Ternyata Suamiku Gundik Majikannya

Ternyata Suamiku Gundik Majikannya

Seakan Jadi Wanita Paling Beruntung

"Semoga saja mas Arya akan tergoda dengan penampilanku malam ini."

Aku mematut diriku didepan cermin, sesekali memutar tubuhku untuk memastikan penampilanku. Sebuah lingerie berwarna merah transparan terlihat kontras dengan kulitku yang putih bersih.

Aku rasa diriku tidak terlalu jelek dan bentuk tubuhku bisa dibilang ideal di kalangan perempuan. Aku selalu berharap suamiku akan tergoda dan mau menjamah diriku malam ini. Mungkin terdengar murahan, bagiku tak mengapa asal bersama suamiku sendiri. Aku wanita bersuami, normal saja jika aku juga menginginkan nafkah batin yang sudah cukup lama tidak diberikan oleh suamiku.

Aku Aira Khoirunnisa, seorang wanita yang baru setahun ini menyandang status sebagai istri dari Arya Kurniawan. Usia perkawinan kami memang baru seumur jagung, tetapi cinta kami telah bersemi lebih dari tujuh tahun. Tepatnya semenjak duduk dibangku kelas dua SMA dan suamiku merupakan kakak kelasku waktu itu.

Mas Arya pria yang sangat setia, penyayang dan selalu memanjakanku dengan caranya tersendiri. Acap kali ia membelikanku hadiah semenjak pacaran. Coklat, bunga, perhiasan bahkan hingga saat ini ia sering sekali memberiku hadiah-hadiah tak terduga. Suamikupun begitu perhatian terhadap keluargaku.

Selama kami menikah ialah yang membiayai pengobatan Bapak yang terkena jantung serta membiayai kuliah adikku yang sekarang menginjak semester empat. Bisa dibilang dialah tulang punggung keluarga kami. Ahh,, Aku merasa bahwa diriku ini adalah wanita paling beruntung didunia ini.

Ting..Tong..

Terdengar bel rumahku berbunyi. Senyumku merekah sempurna, aku yakin suamiku yang berada di luar sana. Tepat jam delapan malam ia baru pulang dari tempat kerjanya.

Sebenarnya aku heran sebab jam kantor biasanya hanya sampai sekitar pukul empat sore, tetapi suamiku selalu pulang diatas jam 7malam. Akan tetapi, aku percaya dengan alasannya. Karena dia seorang asisten direktur, ia dituntut untuk memiliki loyalitas yang tinggi di perusahaan karena tanggung jawabnyapun sangat besar. Sebanding dengan gaji yang ia terima selama ini.

Aku segera berlari keluar untuk menyambut suamiku. Benar saja, saat pulang kerumah ia tampak begitu kelelahan. Aku segera mencium tangan serta meraih tas kerjanya.

"Capek ya mas?"

Lelaki itu tersenyum, lalu menjatuhkan sebuah kecupan dikening serta bibirku. Tangannyapun langsung menyambar salah satu aset didadaku yang terlihat menantang.

"Aku sangat lelah sayang. Tapi rasa lelahku langsung hilang melihat wajah cantik istriku ini."

"Gombal."

Ah, tentu saja pipiku langsung merona mendengar ucapannya. Kamipun berjalan masuk ke kamar agar ia bisa cepat membersihkan diri.

Mas Arya segera mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan. Lelaki itu memanggil dan memintaku untuk duduk diatas pangkuannya.

"Kamu cantik sekali malam ini."

Kembali kedua bibir kami bertemu dalam pagutan yang semakin dalam dan menuntut. Aku rasa usahaku malam ini tidaklah akan sia-sia. Semoga saja aku mendapat nafkah batinku malam ini.

Akan tetapi, lagi-lagi diriku kembali kecewa saat tiba-tiba mas Arya melepaskan pagutan kami.

"Pejamkan matamu."pintanya padaku.

Aku mengulum senyum, entah kenapa aku merasa yakin jika malam ini dirinya akan memberiku sesuatu. Akupun menuruti permintaannya.

Benar saja, saat kupejamkan mata, aku merasa ia memasang sesuatu dileher dan tanganku. Saat ia menyuruhku membuka mata, sebuah kalung dan gelang emas nan cantik telah bertengger di sana.

"Makasih mas, makin cinta."

Aku memberi lambang cinta dengan jariku, lalu kukulum kembali bibir suamiku. Hari ini aku akan lebih agresif supaya suamiku lebih tertantang. Tanganku mulai bergerilya meraba dadanya yang sispack kemudian turun menyusup ke balik celananya tanpa melepaskan pagutan kami.

Namun, mas Arya tiba-tiba menarik tanganku dari dalam sana. Aku kembali menelan kekecewaan, susah payah aku menahan netraku yang mulai berair agar aku tidak terkesan kurang belaian.

" Maaf Dek. Mas lelah sekali malam ini. Kamu tahu kan? Pekerjaanku memang sangat padat sekarang. Kamu yang sabar ya. Aku harap dua tiga tahun ke depan kita sudah memiliki tabungan lebih untuk membangun usaha sendiri. Akupun sangat ingin lebih banyak menghabiskan waktuku denganmu." ia beralasan sembari mengecup lembut jemari tanganku.

Aku berusaha menahan kembali sesak di dada dan memupuk kesabaranku, selalu kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

"Iya mas. Aku ngerti kok. Aku hanya bosan sendirian dirumah dan tidak banyak kegiatan yang berarti. Mbok Jum juga disini cuma setengah hari. Kita sudah menikah setahun lo mas. Apa mas Arya belom pengen punya momongan? Biar rumah ini lebih hidup, nggak sepi." rajukku manja.

"Ya pengen lah Dek. Tapi mas minta waktu satu tahun lagi biar Mas punya tabungan yang cukup. Sudah, sudah. Tidak perlu dipermasahkan lagi. Sini, sini. Mas pengen ngelonin guling hidup."

Aku hanya bisa mendesah pasrah mendengar alibinya. Bahasa suamiku memang lembut, tapi pendiriannya tetap kaku.

Akupun memilih masuk dalam dekapan hangatnya, membiarkan mas Arya menenggelamkan kepalanya diceruk leherku dan memeluk tubuhku bak guling hidup.

"Dek, bukannya besok kamu ada arisan?" tanyanya membuka percakapan sebelum tidur.

"Iya mas. Besok giliran arisan dirumah Bu Seno, yang suaminya tentara itu. Memangnya kenapa?"

Sebenarnya aku mulai hafal dengan apa yang akan dikatakannya.

"Jangan lupa perhiasan ini dipakai ya. Biar nggak itu-itu terus yang kelihatan."

"Tapi mas? Aku takut nanti malah dikatai suka pamer lah sombong lah. Mas tiap minggu membelikanku perhiasan lo. Ibu-ibu julidpun sampai hafal kalau perhiasanku selalu ganti tiap minggu. Aku kurang nyaman mas." protesku yang memang mengatakan apa yang sebenarnya kurasakan.

"Nggak pa pa Dek. Biasanya arisan ibu-ibu kan memang identik dengan ajang pamer. Itu sudah realistis. Mas bukannya minta kamu buat pamer, tetapi kadang orang hanya akan memandang kita dari apa yang kita miliki. Dipakai ya?"

Lagi-lagi aku mengangguk pasrah, lebih baik menuruti perintahnya daripada memperpanjang perdebatan. Lagi pula yang dimintanya bukanlah sesuatu yang merugikanku juga.

Mas Arya sepertinya sudah puas dengan jawabanku. Pria itupun semakin mengeratkan pelukannya dan mencari posisi ternyaman untuk tidur.

Benar saja, tak sampai sepuluh menit terdengar dengkuran halus darinya, menandakan suamiku telah masuk ke alam mimpi. Kasihan juga, sepertinya mas Arya benar-benar lelah.

Singkat cerita, beginilah kehidupan rumah tangga yang aku alami selama setahun ini. Aku seorang istri yang selalu dilimpahi materi, tetapi minim nafkah batin. Akan tetapi, aku bersyukur mas Arya membawa perubahan besar di keluargaku dengan meningkatkan taraf hidup kami.

Akupun ingin bergabung masuk ke alam mimpi, tetapi netra ini masih sulit untuk terpejam. Mungkin lantaran aku tak terlalu banyak aktifitas hari ini.

Tanpa sengaja ku dengar nada pesan dari gawai suamiku berbunyi. Ada rasa tergelitik untuk membuka pesan tersebut, padahal biasanya aku selalu menjaga privasinya.

Aku membuka tombol kunci layar ponsel, meski tidak memberi tahu diam-diam aku mengamati saat dirinya membuka layar ponselnya.

Aku melihat beberapa pesan yang masuk dari kontak bernama A dengan foto profil lelaki tampan berkelas. Mungkinkah itu bosnya?

Tanpa berani membuka, aku melihat pesan terakhir yang dikirimnya. Seketika degub jantungku langsung berpacu kala kulihat disana tertulis "Minggu ini kita ke puncak, hawa dingin sangat cocok untuk saling menghangatkan".

Bersambung..

Terpopuler

Comments

TK

TK

hai Thor 🖐️

2023-06-08

1

Om Rudi

Om Rudi

Om Rudi hadir

2023-06-08

1

Om Rudi

Om Rudi

kekecewaan jgn suka ditelan, nanti keselek

2023-06-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!