 3 tahun lalu. Mbok ijah, hanyalah

seorang pemulung. Semenjak suaminya meninggal 3 tahun lalu,  ia mulai mencari rezeki dengan mengambil sampah yang nanti ia bisa jual Kembali. Itu semua ia lakukan demi untuk bisa makan. Mbok Ijah tidak pernah mau meminta kepada orang lain, pantang baginya seperti itu.

    “Uwek…uwek…oewk.” Suara tangisan bayi memecah kesunyian di pagi hari. “Seperti suara bayi,” Pikir mbok Ijah. Ia pun berusaha untuk mencari sumber suara tangisan tersebut dan ternyata benar, itu suara tangisan bayi.

    Terlihat bayi di sekitar tumpukan sampah, hanya terbalut selimut dan ari-arinya masih menempel. “Astagfirullah ini bayi siapa?” Tanya Mbok Ijah dengan melihat ke sekitar tempat pembuangan sampah. Terlihat sepi tidak ada seorang pun.

    Mbok Ijah pun, langsung membawa bayi tersebut ke seorang bidan dekat rumahnya. “Assalamualaikum, Bu

bidan, bu bidan tolong, bu bidan tolong!” Dengan keras ia mengetuk pintu dan berteriak.

    Teriakan mbok Ijah membuat tetangga di sekitar rumah bu bidan jadi keluar, “Mbok Ijah kenapa? Kok berteriak -teriak ini masih pagi!” Sahut bu Marni dengan ketus dan menghampiri mbok Ijah.

    “Saya nemu bayi bu Marni tadi di tempat sampah,”Ucapnya dengan panik. Terlihat bayi tersebut sudah mulai pucat mungkin dikarenakan kedinginan ataupun lapar.

    “Astagfirullah, bayi dan masih nempel ar- ari juga!” Bu Marni pun langsung melihat bayi tersebut. Akhirnya pagi itu menjadi riuh akibat mbok Ijah menemukan bayi.

    “Waalaikumsalam, ia sebentar bu,” tampak suara bu bidan dari dalam rumah. “Maaf bu, tadi saya sedang mandi jadi agak lama membuka pintunya”ucap bu bidan. Bu bidan pun langsung melihat bayi yang digendong oleh mbok Ijah. “Ini bayi siapa mbok?” tanyanya dan langsung mengambilnya untuk diperiksa.

    “Saya nemu di tempat pembuangan sampah bu bidan,”Mbok Ijah menjawabnya dnegan

terbata-bata.Alhamdulillah, bayi tersebut  langsung ditangani oleh bu bidan dengan cekatan. Bayi tersebut langsung dibersihkan dan dipakaikan baju oleh bu bidan.

    Penemuan bayi tersebut membuat kampung mbok Ijah heboh, akhirnya kepala desa menanyakan kronologis bagaimana mbok Ijah bisa menemukan bayi tersebut. Mbok Ijah mulai menceritakan saat ia menemukan bayi tersebut di tempat pembuaangan sampah. Terdengar komentar dari warga desa “Ibu tidak punya hati tega sekali membuang bayi mungil yang cantik.” Kemudian mbok Ijah meminta izin kepada pak Kades dan disaksikan oleh tetangga untuk merawat bayi tersebut sebagai anak angkatnya.  Pak kades dan orang desa pun mengizinkannya, mereka kasihan dengan mbok Ijah yang tinggal di rumah kayu seorang diri. Harapan warga desa bayi itu bisa menjadi penghibur mbok Ijah yang hanya tinggal sendirian.

    Mbok Ijah memberikan bayi yang ia temukan dengan nama Siti Aminah. Ia berharap bayi ini akan selalu

membawa kebahagian untuk dirinya. Rasa syukur selalu ia ucapkan dari mulutnya “Alhamdulillah.” Itu yang ia ucapkan. Ia berjanji akan merawat bayi ini dengan sepenuh hati, walaupun ia bukan lahir dari rahimnya. Ia akan lebih giat lagi dalam memulung agar bisa mencukupi kebutuhannya.

    Siti Aminah tumbuh menjadi anak yang cantik sekali. Memiliki perawakan tinggi dan kulitnya putih dan mulus. Ia terlihat seperti anak orang kaya saja. Apalagi ia seorang anak yang ceria dan sayang sekali kepada ibunya sering ia ikut untuk memulung setelah pulang sekolah.

    Kini Siti Aminah sudah berusia 15 tahun, ia duduk di bangku kelas 9 SMP dan sebentar lagi lulus. Malam

ini ibunya, setelah selesai solat Isya mengajaknya bicara “Aminah, sini mendekat sama ibu, ada yang ingin ibu sampaikna.Pinta sang ibu.

    “Ia bu, “Aminah langsung duduk di sebelah ibunya. Terlihat tangan ibunya yang semakin keriput, tentunya

ibunya semakin menua dan sudah sakit-sakitan.

    “Aminah, maaf nak! Kamu belum bisa lanjut ke SMA ya nak. Ibu tidak sanggup untuk membiayai sekolahmu.” Ucapnya sang ibu dengan mengelus kepala anaknya. “Ibu sudah sering sakit-sakitan dan jarang memulung. Uang yang kita punya hanya cukup untuk makan nak.” Ibunya pun menangis.

    “Iya tak apa bu, nanti setelah lulus Aminah akan mencari pekerjaan.” Ia pun menghapus air mata ibunya.”Aku saja yang bekerja , ibu istirahat saja agar selalu sehat.”Pinta Aminah kepada Ibunya.

    Aminah pun membantu ibunya melipat mukena, dan membantu ibunya Kembali ke tempat tidurnya yang

sudah lapuk dan usang. “Ibu istirahat ya,Aminah  ingin belajar dahulu karena masih ada ujian kelulusan. Doakan Aminah ya bu.” Aminah pun mencium kening ibunya.

    Aminah Kembali ke kamarnya, akhirnya di dalam kamarnya ia menangis. Air mata yang ia tahan saat

ia sedang bicara dengan ibunya. Ia takut, kalau ia menangis ibunya akan khawatir dan bertambah sakitnya.

    “Senangnya semua temanku, setelah ini lanjut ke SMA. Sedangkan aku harus mencari pekerjaan agar bisa

bertahan hidup.” Ia pun berbicara sendiri dalam tangisannya yang tak bersuara. “Aku harus bekerja apa ? memulung? Padahal nilaiku selalu yang terbaik di kelas !” Lanjutnya.

    Lalu ia pun segera tersadar dan beristigfar “Astagfirullah, kenapa aku harus mengeluh. Kesehatan ibu jauh lebih penting. Apapun aku harus syukuri.” Ia pun menhapus air mata di pipinya.

    Ia seharusnya bersyukur, ibunya mau merawatnya dari bayi. Ia bayi yang sudah dibuang oleh orang tua kandungnya. Aminah jarang keluar rumah, karena selalu dibuilying “Anak Angkat, diambil dari  tempat sampah.” Semua teman rumahnya selalu berkata seperti itu. Hatinya sakit sekali setiap temannya membuilyingnya.

    Namun saat ia tanya kepada ibunya, ibunya tidak pernah mau menjawabnya. Bahkan ibunya selalu mengalihkan pembicaraannya. Ibunya selalu mengatakan “Aminah kamu anak ibu!”

    Aminah langsung fokus kembali pada bukunya yang hanya buku tulis saja hasil catatan tulisannya. Ia tidak memiliki uang untuk membeli buku paket. Itu bukan penghalang untuk Aminah untuk belajar dan menjadi bintang kelas.

    Kelulusan SMP pun tiba, semua orang menanyakan ingin melanjutkan kemana? Ia pun hanya menjawabnya

dengan senyuman tanpa menjawan sepatah kata. Guru kelasnya bu Susi pun memanggilnya “Aminah kamu beneran tidak melanjutkan sekolah?” Gurunya bertanya dengan penasaran.

    “Iya bu, saya ingin bekerja bu.” Jawab Aminah dengan menundukan kepalanya. Terlihat kesedihan dari sorot mata Aminah. Ia pun menceritakan kondisi ibunya yang sedang sakit dan membutuhkan pengobatan.

    Bu Susi dapat memahaminya bahkan ia sampai meneteskan air mata karena ia terharu dengan penjelasan Aminah, ia pun sebenarnya sangat menyayangkan sekali. Aminah ini anak yang pintar, nilai ujian tertinggi dibandingkan temannya yang lain. Namun kondisi Aminah tidak memungkinkan untuk ia bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

    “Aminah, kamu kan tahu ibu suka menjual tas dari bahan plastik daur ulang?” Tanya Bu Susi. Aminah pun

langsung menganggukkan kepalanya. “Ibu akan mengajari kamu cara membuat tas tersebut ataupun barang-barang yang lainnya. Nanti kalau sudah jadi kamu bisa jual sendiri ataupun kamu jual ke ibu.” Lanjut Bu Susi.

    “ Benarkah bu?” Tanya Aminah dengan menangis. Bu Susi pun langsung memeluknya, “Kamu anak yang pintar dan berbakat.Kamu pasti dengan cepat bisa belajar cara membuat tas.”

    Aminah pun hanya menangis, Alhamdulillah ternyata gurunya sangat baik dan mau membantunya. “ Terima kasih bu, terima kasih bu.” Ucapnya dengan terbata-bata.

    “Mulai besok setiap sore ba’da ashar, kamu datang ke rumah ibu ya!” Pesan Bu Susi “ kamu bisa mencari

bahan plastik daur ulang itu dengan memulungnya. Jadi itu semuanya tanpa modal. Lalu kalau sudah terkumpul uang lanjut sekolahmu Aminah di paket C kejar impianmu!” Lanjut bu Susi.

    Aku pun mengiyakan dengan mengangguk. Dalam hatinya “ia bersemangat untuk belajar dengan

giat agar bisa membuat tas dan setiap pagi harus memulung untuk mencari bahan baku.”

Part 2 Awal Mula Mengejar Impian Walaupun Itu Sulit

    Aminah telah lulus dari SMP, semua teman sekolahnya bergembira karena akan melanjutkan ke jenjang SMA. Sekolah baru, teman baru, guru baru dan tentunya semakin dekat dengan impian ataupun cita-cita yang mereka impikan selama ini.

    Berbanding terbalik dengan Aminah, padahal ia siswa lulusan terbaik pada angkatannya. Ia pun tampak

tersenyum, ada rasa iri pastinya. Ia berpikir “Syukuri saja dan jalani semua ini dengan ikhlas. Wajah ibunya yang selalu ia ingat dan itu membuatnya kuat.”

    Aminah pun pulang ke rumah dengan membawa piala serta hadiah sebagai lulusan terbaik. Sejak dari

luar rumah ia sudah berteriak memanggil nama ibunya. “Ibu…Ibu…Ibu. Assalamualaikum.” Ia pun langsung memeluk ibunya dengan gembira. “Aku sudah lulus SMP bu, bahkan menjadi siswa terbaik.” Ucapnya dengan riang dan menunjukkan piala yang dibawanya.

    “Alhamdulillah , ibu senang nak!” ucapnya dengan terisak. “Maafkan ibu Aminah,” Wajah ibunya langsung tertunduk sedih.

    “Ibu, aku Bahagia. Aku akan bekerja setelah punya banyak uang baru lanjut sekolah lagi kata bu guru paket C.” Aminah dengan lembut menghapus air mata ibunya. “Ibu, aku akan belajar membuat tas dari daur ulang. Ibu Susi baik sekali bu, ia mau mengajari Aminah membuat tas.”Ujarnya.

    Ibunya hanya mengelus kepala dan mencium keningnya Aminah. Kulitnya sudah keriput dan badannya sudah lemah, namun kasih sayang yang ia berikan kepada Aminah selalu tulus. “Ibu doakan kamu sukses nak,” Doa dari ibunya.

    “Aminah izin ya bu, mulai besok sore setelah solat ashar akan belajar ke rumah bu Susi.”izin pada ibunya. Ibunya pun mengiyakan dengan mengelus kepala putrinya. Ada beban di dalam hati ibunya, dikarenakan ia belum menceritakan asal usul Aminah. Ia menemukan Aminah di tempat pembuangan sampah. Mbok Ijah takut apabila ia menceritakan kejadian yang sebenarnya, anaknya akan meninggalkannya. “Apabila Aminah pergi, bagaimana dengan dirinya?” Batinnya selalu berperang apabila teringat hal ini.

    Mulai sore ini ia akan ke rumah bu Susi untuk belajar cara membuat tas dari bahan plastik daur ulang. “Bu,

Aminah izin ke rumah bu Susi ya.” Ia langsung mencium tangan ibunya dengan takdzim. Tak lupa pula, ia sudah menyiapkan makanan ataupun minuman di sebelah tempat tidur ibunya. Agar ibunya tidak perlu untuk mengambilnya.

    Sampai di depan rumah bu Susi, ia langsung mengucapkan salam dan mengetuk pintu.” Assalamualaikum, Bu ini Aminah.” Ucap Aminah. Sudah beberapa kali Aminah mengucapkan salam, Bu Susi belum keluar rumah. Aminah pun langsung melihat tas yang berada di dalam etalase, “Cantik sekali.” Batinnya.

    Saat ia perhatikan ternyata, tas tersebut berbahan dasar plastik bekas kopi, sabun pembersih cuci piring ataupun deterjen. Ia pun melihat, harga jual pada tas tersebut ternyata cukup mahal. Ia semakin yakin akan belajar dengan sunguh-sungguh agar menghasilkan uang untuk ia dan ibunya.

    Terdengar bu Susi membuka pintu, “Waalaikumsalam, maaf ya Aminah ibu baru selesai solat Ashar.”Ujarnya. Aminah pun langsung mencium tangan gurunya dengan takdzim. “Ayuk masuk, ibu sudah siapkan bahan dan alat untuk kamu belajar.” Bu Susi mempersilahkan Aminah masuk.

    Aminah langsung duduk di sebelahnya bu Susi, Bersiap untuk menyimak cara membuat tas dari bahan plastik daur ulang. Bu Susi pun mulai memperkenalkan bahan dan mulai memberikan penjelasan serta mempraktekkannya secara langsung. “Begini Aminah, cara membuat tas ini, simak baik-baik ya!” Pinta bu Susi padanya. “Ibu akan mencontohkan dari bahan bungkus kopi instan ya.” Ucapnya lagi.

    “Langkah pertama, Ambil bungkus kopi instan sachet merek apa saja kemudian gunting bagian atas dan juga bagian bawahnya. Bungkus kopi ini sudah bersih ya.” Bu Susi menunjukkan bungkus kopi instan.

    “Langkah kedua, Gunting bungkus kopi tersebut menjadi dua bagian sama rata. Sehingga dalam satu bungkus menjadi 2 buah potongan.” Beliau mengguntingnya dengan cepat dan hasilnya rata.

    “Langkah ketiga,”Kemudian lipat bungkus kopi tersebut dengan melipat 1 cm kebagian dalam pada ujung atas dan bawahnya, sehingga lebar lipatan menjadi 2 cm, kemudian anyam bungkus kopi tersebut menjadi berbentuk baling-baling.” Bu Susi langsung melipat dengan cekatan.

    “Jika kamu memiliki 100 bungkus kopi, maka kamu nantinya kan memiliki 200 lipatan bungkus kopi. Kamu bisa membuatnya dengan tetap memperlihatkan sampul bungkus kopi tersebut. Ataupun kamu bisa

membaliknya terlebih dahulu agar nantinya tas yang kamu buat berwarna perak!” Pesan Bu Susi pada Aminah.

    “Langkah keempat, Setelah seluruh anyaman baling-baling selesai kamu buat, maka kamu bisa menggabungkan anyaman-anyaman tersebut. Untuk menyatukan anyaman tersebut, pastikan untuk membuat sudut tegak vertikal.” Ini sudah mulai susah susi jelaskan.

    “Langkah kelima, Jika kerangka tas dari anyaman sudah jadi, kamu hanya perlu merapikannya dengan menjahit pada bagian atas tas. Selain itu, ini dilakukan agar anyaman tersebut tidak mudah terlepas.”Pesannya lagi kepada Aminah.

    ‘Aminah, hari ini kamu belajar sampai membuat kerangka anyaman tas terlebih dahulu. Apabila sudah paham dan lancar. Baru Langkah terakhir menambahkan kain furing dan resleting.” Bu Susi menunjukkan contohnya kepada Aminah.

    Aminah pun mencobanya dari Langkah pertama, seperti yang sudah dijelaskan oleh bu Susi padanya. Di saat ia mengalami kesulitan, Bu Susi langsung membantunya dengan penuh kesabaran. Alhamdulillah lama kelamaan Aminah pun mulai memahami cara membuat tas daur ulang ini.

    “Sebentar lagi adzan magrib. Ini ibu memberikan bungkus kopi instan tolong kamu lanjutkan anyaman tas ini. Ada 2 buah yang ibu berikan dengan motif yang berbeda. Pastikan besok sore saat kamu ke sini semuanya sudah jadi ya!” Pesan  tegas kepada Aminah.

    “Iya bu, Aminah pastikan besok sudah jadi.Makasih ya bu, ibu baik sekali sama Aminah.” Ucapnya sambil terisak Bahagia. Ternyata masih ada orang yang peduli dan baik padanya. “Bu, Aminah pamit ya. Assalamualaikum.” Ia pun berpamitan.

    “Aminah, bawa buah pisang ini untuk kamu dan ibumu ya,” Bu Susi memberikan satu sisir pisang Ambon.

   Saat sampai di rumah pun, setelah solat isya ia mulai melanjutkan kembali menganyam tas plastik ini. Ia sudah berjanji pada gurunya bahwa anyaman 2 buah tas ini akan selesai. “Semangat Aminah,” ia menyemangati dirinya sendiri.

    Awalnya ia mengalami kesulitan, hasil anyaman yang ia buat tidak seperti contoh yang ia buat saat di rumah bu Susi. Aminah tak patah arang, ia terus berusaha dan berusaha. “Ini awal langkahku mengejar impian.”Batinnya.

    Bayangan muka ibunya yang sakit dan memerlukan pengobatan membuat ia semangat mencoba

dan mencoba. Akhirnya ia bisa dan sudah mengetahui triknya menganyam tas ini. Tak terasa sat utas ini memerlukan waktu beberapa jam, saat ia melihat ke arah jam waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

    “Sudah sangat malam, aku pun sudah mulai lelah dan ngantuk. Besok pagi setelah semua kerjaan rumah selesai akan aku tuntaskan yang belum ini.” Batin ya.

    Ia pun lanjut untuk segera beristirahat, ia pun menengok ibunya di kamarnya tampak ibunya sangat nyenyak sekali. Ia pun lalu menuju ke kamarnya Bersiap untuk tidur. Ia pun berdoa “Ya Allah, mudahkanlah langkahku ini demi ibu dan masa depan impianku, Amin.”

Part 3 Pertemuan Yang Tidak Disengaja

    Aku berusaha dengan keras untuk dapat membuat tas dari bahan bungkus kopi instan ataupun dari bahan lainnya. Setelah 2 minggu belajar, Alhamdulillah akhirnya aku bisa membuat tas ini. Ada rasa bangga dan terharu. Butuh kerja keras serta fokus dalam membuat tas berbahan plastik daur ulang.  Hasilnya tas ini sangatlah cantik dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

    Hari ini adalah hari terakhir ia belajar membuat tas di rumah bu Susi. Bu Susi memberikan bahan baku bungkus kopi instan dan bungkus sabun pembersih cuci piring. Ini sebagai modal awal untuk Aminah membuka usaha kerajinan tas dari bahan plastik daur ulang. Bu Susi pun memberikan pesan-pesan kepada Aminah sebagai motivasi untuk memulai usaha.

    Bu Susi menyampaikan, “ Aminah, agar kamu mendapatkan untung yang banyak. Kamu harus mencari

bahan bakunya dengan memulung, agar kamu tidak mengeluarkan modal. Nanti kamu olah bahan baku tersebut agar bisa kamu anyam menjadi sebuah tas. Setelah tasnya ataupun bentuk barang yang lainnya yang sudah jadi, kamu bisa menjualnya kepada ibu.”

    “Harga sebuah tas, akan ibu hargai tergantung kerapihan anyaman tas yang kamu buat serta motif pada tas tersebut.” Ucap bu Susi dengan rinci.

    “Aminah, kamu harus yakin dengan kerja keras dan sungguh-sungguh serta selalu berdoa kepada Allah SWT ibu yakin kamu yakin akan menjadi sukses sebagai pengusaha kerajinan bahan daur ulang.” Doa dari Bu Susi.

    “Ibu, Aminah mengucapkan terima kasih. Ibu sudah baik kepada Aminah, bukan hanya ilmu yang ibu berikan kepada saya namun juga ibu sering memberikan saya makanan. Terima kasih bu.”Ucap Aminah dengan menangis.

    Bu Susi pun langsung memeluk Aminah dengan hangat, “Kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri. Bilang sama ibu kalau kamu butuh bantuan ya?”

    Aminah pun pamit untuk pulang. Di saat berpamitan, bu Susi memberikan uang kepada Aminah sebesar dua ratus ribu rupiah  sebagai upah telah membuat sebuah tas.  Ia kemudian memcium tangan gurunya dengan takdzim dan mengucapkan salam.

    Sesampainya di rumah, ia langsung menemui ibunya yang sedang memilah barang bekas. Ibunya sudah tiga hari ini memaksakan diri untuk memulung. Ibunya selalu bilang bahwa ia sudah sehat dan harus memulung agar punya uang untuk biaya hidup sehari-hari.

    “ Assalamualaikum bu, bu ini ada uang. Ini uang dari Bu Susi, katanya upah Aminah membuat tas bu!” Aminah menyerahkan uang tersebut kepada ibunya.

    “Alhamdulillah, terima kasih nak. Kamu seharusnya sekolah, tapi sudah harus bekerja.” Ucap ibunya dengan menangis.

    “Aminah ikhlas bu, besok pagi setelah subuh Aminah akan memulung bu,” Izin Aminah pada ibunya.

    “ Aminah akan mencari bahan baku untuk membuat tas ya bu, Ibu istirahat saja tidak perlu memulung lagi, selain mencari sampah bungkus kopi instan, bungkus deterjen Aminah akan mencari botol dan kardus untuk bisa dijual dan kita bisa dapat uang ya bu!” Ucapnya lalu memeluk ibunya.

    Pagi ini setelah solat subuh, ia membuat sarapan dahulu nasi goreng untuk ia dan ibunya makan. Nasi goreng dan teh manis hangat Aminah sudah letakkan di meja samping tempat tidurnya. Ia tak ingin ibunya nantinya harus mondar-mandir. Aminah tahu bahwa ibunya masih sakit dan lemah.

    Pukul 06.00  pagi, Aminah berpamitan kepada ibunya. Aminah memakai baju yang sudah lusuh saat memulung namun wajah Aminah tetap bersinar dan ia terlihat cantik, Ia pun mencium tangan ibunya dengan

takdzim dan mengucapkan salam.”Assalamualaikum bu,”

    “Hati-hati ya Aminah, ini masih pagi dan masih sepi. Apabila kamu bertemu dengan orang yang jahat langsung pergi ya nak,” Pesan ibunya.

    “Ingat ya nak, kamu hanya memulung di tempat sampah. Jangan sampai mengambil barang milik orang lain. Walaupun kita miskin harta, namun kita harus kaya hati dan akhlak.”

    “Baik bu,Aminah akan selalu ingat pesan ibu.”  Ucapnya Aminah kepada ibunya

    Aminah pun mulai menyusuri jalanan, mencari sampah yang bisa dijual ataupun untuk dijadikan bahan baku di tempat sampah.  Dengan semangat ia menyusuri setiap tempat sampah, mencari sampah yang ia cari. Semuanya ia lakukan dengan semangat, ia tidak akan membuat kecewa ibunya ataupun ibu Susi yang sudah banyak membantunya.

    Alhamdulillah, baru 30 menit ia memulung ia sudah berhasil mengumpulkan beberapa botol plastik, beberapa kardus, bungkus deterjen dan bungkus kopi instan. Ia masukkan benda yang menurut Aminah sangat berharga ke dalam karung yang sengaja ia bawa dari rumah.

    “Jalanan ini tampak sepi ya padahal matahari sudah mulai bersinar terang.”Pkirnya dalam hati.

    Saat ia berjalan, tiba-tiba saja ada seorang bapak-bapak yang juga pemulung ingin mengambil barang rongsokan punya Aminah. Ia langsung merebut karung yang dibawa oleh Aminah.

    “Bapak ini siapa? Seenaknya saja main ambil barang rongsokan milik saya. Saya boleh mencari dengan menyusuri setiap tempat sampah!” Ucap Aminah dengan lantang.

    “Kamu pemulung baru kan, ini daerah kekuasaan saya. Jadi barang yang kamu bawa ini milik saya!” Hardiknya dengan kasar. Bahkan Bapak tersebut mendorong Aminah hingga terjatuh.

    Sebuah mobil berwarna putih, tiba-tiba saja berhenti mengerem mendadak dikarenakan Aminah terjatuhnya di jalan raya.

    Seorang laki-laki menggunakan seragam SMA keluar dari mobil tersebut. Kemudian ia membantu Aminah untuk berdiri. Setelah itu laki-laki tersebut memukul bapak pemulung “Bugh.. Bugh…Bugh.” Tampak bapak pemulung tersebut dari bibir dan hidungnya mengeluarkan darah.

    Anak laki-laki itu segera mengeluarkan uang lembaran berwarna merah sejumlah 5 lembar. “Ambil ini, untuk berobat bapak. Jangan ulangi lagi mengambil barang yang bukan milikknya. Apabila saya ketemu bapak lagi, saya pastikan bapak akan membusuk di penjara.” Ucapnya dengan penuh ancaman.

    Bapak tersebut langsung pergi setelah menerima uang yang diberikan oleh laki-laki yang menolong Aminah.

    “Ada yang terluka?’ Tanya laki-laki itu sambil menyerahkan karung berisi barang rongsokan milik Aminah.

    “Saya baik kak, Terima kasih.” Ucap Aminah.

    “Perkenalkan saya Rama Wijaya, saya sekolah J*S dan saya sekarang sudah kelas XII,” Rama mengulurkan tangannya.

    “Saya Aminah kak,” Ucap Aminah, dan menerima uluran tangan Rama sebagai perkenalan.

    “Kenapa kamu memulung? Bukannya seharusnya sekolah?” Tanyanya dengan penasaran.

    “Iya kak, seharusnya saya masuk SMA tahun ini. Saya tidak punya biaya kak dan ibu saya sakit jadi saya harus cari uang.” Ucap Aminah sambil menundukkan kepala.

    “Kasihan sekali Aminah,” Ucapnya dalam hati.

    Ia pun lalu mengeluarkan dari dompetnya, lima lembar uang yang berwarna merah kepada Aminah. Namun Aminah langsung menolaknya.

    “Saya masih bisa bekerja kak, maaf uang kakak saya kembalikan. Sekali lagi makasih ya

kak!”

    “Saya pamit ya kak, hari semakin siang. Saya harus mencari barang rongsokan lagi supaya dapat banyak kak. Assalamualaikum kak.” Ucap Aminah.

    Aminah pun langsung melanjutkan dengan berjalan dan menyusuri jalanan dan tempat sampah. “Masyaallah, untungnya ada kak Rama yang baik dan mau menolongku.” Aminah berkata sendiri pada dirinya.

    Rama Wijaya memiliki perawakan yang tinggi, badannya atketis, kulitnya putih dan rambutnya lurus. Ia merupakan angkat dari keluarga Wijaya. Setiap perempuan yang melihat Rama Wijaya pasti akan tergila-gila padanya. Ganteng, kaya dan pintar semuanya ada pada dirinya.

    Rama pun, kembali ke dalam mobilnya dan melanjutkan menuju sekolahnya. Ia pun melihat jam di pergelangan tangan kanannya. “wah 10 menit  lagi bel masuk sekolah, aku harus ngebut supaya tidak terlambat.” Ucapnya.

    Saat di perjalanan menuju sekolahnya, bayangan wajah Aminah selalu terlintas dibenaknya “ Ada apa ini? Kenapa aku jadi mikirin Aminah perempuan pemulung tadi ya ?”Pikirnya.

    “Aminah sangat cantik sekali walaupun memakai baju yang lusuh,” Ucapnya

    Bel masuk sekolah berbunyi dan langsung mengagetkan Rama, untungnya ia sudah sampai di parkiran sekolah. Ia pun segera masuk ke dalam kelas dengan berlari.

    Hari sudah menjelang dzuhur, ia berinisiatif untuk pulang.”Alhamdulillah barang yang aku dapatkan lumayan banyak.” Ucapnya.

    Ia pun segera menuju ke arah rumahnya. Aminah pun mampir di warung nasi untuk membeli 2 bungkus nasi untuk ia dan ibunya. Saat diperjalanan menuju rumahnya bayangan wajah kak Rama selalu terlintas. “ Ada apa dengan saya ya? Kenapa jadi mikirin kak Rama?” Ucapnya Aminah.

    “Ingat Aminah kamu harus bekerja keras, lagi pula kak Rama itu anak orang kaya, tidak akan mungkin mau dengannya yang hanya seorang pemulung.”

    Ia pun langsung buru-buru beristigfar dan segera melupakan bayangan kak Rama dari pikirannya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!