Finding Elina

Finding Elina

Elina dan Rafa 1

"Na, ayo cepetan lari. Mereka kejar kita," pekik seorang anak lelaki berusia Delapan tahun itu, menggandeng seorang anak wanita untuk kabur dari panti asuhan yang mereka tinggali selama ini.

Gadis kecil itu bernama Elina Puspita berusia 7tahun, dan anak lelaki itu bernama Rafa Pramudya 8 tahun. Mereka sudah tak betah di panti dan ingin pergi dari sana karena takut di pisahkan oleh mereka. Apalagi kabarnya Elina akan di adopsi oleh seorang keluarga kaya yang menginginkan seorang anak perempuan karena sudah memiliki seorang anak lelaki.

Tidak, mereka tak mau terpisah setelah sekian lama bersama disana. Dan bila perlu mereka ingin orang tua yang sama dan besar dalam keluarga yang sama pula nantinya.

"Raf, ngga bisa istirahat sebentar apa? Aku capek, aku tuh." Gadis itu mengeluh dengan napas yang terengah-engah dna sedikit sulit ia kendalikan saat ini. Kakinya sudah lemas dan gemetaran. Karena bagi anak seusia Elina, berlari sejauh itu sudah amat sangat menguras tenaganya saat ini.

"Mau mereka tangkep, terus kita dipisahin? Katanya ngga mau pisah?" Rafa kemudian menghampiri Elina dan membungkuk membelakanginya. "Ayo aku gendong kalau gitu,"

"Aku berat," ucap Elina ketika melirik dirinya sendiri, yang sebenarnya cukup kurus untuk anak seusianya saat itu.

"Ayo, daripada ketangkep?" Rafa kembali meyakinkan.

Akhirnya Elina mengalah dan perlahan naik ke punggung Rafa, lalu Rafa sendiri berlari sembari menggendong Elina dipunggungnya.

Elina merasakan jika napas Rafa mulai berat saat itu, sesekali terhuyung dan akan jatuh karena lelah. Elina meminta Rafa menurunkannya namun Rafa menolak dengan tegas. Mereka terus berlari dan berlari hingga begitu jauh dari panti, hingga dahi Rafa basah dan Elina megusapnya dengan sapu tangan yang ia bawa saat itu.

"Capek," ucap Rafa pada akhirnya.

"Kalau capek kita berhenti dulu," pinta Elina.

Dan pada akhirnya Rafa memutuskan untuk singgah di sebuah pos ronda yang sepi. Padahal itu malam dan harusnya ada petugas yang jaga disana. Ia menurunkan tubuh kecil Elina dan berusaha menormalkan irama napas sejenak disana. Cukup lama, hingga keduanya merasa benar-benar sudah mengumpulkan lagi tenaganya.

"Kita udah jauh. Emangnya bu Mul masih bisa kejar?"

"Mereka itu orang dewasa, Elina. Gampang banget kalau Cuma mau kejar kita, apalagi_"

"BHAAAAAA!!!" Suaran seorang pria mengejutkan keduanya. Mereka berdua disana memekik sekuat tenaga dan saling berpelukan memejamkan mata dengan tubuh yang gemetaran tak karuan rasa.

"Aaaaaarrggghhhh!!

"Kalian kenapa disini anak-anakku?" Rupanya pria itu adalah orang gila penguasa daerah sana, ialah pemilik pos itu selama tak ada yang menjaganya.

Tubuh pria itu berantakan dengan pakaian compang camping tak karuan. Ia menari-nari tanpa dosa disana seolah tengah menghibur kedua anak kecil yang ada didepan matanya, padahal anak itu sendiri ketakutan bahkan sampai menangis saat ini.

"Ayo, joged sama bapak. Ning nang ning nung... ning nang ning!" Pria itu begitu bahagia menari ala jaran kepang dengan lemah gemulai.

"Rafa, aku takut..." Elina bahkan tak berani mengangkat kepalanya saat itu.

"Tenang, aku lagi cari cara buat kabur ini." Rafa berusaha menenangkan. Namun, ucapan Rafa saat itu justru didengar oleh pria gila itu dan langsung menghentikan tariannya seketika, bahkan menatap nyalan pada mereka berdua.

"Apa kalian mau kabur? Kabur dari saya? Ngga boleh!" sergahnya, Elina sampai terlonjak kaget dan semakin takut saat itu.

Rafa melihat celah, ia menggenggam erat tangan Elina kemudian berhitung mundur. Tiga... Dua... Satu. Kabuuurrrr!!!

Mereka berdua menerobos orang gila itu dan berlari lagi secepat tenaga yang baru saja ia kumpulkan.

Tapi tenaga orang gila memanglah luar biasa, ia bisa mengejar mereka berdua dengan begitu cepat bahkan menghadang keduanya di persimpangan jalan saat itu. Kaget lagi dan spontan memutar badan berusaha menghindarinya, namun kali ini tangan Elina terpegang olehnya dengan begitu kuat.

"Raka... Tolongin aku! Lepasin!” Elina berusaha melepaskan tangannya dari pria itu namun begitu kuat genggamannya.

Mereka terus berteriak, pria gila itu sudah mulai ketakutan jika warga tahu dan mengirimnya lagi ke pusat rehabilitasi. Ia tak mau itu. Pria yang panik itu mulai mengancam mereka dengan pisau kecil yang ia bawa dan meminta mereka semua diam. Tapi anak-anak sudah terlanjur ketakutan saat ini.

Dan benar saja, beberapa warga yang mendengar itu segera datang untuk mellihat mereka semua disana. “Woy! Kamu lagi. Lepasin anak-anak itu.” Seorang pria muda langsung mengancam dan meraih balok kayu yang ia lewati saat itu.

Orang gila yang sudah kehilangan akal itu akhirnya nekat. Ia berusaha pergi dan bagaimana caranya agar mereka tak menangkapnya saat ini. Dan akhirnya… Srreeekk! Pisau kecil itu ia goreskan ke leher Elina hingga darah langsung mengalir ke sekujur tubuhnya.

“Elina!!!” Rafa memekik, dan ia segera menghampiri saahabatnya saat itu juga. Kepanikan semua orang itu lantas dimanfaatkan sip ria gila untuk kabur dari mereka, berlari sekuat tenaga untuk pergi hingga tak terlihat lagi.

Rafa menangis, Elina langsung tak sadarkan diri dan beberapa orang berusaha menyelamatkan gadis kecil itu sebisanya. Hingga seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka semua disana.

“Rafa!”

“Bu Mul?” tatap Rafa kearahnya saat itu. Ia merasa amat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan saa ini, tak tahu jika aksinya akan begitu berbahaya bahkan bisa mencelakai Elina. Ia hanya bisa menangis, meminta maaf pun belum mampu karena fikirannya entah kemana saat ini.

Hingga mereka semua sibuk menaikkan Elina ke mobil panti dan luka itu ditutup seadanya. Untung saja pisau tak berkarat saat itu dan mengurangi resiko lebih parah lagi.

“Kamu naik,” pinta bu Mul pada anak asuhnya itu, tak lupa ia berterimakasih pada semua warga yang membantu menolong Elina barusan.

Sepanjang jalan Rafa terus menangis dan menangis. Dalam hidupnya hanya ada Elina saat ini karena ia penyendiri dan tak akrab dengan teman lain. Bagi Rafa, Elina adalah separuh dari hidupnya. Dibesarkan bersama, makan dan mandi dalam dalam satu rumah sejak mereka bayi disana hingga saat ini.

“Kamu sekarang tahu, bagaimana bahayanya jika kamu keluar sendirian?” tanya bu Mul.

Mereka telah tiba di Rumah sakit dan para dokter tengah menangani Elina saat ini. Tentunya dengan begitu intensif mengingat usia Elina yang masih sangat muda dan harus sangat berhati-hati dalam setiap Tindakan yang ada.

Rafa hanya tertunduk, Ia sesegukan disisa tangisnya dengan airmata yang sudah mongering. Ia merasa paling bersalah dalam hal ini, karena bahkan nyaris menghilangkan nyawa Elina.

“Ma-maaf, Bu. Ra-Rafa ngga akan ulangi lagi. Rafa … Rafa Cuma ngga mau kehilangan Elina, Bu. Rafa ngga mau pisah sama dia.”

Bu Mul hanya bisa diam saat itu. Ia bahkan seakan langsung terbungkam dengan ucapan Rafa yang begitu tulus pada Elina. Yang memang ia sempat begitu mengawasi bagaimana keduanya tumbuh dan besar bersama.

Tapi bagaimana? Anak panti itu selalu memiliki takdir yang sama. Datang, diasuh, besar dan nanti akan mendapat keluarga baru yang siap menerimanya saat itu. Dan jika pun ia harus tumbuh dewasa disana, maka ia juga akan pergi mencari jalan sendiri nanti. Tak akan ada yang bisa menolak itu semua.

Terpopuler

Comments

tari

tari

seruu

2023-07-14

1

Dewie Angella Wahyudie

Dewie Angella Wahyudie

haii....kak aku mampir nich.

2023-05-29

1

Sarah Kareem

Sarah Kareem

hadir kak..

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!