Elina dan Rafa 5

Rafa mengendarai motor kesayangannya dan segera kembali ke kost. Ia langsung melepaskan pakaiannya dan merebahkan diri di sofa usang dan kemudian memejamkan mata. Ia meraih kalung Ina yang ia letakkan di nakas dan menggenggamnya didada saat itu. “Kenapa sulit skelai menemukanmu?” gumamnya.

Saat ini Dafa hanya memiliki petunjuk dari kalung itu dan luka dileher Ina, itupun jika tak hilang karena diobati oleh orang tua yang telah mengasuhnya saat itu. Dan jika iya, maka semakin tipis harapan Rafa untuk bertemu dengannya.

Rafa kemudian benar-benar memejamkan matanya sembari membayangkan masa kecil mereka yang bahagia meski kadang masih dihantui oleh semua perasaan bersalahnya pada Ina, apalagi dengan orang gila itu. Hingga Rafa benar-benar tidur saat ini menunggu waktu malam untuk pekerjaannya yang lain.

“Kak, Ina ngga mau dijodohin begini. Tau gitu Ina ngga usah pulang,” sergah Ina pada kedua kakaknya saat itu, padahal ayahnya juga ada disana tapi ia memilih diam dengan rencana mereka berdua.

“Ina, Kak Zack hanya ingin melindungi Ina. Ina tahu bagaimana pekerjaan kami yang adalah seorang Mafia, jadi Ina pasti suatu hari akan jadi incaran mereka. Ina ingat kejadian Sepuluh tahun lalu di rumah lama? Pada saat itu mama sampai sakit-sakitan dibuatnya, hingga_”

“Jangan diingetin,” tegur Ina dengan mata nanarnya. Begitu sakit ketika ia ingat mengenai mama kala itu yang berjuang dan nyaris frustasi dengan segala rasa lelah ketika harus terus diteror oleh musuh keluarganya.

“Ina… Kakak hanya ngga mau kamu seperti mama, kami ngga mau kehilangan adik kami tercinta. Ditangan Erwin, kami yakin kau aman.”

“Engga! Ina bilang engga, ya engga. Atau mau Ina kabur dari rumah ini, atau bahkan ke luar negri lagi. Kalau kalian nekat jodohin Ina_”

“Hey, sudahlah. Hargai pendapat adikmu saat ini, karena dia akan lebih tertekan jika dipaksa melakukan sesuatu yang dia inginkan,” tegur ayah Ina pada kedua putranya saat itu.

Memang mereka terlampau sayang hingga kadang tak memikirkan bagaimana perasaan Ina untuk dirinya sendiri. Ina yang bahhkan tak pernah memiliki teman hanya karena dijaga bodyguard setiap hari, hingga semua orang ngeri melihatnya dan takut jika mereka yang kenapa-napa. Ina kesepian, dan hanya Di Negara tetanggga ia dapat kebebasan karena tak ada yang mengenal dirinya siapa disana.

“Cuma Ayah yang ngerti Ina,” peluk gadis itu yang berlari menghampiri ayahnya. Ia bersender dengan manja saat itu bahkan tak segan mengecup pipinya dengan begitu mesra. Ayahlah yang memberi kehidupan sempurna untuk dirinya selama ini dengan segala kasih sayang yang ia berikan. Bahkan apapun keinginan Ina, ia akan turuti dengan segera.

“Sayang Ayah banyak-banyak. Ina ngga mau dijodohin, Ina pasti akan dapat jodoh sendiri nanti.”

“Kamu masih berharap dengan sahabat kecilmu itu? Dia saja sudah entah dimana sekarang. Atau bahkan Sudah berkeluarga dan memiliki anak. Hahhaa!” ledek Ray pada adiknya, sementara Zack hanya tersenyum miring saat itu mendengar mereka semua.

“Kak Rey, kok gitu?” sungut Ina mengerenyitkan dahinya. Ia cemberut, amat sensitive jika membahas soal Rafa dan ia segera beranjak pergi meninggalkan mereka semua disana kemudian naik ke kamarnya.

“Reyhan_”

“Iya, maaf…” balasnya sembari memainkan bibir.

Ina langsung mengunci kamarnya saat itu dan menghempasak tubunya di Kasur yang empuk. Ia menghela napas panjang dan teringat akan Rafa dan masa kecil mereka, yang saat itu sebuah kenang-kenangan berupa gelang dari Rafa hilang ketika insiden yang menghancurkan rumah lama mereka.

Kala itu Ina dan keluarga tengah tidur dengan amat lelap dan gelang itu ia taruh didalam sebuah kotak di nakas. Anak buah ayah yang menyelamatkannya tak membawa kotak itu.

“Rafa, kamu dimana? Aku tanya ke panti, tapi kamu udah ngga ada. Aku bahkan sekarang ngga tahu kamu gimana bentuknya.” Elina meratap, ia amat sedih ketika hingga sekian lama tak bisa menemukan Rafa, padahal begitu banyak orang yang ia kerahkan untuk mencarinya.

“Atau jangan-jangan yang dikata Kak Ray benar? Aaaahhh…. Aku ngga rela, Rafa!” kesal Ina menjambaki rambutnya sendiri saat itu. Padahal ia baru saja menggoda mas-mas cofeeshop yang tampan dan rupawan.

**

Hari ini Ina jalan lagi, sendiri dan tak ada siapapun yang menemani. Tak ada yang tahu Ina siapa kecuali keluarganya, bahkan musuh ayah dan kedua kakaknya hingga ia bebas berkelana.

Ina mampir ke Cofeshop, dan ia tak menemukan pria itu disana dan bahkan para karyawan hanya menggelengkan kepalanya ketika ditanya. Ina akhirnya keluar lagi dengan kopi yang ia bawa dan segala rasa penasaran yang mendera dihatinya. Ia menaiki mobil dan berhenti di pinggiran jalan yang cukup ramai, duduk di sebuah kursi besi sendirian tanpa ada yang berani menganggunya saat itu.

Ina melihat badut yang tengah menghibur anak-anak disana. Badut beruang coklat, dan Ina tampak sangat menyukai dan tersenyum sendiri melihatnya.

Badut itu seolah tahu Ina memperhatikannya, ia langsung menoleh memperhatikan Ina saat itu dan justru mmebuat Ina salah tingkah dan memalingkan wajah.”Apaan sih, Cuma badut juga. Kok salting?” gumam Ina. Hingga ia melirik lagi, namun badut itu sudah tak ada ditempatnya saat itu.

“Kan, ilang.” Baru saja Ina merasa tehibur dan ada yang memperhatikan, ia pergi lagi meninggalkannya. Ia benar-benar merasa kesepian saat ini. Termenung lagi dengan secangkir kopi ditangannya.

Tuing! Sebuah colekan tangan mendarat dibahunya saat itu. Ina langsunng menoleh ke kanan namun tak ada siapapun disana.

Tuing! Satu colekan lagi, ia menoleh ke kiri dan tak lagi ia temui pelakunya. Tubuh Ina seketika merinding dan langsung takut dibuatnya saat itu, dan Ina memilih berdiri untuk segera pergi dari sana.

“Huaaaa!!! Mau kemana cantik?” goda seorang pria dengan pakaian rapi, tapi Ina tahu jika itu adalah oranv tak waras yang ingin mengganggu Ina yang sendirian disana.

“Arrrrghhh!!” Ina memekik sekuat tenaga saat itu. Tubuhnya membatu, ia bahkan tak bisa bergerak hanya untuk sekedar melangkahkan kakinya pergi dari sana, bahkan ia sampai tak bisa sekedar menoleh dan meminta bantuan pada semua orang yang ada.

“Ayah, tolong!” jerit Ina dalam hatinya saat itu.

Ina bingung harus berbuat apa. Dulu ia dilukai, dan kali ini speertinya pria itu ingin melecehkan Ina, karena ia mulai membuka kancing celananya. Hari mulai gerimis hingga semua orang pergi, sementara Ina hanya sendiri dan ketakutan saat ini.

Greep!! Seseorang menarik tangan Ina dan membawa Ina kedalam pelukannya saat itu. Dan entah apa yang ia lakukan, hingga orang tak waras itu segera pergi dan berlari dari tempatnya seketika.

“Dia sudah pergi,” ucapnya, yang ternyata adalah seorang pria berkostum badut yang tadi sempat ditatap oleh Ina. Seperti familiar, Ina langsung mendongakkan kepala menatapnya saat itu juga dan meraih kepala badut untuk ia buka.

“Bener kan, Mas ganteng?” senyum Ina ditengah guyuran air hujan yang menimpa tubuh mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Rosy

Rosy

kamu sudah ketemu dengannya Raf..tapi kamu saja yg belum mengenali Ina yg sudah dewasa

2023-06-21

0

Pujiastuti

Pujiastuti

sama² mencari dan sama² juga berada didunia mafia bedanya Ina cuma ayah dan kakak angkatnya yang seorang mafia,,,,,

lanjut kak 💪💪💪💪

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!