NovelToon NovelToon

Hinaanmu ku jadikan cambukan kesuksesanku, mas!

bab 1.

"bagaimana mas, kamu jadi kan beli kan aku motor?" terdengar suara adik ipar ku meminta dibelikan sebuah motor oleh suamiku.

suamiku yang notabanenya hanya seorang kurir paket pun terlihat sangat keberatan, tapi semua berubah setelah ibu mertua ku yang meminta suatu hal padanya.

"sudahlah kasih aja ren, kasihan adikmu sekolah selalu jalan kaki. sementara sudah banyak temannya yang sekolah membawa motor sendiri" kata ibu mertuaku membuat adik iparku menganggukan kepala dengan mata yang berbinar.

"tapi Bu, aku uang dari mana untuk belikan Ririn motor. ibu kan tau sendiri kalo sekarang kerjaan aku cuma sebagai kurir paket, jangan kan untuk membeli motor untuk Ririn Bu bahkan untuk keluarga kecilku makan sehari-hari aja masih kurang karna gaji harian ku harus dibagi tiga untuk ibu, Sinta juga uang jajan Ririn" mas Rendi menjawab perkataan ibu mertua dengan wajah sesekali melirikku yang menghampiri membawakan minuman dan juga cemilan untuk ketiganya.

"yaa kamu usahakan dong, kamu cari kerja sampingan lagi atau kamu cari kerjaan lain selain menjadi kurir paket yang penghasilannya ga seberapa itu. oh atau istri kamu sekalian suruh kerja juga biar bisa bantu-bantu keuangan kamu, biar sedikit berguna jadi istri"

deggg

perkataan ibu mertua seperti belati yang menancap tepat tepat dihatiku, ntah apa salahku hingga setiap kali beliau datang meminta sesuatu pada mas Rendi selalu dikaitkan dengan aku yang hanya menjadi ibu rumah tangga dan berpangku tangan dari uang nafkah yang diberikan anaknya.

"Bu, jaman sekarang ga semudah itu mencari pekerjaan apalagi dengan cepat. lagian Ririn masih sekolah dan dia belum punya SIM, untuk apa dibelikan motor Bu. biarkan dia sekolah dulu hingga selesai, terus cepat kerja dan bisa beli sendiri apapun yang diinginkan. lagian ya Bu, kan dulu ibu sendiri yang minta aku untuk jadi ibu rumah tangga karna ibu yakin mas Rendi mampu menafkahi aku. kenapa sekarang justru ibu memojokkan aku seolah aku ngga berguna meski hanya sebagai ibu rumah tangga?"

aku menjawab perkataan ibu mertua tanpa sungkan membalas lebih menyakitkan dari apa yang ia katakan, sejujurnya ibu bukan yang pertama kali. sudah sangat sering hal ini terjadi, namun mas Rendi selalu membela ibu nya. ia lebih baik bertengkar denganku dibanding bertengkar dengan ibu nya walaupun ibu nya yang salah.

"tuh lihat, begitu tuh istri kamu kalo dibilangin yang bener. lagian apa salahnya membantu suami kamu sendiri saat ekonomi kalian sedang merosot, sekedar membantu untuk memenuhi kebutuhan dapur" katanya membuatku berdecih.

"Bu, Alhamdulillah uang yang diberikan mas Rendi cukup jika hanya sekedar untuk memenuhi kehidupan Bu. beda lagi jika untuk memenuhi gaya hidup" jawabku menatap remeh ke arah adik iparku yang membulatkan mulut dan memelotokan mata.

"heh, maksud kamu apa mbak! kamu nyindir aku?!" kata Ririn dengan berteriak membuat mas Rendi terkejut dengan suara teriakan Ririn. sementara aku sudah terbiasa, mungkin menjadi makanan sehari-hari bagiku. kenapa sehari-hari, ya karna memang setiap hari Ririn dan ibu mertua akan datang kerumah ku sekedar untuk makan siang. padahal ibu mertua pun diberikan uang belanja dengan nominal yang sama dengan ku, anehkan'-

"Ririn, bisa ngga kamu ngga usah teriak begitu. dia itu mbak iparmu, hargai dirumah ini!!" bentak mas Rendi menatap tajam kearah Ririn yang langsung terdiam mendengar bentakan yang keluar dari mulut mas Rendi.

"Rendi, kenapa kamu membentak Ririn. salahkan istri kamu itu yang bicara seenaknya pada adik dan juga ibumu, kamu mau jadi anak durhaka karna ngga mengindahkan perkataan ibumu, hah!" kata ibu mertua dengan keras pada mas Rendi.

"kamu juga, seharusnya kamu jadi istri itu berguna sedikit. ini malah menghalangi suamimu untuk berbakti pada ibunya, ingat ya saya yang melahirkan Rendi dan saya yang membesarkan Rendi. jadi Rendi wajib patuh pada saya!" bentaknya menunjuk-nunjuk didepan wajahku.

"aku tidak melarang, kalo memang mas Rendi ada uang ya silahkan aja. tapi kenyataannya sekarang mas Rendi memang tidak punya uang Bu, jadi mau dibeli pake apa itu motor? mau ibu memaki aku seperti apapun ngga akan ada hasilnya Bu, aku juga hanya bicara yang sebenarnya Bu. bergaya lah sesuai kemampuan, kalo ngga punya kemampuan ya gausah bergaya" jawabku dengan kesal langsung meninggalkan ketiga orang itu memasuki kamar tempat dimana anakku tengah tertidur pulas.

masih terdengar suara ibu mertuaku memaki dan mengumpatku dengan sumpah serapahnya, sakit tentu saja sakit tapi aku sudah terbiasa. aku tak pernah menghiraukan apapun yang dikatakan olehnya, ku buka ponsel pintar ku dan ku lanjut menulis cerita yang baru saja ku mulai beberapa bulan untuk sekedar hobby tapi ternyata menghasilkan walau tidak banyak.

setelah menyelesaikan tulisanku sebanyak satu bab, terlihat mas Rendi memasuki kamar dengan wajah kusutnya. dia mengusap rambutnya dengan kasar, lalu menatapku dan mendudukkan diri diatas ranjang.

"ada apa mas? kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku yang melihat mas Rendi menatapku penuh harap.

"dek, mas tau kamu pasti punya simpanan kan? mas boleh pinjam kan dek? mas janji mas pasti akan ganti pinjaman mas sama kamu" jawabnya membuat menghentikan jari jemariku mengetik bab baru, kemudian mematikan ponsel dan menaruhnya tepat diatas bantal yang aku gunakan untuk menyanggah tubuh.

"mas, sampai kapan? sampai kapan kamu akan terus menuruti semua permintaan konyol ibu dan juga adik kamu itu? ingat mas, Ririn sudah kelas XII, sebentar lagi akan menghadapi ujian. bukan kah lebih baik uang yang kita punya untuk hal yang sepenting itu dibanding menuruti apa yang Ririn inginkan?" kataku dengan lembut menatap mas Rendi yang menatapku dengan sendu.

"tapi ibu dek,,,,,"

"mas, mungkin mas benar jika aku memiliki tabungan. tapi jujur mas, itu tabungan ku pribadi saat aku kerja waktu masih gadis bukan uang nafkah yang selama ini kamu berikan. andai mas mau menggunakan uangku, aku berhak menuntut ganti karna itu hasil kerja kerasku. tapi apa ibu dan adikmu akan terima andai aku meminta ganti padamu?" tanyaku membuat mas Rendi terdiam.

dia sangat hafal peragai ibu kandungnya yang pasti tidak akan bisa menerima hal itu, terlebih lagi saat ini kas Rendi tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya mengandalkan uang harian kiriman paket pasti akan lebih susah lagi untuk membagi hasilnya nanti.

"fikirkan lagi mas. maaf, bukannya aku mau perhitungan tapi mas lihat sendiri kelakuan dan apa yang sudah ibu juga adikmu lakukan padaku. andai itu terjadi padamu, apa kamu akan memberikan pinjaman pada orang yang sudah terang-terangan membenci dirimu?" kataku kembali memainkan ponsel yang sempat aku letakkan.

mas Rendi pun terlihat berfikir sesekali memijat pelan pelipisnya, aku yang melihat pun tak bergeming membiarkan mas Rendi dengan fikirannya sendiri.

bersambung

###

terimakasih yang masih setia membaca novel ku hingga saat ini. Alhamdulillah kali ini aku bisa mengeluarkan novel terbaru, semoga bisa konsisten dan lebih baik dari tulisan sebelumnya🙏☺️

bab 2.

malam harinya seperti biasa, aku dan juga mas Rendi melakukan malam malam setelah selesai sholat isya berjamaah. itu adalah kebiasaan kami semenjak setelah menikah.

tok,,, tok,,, tok

"ren,,,, rendii,,," seperti biasa ibu mertua pasti mengetuk pintu rumah ku untuk ikut makan malam bersama.

"biar mas yang bukan pintu untuk ibu dek, kamu habiskan aja makan kamu" kata mas Rendi yang melihatku hendak berdiri untuk membukakan pintu rumah.

aku pun menganggukan kepala, mas Rendi pun berjalan menuju pintu rumah kami yang tak jauh dari meja makan. tak lama, terlihat ibu mertua beserta Ririn jalan mendahului mas Rendi yang terlihat berada dibelakangnya.

"loh kok makanannya abis si Bu" rengek Ririn pada ibu nya. aku pun terus menghabiskan makanan yang tersisa dipiring tanpa menghiraukan rengekan adik iparku satu itu.

"tenang aja nak, mbak mu pasti sudah menyidangkannya untuk kita" jawab ibu mertua dengan pedenya. makanan dipiringku pun telah habis, aku pun membereskan piring kotor milikku dan juga mas Rendi kemudian mencucinya.

"Sinta, mana makanan ibu dan ririn? kami sudah pisahkan kan?" tanyanya membuatku berbalik menatap ibu mertua.

"maaf Bu hari ini aku cuma masak sedikit, hanya cukup untuk kami berdua. masih ada sih sayur bening bayam sisa anakku tadi, itu pun kalo ibu mau" jawabku lalu melanjutkan tugas ku mencuci piring tanpa melihat respon ibu mertua seperti apa.

"sayur bening bayam? kamu kira ibu dan adikmu itu bayi, kamu kasih bening bayam, hah!"

piring yang ku cuci pun telah bersih semua, aku pun membalas tatapan ibu mertua yang tajam dengan tatapan kesal.

"Bu, kita kan sudah sama-sama diberikan uang belanja yang sama ya sama mas Rendi. kenapa sih ibu selalu datang kesini hanya untuk meminta makan? kan ibu bisa masak sendiri dirumah, atau ibu bisa beli lauk matang dirumah makan sebrang sana. aku hanya masak pas-pasan untukku dan juga mas Rendi Bu" jawabku dengan kesal menatap ibu mertua yang wajahnya terlihat menahan amarah.

"kurang ajar! kamu berani sama ibu? mau ibu apakan uang itu terserah ibu, Rendi sudah memberikannya sama ibu. sekarang, mana makanan untuk ibu dan juga Ririn. cepat!" bentaknya dengan mata membola.

"maaf Bu, masakan Sinta habis. Sinta capek, mau istirahat. permisi" jawabku berjalan melalui ibu mertua ku yang matanya terlihat menyiratkan kemarahan.

"kurang ajar! awas kami Sinta, akan aku buat Rendi meninggalkan kamu hei wanita kurang ajar!!!" teriaknya. aku pun tak menghiraukan teriakan yang dibuat oleh ibu mertuaku, mas Rendi dan juga Ririn pun terpogoh-pogoh menghampiri ibu mertua yang masih memandangku dengan tajam.

"ada apa sih Bu? kenapa ibu teriak-teriak begitu?" tanya mas Rendi lembut.

"tau nih ibu, udah malem Bu ga malu didenger tetangga" kata Ririn mendekap tangannya di dada.

"istri kamu itu Rendi, dia tidak mengisahkan sedikitpun lauk untuk ibu dan juga adik kamu. dia malah menyuruh ibu memakan sayur bening bayam sisa makan anak kalian, kurang ajar sekali dia" jawabnya dengan nafas terengah-engah.

"astagfirullah Bu, Sinta memang masak sedikit hari ini Bu. hanya untuk kami berdua aja, Nauval aja hanya Sinta masakkan bening bayam. karna hasil hari ini sedikit Bu, sementara uangnya sudah dibagi tiga. lagian kenapa ibu ngga masak sendiri, kan setiap hari Rendi sudah berikan ibu uang" jawab mas Rendi yang masih bisa ku dengar meski aku didalam kamar.

"alaaahh kamu selalu aja belain istri kamu yang kurang ajar itu, inget ya Rendi sampai kapanpu kamu itu anak ibu. ibu yang melahirkan dan membesarkan kamu, bahkan ibu juga yang menyekolahkan kamu ren. kamu malah bela in istri kamu, kamu mau jadi anak durhaka!" ucap ibu mertuaku membuatku mengelus dada.

"yaallah Bu, nyebut Bu. harus bagaimana lagi Rendi pada ibu? Rendi sudah adil pada kalian, Rendi memang anak ibu tapi sekarang Rendi juga punya istri dan anak Bu. dimana salah Rendi?" kata mas Rendi.

"alah udah lah, yuk Rin kita pulang. malas ibu disini" terdengar suara ibu mertua terakhir kalinya mengajak Ririn pulang dan setelahnya tak lagi terdengar suara keduanya berdebat.

aku pun keluar dari kamar, melihat mas Rendi duduk dengan santai menonton acara tv kesukaannya.

"mas,,,," tegurku.

"eehh dek, kamu belum tidur?" tanyanya mengalihkan pandangan menatapku.

"belum mas, ibu sama Ririn udah pulang ya?" tanyaku berbasa-basi.

"hufftt, iyaa sudah dek. maafkan ibu ya dek, pasti ibu buat kamu jengkel lagi malam ini" kata mas Rendi membuatku tersenyum kecut.

"gak papa mas, aku udah biasa" jawabku singkat membuat mas Rendi tersenyum kecil.

"Sabar ya dek,,, suatu saat ibu pasti berubah sikap pada kamu" kata mas Rendi.

"semoga saja mas" singkatku mengambil remot dimeja lalu mengganti Chanel tv.

"sepertinya mas harus mencari kerjaan lain dek" kata mas Rendi membuatku mengalihkan pandangan dari tv.

"iyaa mas. kita juga ngga mungkin mengandalkan gaji harian kamu mengantar paket sementara kamu tau sendiri kebutuhan kita semakin hari semakin bertambah, belum lagi permintaan ibu dan juga Ririn yang gak ada habisnya menurutku" jawabku dengan jujur.

"maafin mas ya dek, mas ngga bisa tegas pada ibu dan juga Ririn. karna hanya mereka keluarga yang mas miliki, mas udah janji sama almarhum bapak untuk membahagiakan mereka" jawab mas Rendi membuat hatiku mencelos.

"tapi kamu juga harus ingat mas, ada aku dan juga Nauval kewajiban kamu. kami juga bagian dari orang yang harus kamu prioritaskan, membahagiakan bukan berarti kamu memberikan semua apa yang mereka mau tanpa memikirkan kamu mampu atau tidak." jawabku tanpa memandang mas Rendi.

"iyaa dek, mas minta maaf" jawabnya dengan terus meminta maaf.

"keadaan akan terus begini jika kamu tetap tidak bisa tegas pada ibu dan juga adikmu mas, mau kamu kerja dengan gaji besar pun jika gaji digunakan untuk gaya hidup ngga akan pernah cukup mas. aku bersyukur kamu bertanggung jawab meskipun hanya cukup untuk kami makan sehari-hari, lain hal jika kamu bekerja untuk gaya hidup ibu dan juga adikmu sementara aku harus mengikat pinggang walau hanya untuk makan makanan enak. ada rasa tidak ikhlas mas, ada rasa marah, ada rasa benci, tapi aku sadar mereka keluargamu. aku ngga bisa mengambil sikap, itu tugasmu. tapi kalo kamu ngga bisa juga mengambil sikap, maka jangan salahkan aku jika aku bertindak sesuka hatiku" jawabku menatap mas Rendi yang menatapku tak berkedip.

mas Rendi pun memelukku dan mengecup pucuk kepalaku dengan sayang.

"iyaa dek,,, mas janji akan lebih tegas pada ibu dan juga Ririn, maafkan mas dek. berjanjilah akan terus berada di samping mas apapun yang terjadi dek" kata mas Rendi yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.

"aku akan tetap berada disampingmu dan ngga akan pernah jika bukan kamu yang meminta mas" jawabku mendongak menatap mas Rendi dengan senyum.

bersambung

####

jangan lupa like komen dan juga vote ya guys☺️🙏 follow Ig aku ya @adivahasanah 🙏🙏

bab 3.

hari-hari pun terus berlalu, kehidupanku dan juga mas Rendi masih sama seperti sebelumnya padahal mas Rendi sudah berusaha mencari pekerjaan lebih layak setiap harinya sambil berkeliling mengantar paket.

"Alhamdulillah hari ini banyak sekali paket dek,,, mungkin karna lagi ada event online shop kali ya dek?" kata mas Rendi yang mendaratkan bokongnya dikursi ruang tamu sederhana rumah kontrakan kami.

"mungkin mas, apalagi diaplikasi tok-tok itu kan harganya jauh lebih murah dan banyak gratis ongkirnya mas. jadi mungkin aja karna itu" jawabku membawakan teh hangat dan menaruhnya dimeja dihadapan mas Rendi.

"makasih dek,,,," katanya membuatku tersenyum.

"heran mas, pada seneng banget belanja online. kadang ya dek, satu rumah itu ada yang sampai tiga atau empat paket dengan harga yang ga sedikit loh dek" kata mas Rendi setelah menyeruput sedikit teh didalam cangkir.

"Alhamdulillah mungkin itu rejeki kurir seperti kamu ini mas, syukuri saja dan ambil hikmahnya" jawabku dengan senyum lembut.

"iyaa kamu benar dek, tapi maaf ya dek mas belum dapat kerjaan tetap padahal udah tiga hari mas cari kerjaan lagi sambil kirim paket ternyata masih belum ada yang terpanggil" katanya dengan lesu.

"tak apa mas, sedikit asal cukup aku sudah bersyukur" jawabku menenangkan mas Rendi yang tampak sangat merasa bersalah.

"makasih ya dek kamu selalu mengerti keadaanku,,,," katanya menggenggam kedua tanganku.

"iyaa sama-sama mas, mas bersih-bersih gih terus sholat isya baru makan malam. biar aku hangatkan makanan nya" kataku yang langsung diangguki oleh mas Rendi.

mas Rendi pun mengikuti ucapanku, ia berjalan kearah kamar mandi yang berada dipojok bagian dapur. aku pun menghangatkan makanan yang aku masak setelah aku makan malam tadi, terdengar lucu kan memasak setelah makan malam. itu sengaja aku lakukan untuk mengelabuhi ibu mertua dan juga adik iparku, beberapa hari ini aku selalu memasak sedikit saat siang lalu menyimpannya dilemari penyimpanan dan menguncinya sementara untuk makan malam mas Rendi aku selalu memasaknya setelah Nauval tertidur karna beberapa hari ini mas Rendi selalu pulang larut.

"sudah siap dek? mas sudah sangat lapar" katanya membuatku tersenyum kecil.

"sudah mas, makanlah" jawabku yang memang sudah selesai menghangatkan lauk untuk mas Rendi.

"waaaahhh ada jengkol balado, kamu tau aja mas udah lama ngga makan jengkol" katanya dengan mata berbinar melihat salah satu menu favoritnya.

"iyaa mas, sengaja tadi aku belikan karna lagi lumayan murah harga jengkol. tau sendiri biasanya harganya mahal hampir sama kaya harga cabe" jawabku dengan pelan.

mas Rendi pun memakan dengan lahap lauk yang ada didepannya, jengkol balado dengan telur dadar dan juga tumis buncis menjadi menu mas Rendi malam ini.

"Alhamdulillah kenyang mas dek, manteepp bangeeettt" katanya memberikan jempol atas rasa masakanku kali ini.

"minum dulu mas" kataku menyerahkan segelas air putih pada mas Rendi, lalu mas Rendi pun meneguk air tersebut hingga tandas.

"jangan langsung tidur ya mas, ga baik abis makan langsung tidur" kataku kembali menyimpan lauk yang masih tersisa kedalam kulkas agar bisa aku hangatkan untuk sarapan besok pagi.

"iyaaa dek, mas juga mau kerumah ibu sebentar" jawabnya membuatku menyeritkan kening.

"mau ngapain mas? ini udah malam loh mas, hampir jam sepuluh" jawabku.

"mau kasih uang makan buat ibu aja kok dek, sebentar mas ambil dulu uangnya sekalian juga buat kamu besok" kata mas Rendi yang masuk kembali kedalam kamar mandi.

"ini, tadi mas dapat tiga ratus lima puluh ribu Alhamdulillah. dua ratus ribu nya kamu pegang ya dek, tolong ditabung dan dipakai secukupnya ya dek. nanti yang lima pulu ribu untuk jaga-jaga bensin mas, nah yang seratus untuk masal ibu" kata mas Rendi.

"loh terus untuk Ririn mana mas?" tanyaku heran.

"Ririn kan kemarin sudah mas kasih lebih dek, mas bilang harus cukup untuk satu Minggu karna mulai sekarang mas akan berikan dia satu Minggu sekali." jawab mas Rendi membatku membelalakan mata.

"kamu serius mas?" tanyaku yang merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mas Rendi.

"iyaa dek mas serius. mas rasa memang Ririn harus mas batasi uang jajannya karna kalau tidak dia akan semakin semena-mena meminta sama mas" jawabnya membuatku tersenyum dan menghela nafas lega.

"Alhamdulillah, maaf ya mas kalo mas harus melakukan ini pada ibu dan juga Ririn" kataku dengan wajah menunduk.

"gapapa kok dek, yaudah mas kerumah ibu dulu ya sebentar. kunci aja pintunya, nanti kalo mas pulang mas akan ketuk pintu" kata mas Rendi yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.

setelah kepergian mas Rendi, aku pun masuk kedalam kamar dan mengerjakan pekerjaan yang selama ini tak pernah diketahui oleh mas Rendi. aku membuka ponsel ku dan menulis cerita hingga tepat pukul sebalas malam aku berhasil menyelesaikan satu bab baru ku, aku pun langsung memposting di sosial media. setelah selesai aku pun memejam kan mata, tapi tak lama terdengar suara gedoran pintu didepan rumah.

"assalamualaikum dek, mas pulang" mas Rendi yang berada didepan pintu rumah, aku pun beranjak dari kasur untuk membukan pintu mas Rendi.

"kok sampai jam segini sih mas, katanya cuma sebentar" kataku pada mas Rendi

"kenapa, kamu kangen yaa??" mas Rendi meledekku yang langsung tersipu.

"apaan si mas, aku tuh cuma khawatir tau mas" jawabku lalu mendahului mas Rendi memasuki kamar, lalu berbaring dikasur.

"dek, masalah Ririn minta motor itu,,,," kata mas Rendi terhenti seketika melihat tatapan mataku.

"kenapa mas?" tanyaku.

"eemm begini dek, apa kamu benar-benar ngga bisa memberikan mas pinjaman uang untuk membelikan Ririn motor. eemm untuk beli yang second aja juga gapapa dek" tanyanya, aku pun kembali menegakkan badan dengan duduk dan menatap mas Rendi.

"jadi kami kerumah ibu lama karna masih membahas soal ini?" tanyaku dengan menahan geram, mas Rendi pun menganggukan kepala membenarkan.

aku pun menghela nafas, tak sampai dengan jalan fikiran mas Rendi.

"mas, sepertinya aku salah mempercayai kami beberapa hari ini?!" kataku membuat mas Rendi mengerutkan kening.

"maksud kamu apa dek?" tanyanya dengan heran.

"baru aja kamu bilang jika kamu hanya akan memberikan Ririn uang jajan seminggu sekali, tapi kamu sekarang membahas motor untuk Ririn. apa itu ngga sama aja mas? kamu masih belum bisa bersikap tegas pada adik mu. dengan kamu membelikan Ririn motor tapi kamu memberikannya uang jajan mingguan sama aja mas, toh Ririn bisa minta pada ibu. iyakan? sudahlah mas jangan terlalu dimanjakan, biarkan dia mendapatkan apa yang dia mau saat dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri" jawabku yang sudah malas berdebat dengan mas Rendi ditengah malam seperti ini.

"tapi dek,,,,,"

"sudah ya mas, ini sudah sangat larut malam. kalo memang kamu mau membelikan Ririn motor, silahkan! uji sendiri kemampuan kamu untuk memberikan apa yang diinginkan ibu dan juga adikmu itu, tak perlu memikirkan aku dan juga Nauval. tapi ingat satu hal, jangan sangkut pautkan aku dalam hal apapun. dan ini, peganglah sendiri. mulai besok aku tidak akan memasak untukmu, silahkan urus keperluanku sendiri dan jangan hiraukan kami" kataku mengambalikan uang yang tadi diberikan mas Rendi, mas Rendi pun membulatkan mata melihat respon yang aku berikan.

bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!