hari-hari pun terus berlalu, kehidupanku dan juga mas Rendi masih sama seperti sebelumnya padahal mas Rendi sudah berusaha mencari pekerjaan lebih layak setiap harinya sambil berkeliling mengantar paket.
"Alhamdulillah hari ini banyak sekali paket dek,,, mungkin karna lagi ada event online shop kali ya dek?" kata mas Rendi yang mendaratkan bokongnya dikursi ruang tamu sederhana rumah kontrakan kami.
"mungkin mas, apalagi diaplikasi tok-tok itu kan harganya jauh lebih murah dan banyak gratis ongkirnya mas. jadi mungkin aja karna itu" jawabku membawakan teh hangat dan menaruhnya dimeja dihadapan mas Rendi.
"makasih dek,,,," katanya membuatku tersenyum.
"heran mas, pada seneng banget belanja online. kadang ya dek, satu rumah itu ada yang sampai tiga atau empat paket dengan harga yang ga sedikit loh dek" kata mas Rendi setelah menyeruput sedikit teh didalam cangkir.
"Alhamdulillah mungkin itu rejeki kurir seperti kamu ini mas, syukuri saja dan ambil hikmahnya" jawabku dengan senyum lembut.
"iyaa kamu benar dek, tapi maaf ya dek mas belum dapat kerjaan tetap padahal udah tiga hari mas cari kerjaan lagi sambil kirim paket ternyata masih belum ada yang terpanggil" katanya dengan lesu.
"tak apa mas, sedikit asal cukup aku sudah bersyukur" jawabku menenangkan mas Rendi yang tampak sangat merasa bersalah.
"makasih ya dek kamu selalu mengerti keadaanku,,,," katanya menggenggam kedua tanganku.
"iyaa sama-sama mas, mas bersih-bersih gih terus sholat isya baru makan malam. biar aku hangatkan makanan nya" kataku yang langsung diangguki oleh mas Rendi.
mas Rendi pun mengikuti ucapanku, ia berjalan kearah kamar mandi yang berada dipojok bagian dapur. aku pun menghangatkan makanan yang aku masak setelah aku makan malam tadi, terdengar lucu kan memasak setelah makan malam. itu sengaja aku lakukan untuk mengelabuhi ibu mertua dan juga adik iparku, beberapa hari ini aku selalu memasak sedikit saat siang lalu menyimpannya dilemari penyimpanan dan menguncinya sementara untuk makan malam mas Rendi aku selalu memasaknya setelah Nauval tertidur karna beberapa hari ini mas Rendi selalu pulang larut.
"sudah siap dek? mas sudah sangat lapar" katanya membuatku tersenyum kecil.
"sudah mas, makanlah" jawabku yang memang sudah selesai menghangatkan lauk untuk mas Rendi.
"waaaahhh ada jengkol balado, kamu tau aja mas udah lama ngga makan jengkol" katanya dengan mata berbinar melihat salah satu menu favoritnya.
"iyaa mas, sengaja tadi aku belikan karna lagi lumayan murah harga jengkol. tau sendiri biasanya harganya mahal hampir sama kaya harga cabe" jawabku dengan pelan.
mas Rendi pun memakan dengan lahap lauk yang ada didepannya, jengkol balado dengan telur dadar dan juga tumis buncis menjadi menu mas Rendi malam ini.
"Alhamdulillah kenyang mas dek, manteepp bangeeettt" katanya memberikan jempol atas rasa masakanku kali ini.
"minum dulu mas" kataku menyerahkan segelas air putih pada mas Rendi, lalu mas Rendi pun meneguk air tersebut hingga tandas.
"jangan langsung tidur ya mas, ga baik abis makan langsung tidur" kataku kembali menyimpan lauk yang masih tersisa kedalam kulkas agar bisa aku hangatkan untuk sarapan besok pagi.
"iyaaa dek, mas juga mau kerumah ibu sebentar" jawabnya membuatku menyeritkan kening.
"mau ngapain mas? ini udah malam loh mas, hampir jam sepuluh" jawabku.
"mau kasih uang makan buat ibu aja kok dek, sebentar mas ambil dulu uangnya sekalian juga buat kamu besok" kata mas Rendi yang masuk kembali kedalam kamar mandi.
"ini, tadi mas dapat tiga ratus lima puluh ribu Alhamdulillah. dua ratus ribu nya kamu pegang ya dek, tolong ditabung dan dipakai secukupnya ya dek. nanti yang lima pulu ribu untuk jaga-jaga bensin mas, nah yang seratus untuk masal ibu" kata mas Rendi.
"loh terus untuk Ririn mana mas?" tanyaku heran.
"Ririn kan kemarin sudah mas kasih lebih dek, mas bilang harus cukup untuk satu Minggu karna mulai sekarang mas akan berikan dia satu Minggu sekali." jawab mas Rendi membatku membelalakan mata.
"kamu serius mas?" tanyaku yang merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mas Rendi.
"iyaa dek mas serius. mas rasa memang Ririn harus mas batasi uang jajannya karna kalau tidak dia akan semakin semena-mena meminta sama mas" jawabnya membuatku tersenyum dan menghela nafas lega.
"Alhamdulillah, maaf ya mas kalo mas harus melakukan ini pada ibu dan juga Ririn" kataku dengan wajah menunduk.
"gapapa kok dek, yaudah mas kerumah ibu dulu ya sebentar. kunci aja pintunya, nanti kalo mas pulang mas akan ketuk pintu" kata mas Rendi yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.
setelah kepergian mas Rendi, aku pun masuk kedalam kamar dan mengerjakan pekerjaan yang selama ini tak pernah diketahui oleh mas Rendi. aku membuka ponsel ku dan menulis cerita hingga tepat pukul sebalas malam aku berhasil menyelesaikan satu bab baru ku, aku pun langsung memposting di sosial media. setelah selesai aku pun memejam kan mata, tapi tak lama terdengar suara gedoran pintu didepan rumah.
"assalamualaikum dek, mas pulang" mas Rendi yang berada didepan pintu rumah, aku pun beranjak dari kasur untuk membukan pintu mas Rendi.
"kok sampai jam segini sih mas, katanya cuma sebentar" kataku pada mas Rendi
"kenapa, kamu kangen yaa??" mas Rendi meledekku yang langsung tersipu.
"apaan si mas, aku tuh cuma khawatir tau mas" jawabku lalu mendahului mas Rendi memasuki kamar, lalu berbaring dikasur.
"dek, masalah Ririn minta motor itu,,,," kata mas Rendi terhenti seketika melihat tatapan mataku.
"kenapa mas?" tanyaku.
"eemm begini dek, apa kamu benar-benar ngga bisa memberikan mas pinjaman uang untuk membelikan Ririn motor. eemm untuk beli yang second aja juga gapapa dek" tanyanya, aku pun kembali menegakkan badan dengan duduk dan menatap mas Rendi.
"jadi kami kerumah ibu lama karna masih membahas soal ini?" tanyaku dengan menahan geram, mas Rendi pun menganggukan kepala membenarkan.
aku pun menghela nafas, tak sampai dengan jalan fikiran mas Rendi.
"mas, sepertinya aku salah mempercayai kami beberapa hari ini?!" kataku membuat mas Rendi mengerutkan kening.
"maksud kamu apa dek?" tanyanya dengan heran.
"baru aja kamu bilang jika kamu hanya akan memberikan Ririn uang jajan seminggu sekali, tapi kamu sekarang membahas motor untuk Ririn. apa itu ngga sama aja mas? kamu masih belum bisa bersikap tegas pada adik mu. dengan kamu membelikan Ririn motor tapi kamu memberikannya uang jajan mingguan sama aja mas, toh Ririn bisa minta pada ibu. iyakan? sudahlah mas jangan terlalu dimanjakan, biarkan dia mendapatkan apa yang dia mau saat dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri" jawabku yang sudah malas berdebat dengan mas Rendi ditengah malam seperti ini.
"tapi dek,,,,,"
"sudah ya mas, ini sudah sangat larut malam. kalo memang kamu mau membelikan Ririn motor, silahkan! uji sendiri kemampuan kamu untuk memberikan apa yang diinginkan ibu dan juga adikmu itu, tak perlu memikirkan aku dan juga Nauval. tapi ingat satu hal, jangan sangkut pautkan aku dalam hal apapun. dan ini, peganglah sendiri. mulai besok aku tidak akan memasak untukmu, silahkan urus keperluanku sendiri dan jangan hiraukan kami" kataku mengambalikan uang yang tadi diberikan mas Rendi, mas Rendi pun membulatkan mata melihat respon yang aku berikan.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments