malam harinya seperti biasa, aku dan juga mas Rendi melakukan malam malam setelah selesai sholat isya berjamaah. itu adalah kebiasaan kami semenjak setelah menikah.
tok,,, tok,,, tok
"ren,,,, rendii,,," seperti biasa ibu mertua pasti mengetuk pintu rumah ku untuk ikut makan malam bersama.
"biar mas yang bukan pintu untuk ibu dek, kamu habiskan aja makan kamu" kata mas Rendi yang melihatku hendak berdiri untuk membukakan pintu rumah.
aku pun menganggukan kepala, mas Rendi pun berjalan menuju pintu rumah kami yang tak jauh dari meja makan. tak lama, terlihat ibu mertua beserta Ririn jalan mendahului mas Rendi yang terlihat berada dibelakangnya.
"loh kok makanannya abis si Bu" rengek Ririn pada ibu nya. aku pun terus menghabiskan makanan yang tersisa dipiring tanpa menghiraukan rengekan adik iparku satu itu.
"tenang aja nak, mbak mu pasti sudah menyidangkannya untuk kita" jawab ibu mertua dengan pedenya. makanan dipiringku pun telah habis, aku pun membereskan piring kotor milikku dan juga mas Rendi kemudian mencucinya.
"Sinta, mana makanan ibu dan ririn? kami sudah pisahkan kan?" tanyanya membuatku berbalik menatap ibu mertua.
"maaf Bu hari ini aku cuma masak sedikit, hanya cukup untuk kami berdua. masih ada sih sayur bening bayam sisa anakku tadi, itu pun kalo ibu mau" jawabku lalu melanjutkan tugas ku mencuci piring tanpa melihat respon ibu mertua seperti apa.
"sayur bening bayam? kamu kira ibu dan adikmu itu bayi, kamu kasih bening bayam, hah!"
piring yang ku cuci pun telah bersih semua, aku pun membalas tatapan ibu mertua yang tajam dengan tatapan kesal.
"Bu, kita kan sudah sama-sama diberikan uang belanja yang sama ya sama mas Rendi. kenapa sih ibu selalu datang kesini hanya untuk meminta makan? kan ibu bisa masak sendiri dirumah, atau ibu bisa beli lauk matang dirumah makan sebrang sana. aku hanya masak pas-pasan untukku dan juga mas Rendi Bu" jawabku dengan kesal menatap ibu mertua yang wajahnya terlihat menahan amarah.
"kurang ajar! kamu berani sama ibu? mau ibu apakan uang itu terserah ibu, Rendi sudah memberikannya sama ibu. sekarang, mana makanan untuk ibu dan juga Ririn. cepat!" bentaknya dengan mata membola.
"maaf Bu, masakan Sinta habis. Sinta capek, mau istirahat. permisi" jawabku berjalan melalui ibu mertua ku yang matanya terlihat menyiratkan kemarahan.
"kurang ajar! awas kami Sinta, akan aku buat Rendi meninggalkan kamu hei wanita kurang ajar!!!" teriaknya. aku pun tak menghiraukan teriakan yang dibuat oleh ibu mertuaku, mas Rendi dan juga Ririn pun terpogoh-pogoh menghampiri ibu mertua yang masih memandangku dengan tajam.
"ada apa sih Bu? kenapa ibu teriak-teriak begitu?" tanya mas Rendi lembut.
"tau nih ibu, udah malem Bu ga malu didenger tetangga" kata Ririn mendekap tangannya di dada.
"istri kamu itu Rendi, dia tidak mengisahkan sedikitpun lauk untuk ibu dan juga adik kamu. dia malah menyuruh ibu memakan sayur bening bayam sisa makan anak kalian, kurang ajar sekali dia" jawabnya dengan nafas terengah-engah.
"astagfirullah Bu, Sinta memang masak sedikit hari ini Bu. hanya untuk kami berdua aja, Nauval aja hanya Sinta masakkan bening bayam. karna hasil hari ini sedikit Bu, sementara uangnya sudah dibagi tiga. lagian kenapa ibu ngga masak sendiri, kan setiap hari Rendi sudah berikan ibu uang" jawab mas Rendi yang masih bisa ku dengar meski aku didalam kamar.
"alaaahh kamu selalu aja belain istri kamu yang kurang ajar itu, inget ya Rendi sampai kapanpu kamu itu anak ibu. ibu yang melahirkan dan membesarkan kamu, bahkan ibu juga yang menyekolahkan kamu ren. kamu malah bela in istri kamu, kamu mau jadi anak durhaka!" ucap ibu mertuaku membuatku mengelus dada.
"yaallah Bu, nyebut Bu. harus bagaimana lagi Rendi pada ibu? Rendi sudah adil pada kalian, Rendi memang anak ibu tapi sekarang Rendi juga punya istri dan anak Bu. dimana salah Rendi?" kata mas Rendi.
"alah udah lah, yuk Rin kita pulang. malas ibu disini" terdengar suara ibu mertua terakhir kalinya mengajak Ririn pulang dan setelahnya tak lagi terdengar suara keduanya berdebat.
aku pun keluar dari kamar, melihat mas Rendi duduk dengan santai menonton acara tv kesukaannya.
"mas,,,," tegurku.
"eehh dek, kamu belum tidur?" tanyanya mengalihkan pandangan menatapku.
"belum mas, ibu sama Ririn udah pulang ya?" tanyaku berbasa-basi.
"hufftt, iyaa sudah dek. maafkan ibu ya dek, pasti ibu buat kamu jengkel lagi malam ini" kata mas Rendi membuatku tersenyum kecut.
"gak papa mas, aku udah biasa" jawabku singkat membuat mas Rendi tersenyum kecil.
"Sabar ya dek,,, suatu saat ibu pasti berubah sikap pada kamu" kata mas Rendi.
"semoga saja mas" singkatku mengambil remot dimeja lalu mengganti Chanel tv.
"sepertinya mas harus mencari kerjaan lain dek" kata mas Rendi membuatku mengalihkan pandangan dari tv.
"iyaa mas. kita juga ngga mungkin mengandalkan gaji harian kamu mengantar paket sementara kamu tau sendiri kebutuhan kita semakin hari semakin bertambah, belum lagi permintaan ibu dan juga Ririn yang gak ada habisnya menurutku" jawabku dengan jujur.
"maafin mas ya dek, mas ngga bisa tegas pada ibu dan juga Ririn. karna hanya mereka keluarga yang mas miliki, mas udah janji sama almarhum bapak untuk membahagiakan mereka" jawab mas Rendi membuat hatiku mencelos.
"tapi kamu juga harus ingat mas, ada aku dan juga Nauval kewajiban kamu. kami juga bagian dari orang yang harus kamu prioritaskan, membahagiakan bukan berarti kamu memberikan semua apa yang mereka mau tanpa memikirkan kamu mampu atau tidak." jawabku tanpa memandang mas Rendi.
"iyaa dek, mas minta maaf" jawabnya dengan terus meminta maaf.
"keadaan akan terus begini jika kamu tetap tidak bisa tegas pada ibu dan juga adikmu mas, mau kamu kerja dengan gaji besar pun jika gaji digunakan untuk gaya hidup ngga akan pernah cukup mas. aku bersyukur kamu bertanggung jawab meskipun hanya cukup untuk kami makan sehari-hari, lain hal jika kamu bekerja untuk gaya hidup ibu dan juga adikmu sementara aku harus mengikat pinggang walau hanya untuk makan makanan enak. ada rasa tidak ikhlas mas, ada rasa marah, ada rasa benci, tapi aku sadar mereka keluargamu. aku ngga bisa mengambil sikap, itu tugasmu. tapi kalo kamu ngga bisa juga mengambil sikap, maka jangan salahkan aku jika aku bertindak sesuka hatiku" jawabku menatap mas Rendi yang menatapku tak berkedip.
mas Rendi pun memelukku dan mengecup pucuk kepalaku dengan sayang.
"iyaa dek,,, mas janji akan lebih tegas pada ibu dan juga Ririn, maafkan mas dek. berjanjilah akan terus berada di samping mas apapun yang terjadi dek" kata mas Rendi yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.
"aku akan tetap berada disampingmu dan ngga akan pernah jika bukan kamu yang meminta mas" jawabku mendongak menatap mas Rendi dengan senyum.
bersambung
####
jangan lupa like komen dan juga vote ya guys☺️🙏 follow Ig aku ya @adivahasanah 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments