Rafa dan ELina 4

Rafa masih ditempatnya saat itu, hingga beberapa orang berseragam serba hitam datang ke cafe. Rafa tahu mereka siapa, lantas menelengkan kepala agar mereka semua mengikutinya saat itu juga untuk pergi ketempat yang telah dijanjikan.

Tak jauh, mereka hanya pergi ke ruang penyimpanan kopi fermentasi dan Rafa mengambil barangnya disana. Satu karung yang sebenarnya berisi senjata, tapi ia buat sedemikian rupa agar menyerupai karungan kopi persis yang ada disana.

“Kau yakin tak salah ambil? Nanti jangan-jangan aku membawa pulang sekarung kopi mentah,” senyum pria itu padanya.

“Aku hafal barangku, dan tak akan mungkin salah.” Rafa menatapnya tajam dan begitu serius. Ia memang terkenal datar dan begitu dingin, sulit untuk diajak bercanda. Entah hilang kemana senyumnya hingga sulit sekali mengudara belakangan ini.

Tapi keseriusan itulah yang membuatnya fokus untuk mengerjakan semua tugas yang ada hingga diangkat sebagai Asisten andalan ayah angkatnya. Ayah Jo, yang memungutnya Di panti asuhan dan membesarkannya dengan didikan keras hingga menjadi seperti ini. Tak terhitung berapa luka yang ada ditubuhnya akibat samua pekerjaan berbahaya yang ada.

Dari pekerjaan itu, ia berkeliling Indonesia bahkan ke luar negri untuk mencari cinta kecilnya yang hilang entah kemana. Ia kehilangan jejak setelah kabar rumah mereka di serang dan hancur, hingga kabarnya mereka berpindah-pindah. Namun ketika Rafa mencarinya, mereka tetap tak ia temukan hingga saat ini.

Lepas dari semua kisah pelik itu, pria berseragam hitam itu memberikan sebuah koper berisi uang dengan jumlah yang begitu banyak. Mereka Sudah lama bekerja sama dari sebelum Rafa ada, hingga mereka juga percaya saja ketika Rafa menjadi tangan kanan ayahnya.

Tak hanya satu karung, tapi ada sekitar Dua karung lain yang kemudian mereka pangul keluar dari sana. Begitu terampil hingga tak ada yang curiga, dan hanya beranggapan jika pria itu adalah pemborong kopi seperti biasa.

Lepas mereka pergi, Rafa segera masuk dan mengganti pakaiannya saat itu.

“Sudah selesai, Tuan?” tanya sang pemilik Cofeeshop padanya. Ia sudah nyaris bangkrut karena kedainya itu sepi, hingga ketika mendapat tawaran dari Rafa ia langsung menyanggupinya. Dan saat itu juga, Rafa mengeluarkan segepok uang merah untuknya.

Sontak pria itu amat senang menerima semuanya. Dengan waktu tak kurang dari setengah hari, ia mendapat uang sebanyak itu untuk tambahan modal dan biaya istrinya melahirkan. Ia bahkan bersedia jika Rafa ingin memakai cafenya lagi kapanpun ia mau.

“Suatu saat nanti. Aku jarang memakai tempat dua kali,” jawab Rafa padanya, kemudian pergi begitu saja membawa koper berisi uang itu untuk ia antar pulang ke rumah ayah angkatnya.

Rumah begitu besar bernuansa abu-abu, bak istana yang begitu megah dengan isi pabrik senjata illegal didalamnya. Rafa saat itu langsung menekan klakson dan semua penjaga membukakan pintu agar ia bisa masuk dengan cepat karena ia adalah penguasa kedua disana.

“Mana ayah?” tanya Rafa pada seorang pengawal yang membukakan pintu untuknya saat itu.”

“Beliau ada di kamarnya, tapi sedang_”

“Sudahlah, aku sudah biasa melihatnya.” Rafa langsung melenggang masuk, berjalan terus hingga menaiki tangga menuju kamar utaman ayahnya.

Di pintu, sayup sayup ia mendengar suara desaahan wanita yang tengah digempur dengan begitu ganasnya. Yang jelas wanita itu bukan istri sang ayah, karena ia duda sejak lama yang tenggelam dalam petualangan selama hidupnya.

“Aaahh… Tuan, Kau hebat sekali. Ini sangat nikmat,” lenguuh wanita itu yang tengah di tungga ngi oleh pria paruh baya bertubuh sempurnya itu. Masih kekar, berotot meski rambutnya putih dan berjenggot tebal.

Kreek! Rafa membuka pintu dengan santai dan masuk ke dalam lalu duduk di sofa. Wanita itu terkejut, wajahnya memerah karena malu dengan tubuh polosnya saat itu, namun ayah Jo justru terus saja menggempurnya tanpa perduli dengan kedatangan sang putra.

“Tuan… DIa?”

“Dia anakku, biarkan saja karena dia sudah terbiasa. Dan mendesaahlah dengan lebih kuat agar ia menginginkan yang seperti ini,” bisik ayah Jo pada wanitanya saat itu. Yang malah berganti posisi agar sang wanita duduk diatasnya dan begoyang dengan liar penuh goda. Tapi Rafa tetap tak menoleh sama sekali dengan suara laknat yang sejak tadi berdenging ditelinganya.

Hingga lengkingan suara itu semakin lama semakin kuat, suara saling beradu kepuasan satu sama lain yang nyaris menuju puncak cakrawala bersama. Pria itu masih duduk sembari terus meraba semua bagian tubuh wanitanya dan dengan mulut yang tak bisa diam untuk mengecap dan menghisap apapun yang ia temukan didepan matanya saat itu. Hingga wanita yang mengambil alih permainan itu menjerit sekuat tenaga mendapat pelepasan yang sejak tadi ia rindukan.

“Kau hebat Lana, seperti biasa.” Ayah Jo kemudian mengecup dan melepaskan penyatuan mereka. ia lantas berdiri meraih kimono dan memakainya menghampiri Rafa yang terbaring santai di sofa menunggunya.

“Sudah?” tanya Rafa ketika ayah Jo ada didekatnya saat itu. Ia memberikan koper dan ayah Jo mengecek semuanya dengan segera.

“Bagianku sudah ku berikan pada pemilik cafe tadi, dia butuh uang itu untuk istrinya yang akan melahirkan.”

“Sok baik kau. Apa sudah tak butuh uang?” tanya ayah Jo yang memberikan satu gepok lagi pada Rafa saat itu juga. Siapa tahu ia akan bersenang-senang setelah kembali dari Singapura, tapi bersenang-senang ala Rafa tak seperti mereka semua yang selalu menggunakan wanita.

“Kau tak ingin yang seperti Lana? Banyak gadis muda seperti dia yang akan bisa memuaskanmu kapan saja,” goda ayah Jo, dan saat itu Rafa lantas melirik wanita yang hanya tertutup selimut tebal sebatas dada.

Wanita itu bahkan tak sungakn menggoda dan mengedipkan matanya pada Rafa yang tampan ran rupawan itu. Siapa yang tak mau dengan Rafa dengan parasnya yang begitu sempurna.

“Nikmati malammu, Ayah. Aku akan kembali ke kostku, sekarang. Aku memilih istirahat disana hingga esok pagi dengan pekerjaan yang kembali memanggilku,” jawab Rafa sembari menepuk paha ayahnya yang terbuka. Ia tersenyumm miring kemudian pergi dari sana tanpa menoleh kebelakang lagi dan fokus menuju keluar saat itu.

“Tuan Rafa?” panggil salah seorang wanita bokingan mereka yang seminggu sekali akan datang untuk melayani siapapun yang butuh jasanya.

“Rin, Kau disini?”

“Tuan, kapan pulang? Sudah lama sekali sejak_”

“Aku hanya sebulan disana, kenapa kau bilang lama. Apa kau terlalu merindukanku?” tanya Rafa, dan dengan jujur Rin langsung menganggukkan kepalanya. Ia memang sejak lama suka dengan Rafa. Bahkan sejak pertama bertemu, Rafa sudah menyilaukan mata dan mendebarkan hatinya.

Apalagi Rafa tak seperti yang lain, yang melihat wanita hanya sebagai pemuas hasratnya. Rafa masih menghormati mereka meski apapun pekerjaan yang dilakukan, apalagi seperti Rin yang menjadi tulang punggung keluarganya saat ini.

“Oh iya, ini untuk adikmu.” Rafa meraih dompet, kemudian ia mengeluarkan lembaran merah untuk diberikan pada Rin.

“Tapi Tuan, apakah Anda sama sekali tak ingin saya layani? Saya akan_”

“Sudahlah, segera pulang dan berikan makanan enak untuk mereka semua.” Bahkan Rafa meraih kepala Rin dan membelai rambutnya dengan lembut saat itu, membuat hati Rin berbunga-bunga dan semakin jatuh cinta padanya.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

rafa blm bertemu teman semasa kecilnya n cinta pertamanya,,,lanjut thor....

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!