"Mas- Arya?"
Aku terperangah melihat suamiku keluar dari lorong hotel bersama dengan seorang wanita. Keduanya nampak begitu dekat bahkan tangan wanita itupun bergelayut manja di lengan suamiku.
Hatiku seakan diremas-remas melihat keduanya saling melempar senyum mesra, senyum yang biasa mas Arya tunjukkan padaku.
Aku segera berbalik sembari menarik tubuh Lani saat keduanya berjalan mendekat ke arah kami. Aneh, padahal aku seharusnya yang melabrak mereka. Namun, justru sebaliknya aku seperti maling yang takut ketahuan.
"Ra. Apa-apaan sih? Kenapa malah sembunyi? Bukannya dilabrak aja!" sahabatku itu justru yang protes terhadap sikapku barusan.
"Kita ikuti mereka dulu, Lan. Setidaknya aku harus lebih memastikan apa mereka cuma dekat atau lebih dari itu." dalihku beralasan.
Lani nampak bersungut kesal, tetapi ia tetap menuruti keinginanku untuk membuntuti keduanya.
Mereka masuk ke sebuah Cafe dan duduk di sudut ruangan. Aku dan Lani duduk dibangku yang berjarak 4 meja dari mereka. Untung suasana cafe cukup rame, jadi mereka sepertinya tidak sadar jika sedang diikuti.
Aku meminta Lani menunggu sambil memesan minuman. Sedangkan aku sendiri keluar dari Cafe untuk bisa menatap Mas Arya dengan leluasa tanpa diketahui olehnya. Aku putuskan berdiri di sudut balkon yang berlawanan dengannya.
Kucoba untuk menghubungi suamiku. Saat mengetahui aku yang menelpon, sepertinya ia mengkode wanita itu untuk diam sejenak. Menyebalkan sekali..
"Ya Dek, kangen ya?"
Godanya saat mengangkat panggilanku. Cih..jika seperti ini aku ingin mual saja rasanya. Apa biasanyapun begini?
"Mas lagi apa sekarang? Tadi sampai jam berapa? Kok nggak ngabarin sih." rengekku manja.
"Maaf sayang. Mas tadi begitu sampai langsung diminta Bos untuk menemui beberapa klien penting. Jadi belum sempet ngabarin. Ini juga lagi nyiapin sebentar lagi peresmian cabang baru akan dimulai." dalihnya berbohong padahal aku tahu sekali apa yang sedang dilakukannya sekarang.
Aku kesal sekali melihat wanita yang bersama Mas Arya itu tengah menahan tawa, mungkin dia sedang mengejek betapa bodohnya diriku. Dalam hati terus bertanya, siapa sebenarnya wanita itu? Apa dia teman sekantor suamiku?
"Ya udah nggak pa-pa Mas. Yang penting mas sudah sampai tujuan. Selamat beraktivitas, Mas. Assalamu'alaikum. "
Buru-buru aku mengakhiri panggilan itu, hatiku semakin geram melihat keduanya saling tertawa setelahnya. Mungkin mereka bangga karena berhasil membodohiku.
Aku memutuskan kembali ke tempat dudukku dan menenggak seluruh minuman dalam gelasku hingga tandas.
"Haus,Ra?"
"Panas, Lan!" jawabku sengit hingga membuat Lani terkekeh dibuatnya.
Aku putuskan mengikuti Mas Arya sampai aku menemukan saat yang tepat untuk menangkap basah keduanya.
Sungguh menyebalkan, mereka kesini ternyata hanya untuk jalan-jalan, belanja dan berkencan. Hingga malam, akhirnya mereka pulang kembali ke hotel.
Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk membuntuti mereka hingga aku tahu dikamar mana keduanya menginap. Satu lagi kenyataan yang membuat hati ini seakan disayat sembilu, keduanya benar-benar berada dalam satu kamar.
Airmataku tak mampu terbendung lagi. Ya Rabb, sesakit ini ternyata dikhianati. Seonggok daging yang bernama hati ini terasa begitu menyesakkan.
Aku meninggalkan tempat itu sementara dan menuju ke toilet. Kutumpahkan segala rasa sakit dan kecewa ini didalam sana. Aku tak mungkin menemui mereka dalam keadaan lemah seperti ini.
Berusaha menetralkan degub jantungku dan membersihkan sisa airmata yang rasanya terlalu berharga untuk membayar pengkhianatan suamiku. Aku berusaha untuk tegar. Aku harus menangkap basah suamiku sekarang. Jika benar firasatku, hampir satu jam aku didalam sini pasti keduanya telah melewati pergulatan panasnya.
Disinilah aku sekarang, didepan kamar bertuliskan 302 dimana suamiku tengah bersama dengan wanita yang aku sendiri tidak tahu siapa. Kuhela nafas panjang untuk mengumpulkan keberanianku.
Tok..Tok..Tok
"Permisi?"
Aku mengetuk pintu kamar itu, tetapi sama sekali tidak ada sahutan dari dalam sana.
Aku sama sekali tak menyerah. Hingga ketukan ke lima, aku mendengar seseorang tengah membuka pintu kamar dari dalam.
"Kami tidak memesan layanan kamar!" sarkas seseorang yang membuat aku sendiri cukup kaget dengan hardikannya.
Aku semakin terkejut saat mendapati wanita yang tadi siang bersama suamiku kini berdiri tepat dihadapanku dengan rambut yang cukup berantakan dan pakaian tidur minim yang digunakan sekenanya.
"Siapa kamu?" Bentaknya kembali karena mungkin merasa terganggu dengan kehadiranku.
Aku menatap tajam bercampur geram pada wanita itu. Tanpa ba bi bu, aku langsung mendorong tubuh wanita itu hingga ia hampir saja terjungkal karenanya.
"Hei! Berani sekali kamu!"
Aku sama sekali tak mempedulikan teriakannya, aku semakin masuk kedalam untuk menemukan Mas Arya.
Netraku terkesiap saat melihat suamiku tengah bertelanjang dan hendak memakai pakaian dalamnya.
"A-ira?"
Dia sangat kaget dengan kedatanganku. Buru-buru ia memakai dalaman dan boxer yang tengah teronggok dilantai. Sakit, sakit sekali hati ini menyaksikan kelakuan bejat suamiku.
"Begini ternyata kelakuan kamu ya Mas?!"
Luruh sudah benteng pertahanan yang aku buat sedari tadi. Aku kembali menangis lantaran tak sanggup menahan sesak dihati akibat pengkhianatan mas Arya.
Mas Arya mendekatiku, diapun terlihat takut sekaligus gelisah.
"Dek tunggu. Aku bisa jelasin semuanya." ia mencoba meraih lenganku, tetapi buru-buru kuhempaskan.
"Penjelasan apalagi mas? Semua sudah jelas sekarang. Tega sekali kamu mengkhianatiku padahal aku selalu berusaha untuk jadi istri yang baik buat kamu. Jahat kamu, Mas!"
"Ra? Mas mohon mas minta maaf. Mas khilaf Ra!" ia kembali mencoba membujukku. Khilaf katanya? Jika setiap pengkhianatan suami bisa ditebus dengan kata maaf dan khilaf, mungkin banyak lelaki yang akan menjajal yang namanya selingkuh.
Ia berusaha membujuk, tapi aku menolak. Hingga wanita yang menjadi ja*angnya itu mendekati kami dengan gaya acuh tak acuh tanpa penyesalan sama sekali.
"Siapa sih dia? Ngganggu aja!" gerutu wanita itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Sama sekali tak merasa berdosa.
"Dia.."
Suamiku terlihat ragu untuk mengatakan bahwa aku ini adalah istrinya. Sebegitu tidak pantaskah diriku untuk diakui sebagai istri. Aku semakin geram saja melihatnya dan..
PLAKKK...
Sebuah tamparan berhasil aku layangkan dipipi wanita itu. Ia terlihat sangat marah dan menatap sengit ke arahku. Mas Arya sendiri sangat kaget dengan apa yang baru saja aku lakukan.
" Itu hukuman untuk wanita yang dengan beraninya menggoda suami orang!" rahangku gemerutuk menahan amarah.
"Oh jadi kamu istrinya Arya? Berani sekali kamu menemparku! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku ini atasan suamimu!"
Aku tersentak kaget, ini sungguh sulit untuk ku percaya. Jadi selama ini ternyata suamiku merupakan gundik atasannya?
Bersambung..
Makasih buat teman-teman yang berkenan mampir di karya terbaru author ini. Jangan lupa tinggalkan jejak like koment rate n vote seikhlasnya buat karya terbaruku ya. Makasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Aerik_chan
Divideoin aja biar viral
2023-05-30
0
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut 👍
2023-05-28
1
Ni Nyoman Rinti
minta cerai aira, buat apa punya suami model kyk tukang selingkuh..
2023-05-28
1