Hinaanmu ku jadikan cambukan kesuksesanku, mas!

Hinaanmu ku jadikan cambukan kesuksesanku, mas!

bab 1.

"bagaimana mas, kamu jadi kan beli kan aku motor?" terdengar suara adik ipar ku meminta dibelikan sebuah motor oleh suamiku.

suamiku yang notabanenya hanya seorang kurir paket pun terlihat sangat keberatan, tapi semua berubah setelah ibu mertua ku yang meminta suatu hal padanya.

"sudahlah kasih aja ren, kasihan adikmu sekolah selalu jalan kaki. sementara sudah banyak temannya yang sekolah membawa motor sendiri" kata ibu mertuaku membuat adik iparku menganggukan kepala dengan mata yang berbinar.

"tapi Bu, aku uang dari mana untuk belikan Ririn motor. ibu kan tau sendiri kalo sekarang kerjaan aku cuma sebagai kurir paket, jangan kan untuk membeli motor untuk Ririn Bu bahkan untuk keluarga kecilku makan sehari-hari aja masih kurang karna gaji harian ku harus dibagi tiga untuk ibu, Sinta juga uang jajan Ririn" mas Rendi menjawab perkataan ibu mertua dengan wajah sesekali melirikku yang menghampiri membawakan minuman dan juga cemilan untuk ketiganya.

"yaa kamu usahakan dong, kamu cari kerja sampingan lagi atau kamu cari kerjaan lain selain menjadi kurir paket yang penghasilannya ga seberapa itu. oh atau istri kamu sekalian suruh kerja juga biar bisa bantu-bantu keuangan kamu, biar sedikit berguna jadi istri"

deggg

perkataan ibu mertua seperti belati yang menancap tepat tepat dihatiku, ntah apa salahku hingga setiap kali beliau datang meminta sesuatu pada mas Rendi selalu dikaitkan dengan aku yang hanya menjadi ibu rumah tangga dan berpangku tangan dari uang nafkah yang diberikan anaknya.

"Bu, jaman sekarang ga semudah itu mencari pekerjaan apalagi dengan cepat. lagian Ririn masih sekolah dan dia belum punya SIM, untuk apa dibelikan motor Bu. biarkan dia sekolah dulu hingga selesai, terus cepat kerja dan bisa beli sendiri apapun yang diinginkan. lagian ya Bu, kan dulu ibu sendiri yang minta aku untuk jadi ibu rumah tangga karna ibu yakin mas Rendi mampu menafkahi aku. kenapa sekarang justru ibu memojokkan aku seolah aku ngga berguna meski hanya sebagai ibu rumah tangga?"

aku menjawab perkataan ibu mertua tanpa sungkan membalas lebih menyakitkan dari apa yang ia katakan, sejujurnya ibu bukan yang pertama kali. sudah sangat sering hal ini terjadi, namun mas Rendi selalu membela ibu nya. ia lebih baik bertengkar denganku dibanding bertengkar dengan ibu nya walaupun ibu nya yang salah.

"tuh lihat, begitu tuh istri kamu kalo dibilangin yang bener. lagian apa salahnya membantu suami kamu sendiri saat ekonomi kalian sedang merosot, sekedar membantu untuk memenuhi kebutuhan dapur" katanya membuatku berdecih.

"Bu, Alhamdulillah uang yang diberikan mas Rendi cukup jika hanya sekedar untuk memenuhi kehidupan Bu. beda lagi jika untuk memenuhi gaya hidup" jawabku menatap remeh ke arah adik iparku yang membulatkan mulut dan memelotokan mata.

"heh, maksud kamu apa mbak! kamu nyindir aku?!" kata Ririn dengan berteriak membuat mas Rendi terkejut dengan suara teriakan Ririn. sementara aku sudah terbiasa, mungkin menjadi makanan sehari-hari bagiku. kenapa sehari-hari, ya karna memang setiap hari Ririn dan ibu mertua akan datang kerumah ku sekedar untuk makan siang. padahal ibu mertua pun diberikan uang belanja dengan nominal yang sama dengan ku, anehkan'-

"Ririn, bisa ngga kamu ngga usah teriak begitu. dia itu mbak iparmu, hargai dirumah ini!!" bentak mas Rendi menatap tajam kearah Ririn yang langsung terdiam mendengar bentakan yang keluar dari mulut mas Rendi.

"Rendi, kenapa kamu membentak Ririn. salahkan istri kamu itu yang bicara seenaknya pada adik dan juga ibumu, kamu mau jadi anak durhaka karna ngga mengindahkan perkataan ibumu, hah!" kata ibu mertua dengan keras pada mas Rendi.

"kamu juga, seharusnya kamu jadi istri itu berguna sedikit. ini malah menghalangi suamimu untuk berbakti pada ibunya, ingat ya saya yang melahirkan Rendi dan saya yang membesarkan Rendi. jadi Rendi wajib patuh pada saya!" bentaknya menunjuk-nunjuk didepan wajahku.

"aku tidak melarang, kalo memang mas Rendi ada uang ya silahkan aja. tapi kenyataannya sekarang mas Rendi memang tidak punya uang Bu, jadi mau dibeli pake apa itu motor? mau ibu memaki aku seperti apapun ngga akan ada hasilnya Bu, aku juga hanya bicara yang sebenarnya Bu. bergaya lah sesuai kemampuan, kalo ngga punya kemampuan ya gausah bergaya" jawabku dengan kesal langsung meninggalkan ketiga orang itu memasuki kamar tempat dimana anakku tengah tertidur pulas.

masih terdengar suara ibu mertuaku memaki dan mengumpatku dengan sumpah serapahnya, sakit tentu saja sakit tapi aku sudah terbiasa. aku tak pernah menghiraukan apapun yang dikatakan olehnya, ku buka ponsel pintar ku dan ku lanjut menulis cerita yang baru saja ku mulai beberapa bulan untuk sekedar hobby tapi ternyata menghasilkan walau tidak banyak.

setelah menyelesaikan tulisanku sebanyak satu bab, terlihat mas Rendi memasuki kamar dengan wajah kusutnya. dia mengusap rambutnya dengan kasar, lalu menatapku dan mendudukkan diri diatas ranjang.

"ada apa mas? kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku yang melihat mas Rendi menatapku penuh harap.

"dek, mas tau kamu pasti punya simpanan kan? mas boleh pinjam kan dek? mas janji mas pasti akan ganti pinjaman mas sama kamu" jawabnya membuat menghentikan jari jemariku mengetik bab baru, kemudian mematikan ponsel dan menaruhnya tepat diatas bantal yang aku gunakan untuk menyanggah tubuh.

"mas, sampai kapan? sampai kapan kamu akan terus menuruti semua permintaan konyol ibu dan juga adik kamu itu? ingat mas, Ririn sudah kelas XII, sebentar lagi akan menghadapi ujian. bukan kah lebih baik uang yang kita punya untuk hal yang sepenting itu dibanding menuruti apa yang Ririn inginkan?" kataku dengan lembut menatap mas Rendi yang menatapku dengan sendu.

"tapi ibu dek,,,,,"

"mas, mungkin mas benar jika aku memiliki tabungan. tapi jujur mas, itu tabungan ku pribadi saat aku kerja waktu masih gadis bukan uang nafkah yang selama ini kamu berikan. andai mas mau menggunakan uangku, aku berhak menuntut ganti karna itu hasil kerja kerasku. tapi apa ibu dan adikmu akan terima andai aku meminta ganti padamu?" tanyaku membuat mas Rendi terdiam.

dia sangat hafal peragai ibu kandungnya yang pasti tidak akan bisa menerima hal itu, terlebih lagi saat ini kas Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan uang harian kiriman paket pasti akan lebih susah lagi untuk membagi hasilnya nanti.

"fikirkan lagi mas. maaf, bukannya aku mau perhitungan tapi mas lihat sendiri kelakuan dan apa yang sudah ibu juga adikmu lakukan padaku. andai itu terjadi padamu, apa kamu akan memberikan pinjaman pada orang yang sudah terang-terangan membenci dirimu?" kataku kembali memainkan ponsel yang sempat aku letakkan.

mas Rendi pun terlihat berfikir sesekali memijat pelan pelipisnya, aku yang melihat pun tak bergeming membiarkan mas Rendi dengan fikirannya sendiri.

bersambung

###

terimakasih yang masih setia membaca novel ku hingga saat ini. Alhamdulillah kali ini aku bisa mengeluarkan novel terbaru, semoga bisa konsisten dan lebih baik dari tulisan sebelumnya🙏☺️

Terpopuler

Comments

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

Sekalian satu bunga untukmu

2023-06-18

0

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

Assalamu'alaikum, aku mampir dulu di sini dan favorit ya, in syaa Allah nanti baca

2023-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!