Kehidupan Manusia Bagian 2

Arzen menoleh saat telinganya menangkap suara gumam seseorang. Perempuan berambut panjang terurai itu menatap tak suka pada Lucy. Ia mengernyit, mempertanyakan apa yang sedang gadis itu lakukan.

Karen Heldiva, salah satu karyawati bagian marketing. Ia melenggang sembari mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. Terlihat  kilau anting-anting dan kalung yang ia kenakan.

"Apakah Anda sekalian sedang membahas rapat klien? Boleh saya melihat point yang Lucy buat?" tanyanya begitu ia menimbrung.

"Silakan," ujar Lucy. Ia  menyerahkan laptop itu pada Karen. Perempuan itu nampak tidak senang, ia menutupinya dengan raut wajah.

"Apa Anda yakin ini sudah lengkap? Jangan sampai klien tidak puas dengan penawaran yang kita berikan." Ia berkacak pinggang.

Dua orang yang tadi berdiskusi dengan Lucy saling tatap. "Tentu saja sudah lengkap. Kami sudah memeriksanya. Sekretaris CEO dapat diandalkan," ujar salah satu dari mereka.

Karen gigit jari mendengarnya. "Be–begitu, ya? Yah, saya pikir Anda terlalu sering mengendalkan sekretaris CEO saat rapat. Saya hanya memeriksanya ulang," ujarnya.

"Apa tidak masalah terlalu sering mengandalkan sekretaris pribadi CEO untuk setiap rapat?"

Dua orang itu kembali bertatap. "Benar juga... kita terlalu sering mengandalkannya," ujar seorang.

Seorang lagi menyahut, "Tetapi, buatannya selalu dapat persetujuan dari CEO langsung, bukan? Itu tandanya punya Lucy memang bagus," katanya.

Mendengar hal itu Karen kembali gigit jari. Ia tak terima dan dendam dalam hati. Apalagi saat Lucy mengatakan bahwa ia tak keberatan selama ia mampu mengerjakannya.

"Dasar penjilat," gumamnya.

"Apa Anda mengatakan sesuatu, Karen? Kalau tidak ada, kita lanjut bekerja," ujar seorang lelaki berkemeja biru muda.

Karen reflek menggeleng, "Tidak ada... maksudku, mungkin lain kali Anda bisa meringankan beban Lucy dan mengandalkan yang lain," ujarnya.

"Yah, saya tidak keberatan jika Anda membutuhkan bantuan kalian," imbuhnya dengan nada bangga.

"Benar juga, baiklah, lain kali kami akan meminta bantuanmu juga, Karen. Ayo kita kembali bekerja."

Karen tersenyum sampai dua orang tadi pergi. Ia menatap tajam Lucy setelah tidak ada orang lain di sana. Ia berdecak kesal mencibir Lucy sebelum akhirnya pergi dari sana.

Arzen yang sedari tadi menonton merasa geram. Ia segera kembali ke ruangan mengetahui Lucy akan menuju ke sana. Kebetulan Loofyn sudah menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidur nyenyaknya.

Cklak!

"Ah, Loofyn sudah bangun?" tanya Lucy ketika baru saja masuk.

Arzen tak menyahuti, ia sibuk mengeluarkan Loofyn dari kotak sihir. Kemudian menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Loofyn terbangun tanpa menangis seperti saat di rumah.

"Hah, kupikir dia akan tantrum. Aku sudah siap mengusirmu kalau itu terjadi," canda Lucy.

Arzen menghela napas, "Kau sendiri bagaimana?"

"Eh?" Lucy tidak mengerti.

"Apa kau tidak ingin menangis seperti Loofyn?" tanya Arzen.

Dahi perempuan itu mengernyit. Alisnya hampir bertaut, "Apa maksudmu?" Ia bingung.

"Aku melihatmu dengan orang yang membencimu tadi," katanya.

"Kau tidak marah saat dia menatapmu sengit tadi?" tanya Arzen.

Lucy menghela napas. "Memangnya kenapa? Itu sudah biasa di sini," balasnya.

"Apa kau tak ingin melawannya? Apa kau tak ingin melakukan sesuatu dengan sihirku?" Arzen mengeluarkan sihir petir dari tangannya.

Lucy mengangkat tangannya untuk menghentikan Arzen. "Berhenti, kau gila? Sudah kubilang tidak perlu menggunakan sihir," ujarnya.

"Lagipula, keuntungan apa yang aku dapat dari membenci orang lain?"

Arzen tak mengerti ucapan Lucy barusan. Ia hanya menurunkan tangannya dan sihir petir itu tidak jadi ia gunakan. Lucy mengalihkan pandangannya setelah berucap demikian.

"Hah, aku hanya tidak ingin mencari masalah. Daripada menghabiskan waktuku untuk membenci orang lain, lebih baik aku bekerja sampai aku punya banyak uang dan membahagiakan diriku sendiri," ujarnya.

Lucy kembali duduk di meja kerjanya. Ia mempersiapkan kebutuhan rapat klien nanti siang. Ia membiarkan seorang pria menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Arzen kemudian menenangkan Loofyn yang mulai merengek. Ia memasukkannya kembali ke dalam kotak sihir. Membuatnya tertidur setelah kenyang satu botol susu.

"Kalian para manusia suka hal yang rumit," celetuknya.

Lucy tersenyum singkat mendengar hal itu. Padahal ia juga berpikir dunia magis dan penghuninya begitu rumit. Ia tak pernah melihat sihir dan itu membuatnya berpikir rumit.

"Kau sendiri bagaimana? Bukankah duniamu sedang terjadi masalah rumit?" tanya gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.

Arzen menghembuskan napasnya kasar, "Tidak serumit yang kau bayangkan. Aku ini orang nomor satu di kekaisaran, jadi itu bukan hal yang rumit," kelakarnya.

Lucy terkikik, "Lihat, kau sama menyebalkannya dengan gadis tadi. Kau mengkritik orang tetapi sendirinya juga begitu," katanya.

"Hei, lagi-lagi kau menyamakan diriku dengan manusia! Tidak sopan!" sergah Arzen.

"Terserah kau saja. Ah, apa kau mau minum?" Lucy beranjak dari kursi menuju pantry kecilnya.

Di sana ia meracik kopi pada mesin penggiling. "Ah, apa serigala bisa minum kopi?" tanya Lucy memastikan Arzen tidak ada semacam alergi terhadap minuman selain air, teh, dan susu.

"Hm? Memangnya itu apa? Aku belum pernah mencobanya mana aku tahu," sahut Arzen dengan malas.

"Benar, juga. Aku pikir kopi tidak bagus untuk kucing dan anjing—"

"Manusia! Kau menyamakanku dengan mereka?!" omel Arzen tidak terima. Ia mengepalkan tangannya kesal.

Lucy hanya tertawa sembari menyeduh kopi hitam. Ia memberinya susu dan jadilah caffe latte seadanya. Arzen sudah merasakan hidungnya mulai sensitif bau kopi.

"Kau mau meracuniku?!" tuduhnya begitu kopi sampai di meja.

"Sudah kuduga, kau sensitif dengan bau mungkin kopi berbahaya untuk anjing—"

Arzen menggeram sampai telinga dan ekornya muncul. "Berani sekali kau manusia!" Sedangkan yang dimarahi hanya diam saja menikmati caffe latte-nya.

Arzen sebenarnya ragu setelah mencium bau kopi. Harum tetapi juga sepat pahit. Ia melihat bagaimana Lucy meminum kopi tanpa beban indra penciuman.

"Sial!" Ia mengambil gelas itu lalu meminumnya sedikit.

"Hm? Rasanya manis dan pahit secara bersamaan," katanya.

Lucy mendapati tingkah lucu Arzen. Pria serigala itu entah mengapa menggemaskan ketika sedang penasaran tentang hal baru. Ia sangat berbeda dengan Arzen yang angkuh seperti biasanya.

Lucy terkikik pelan sebelum menyesap kopinya lagi. Diam-diam ia mengamati bagaiman pria di depannya ini mengendus dan merenungkan bau kopi. Meminumnya sedikit demi sedikit kemudian mengenali rasa kopi yang manis dan pahit.

"Kenapa ada susunya? Apa tidak apa mencampur dua bahan berbeda untuk diminum seperti ini?" tanya Arzen.

"Ini namanya kopi susu." Ia tak menyebutnya caffe latte karena tentu saja pria itu akan bingung.

"Aku menggiling biji kopi, menyeduhnya, lalu menyaring airnya saja. Aku tak suka kalau ada banyak ampas kopinya," ucap Lucy.

"Setelah itu, aku memberinya gula agar tidak terlalu pahit. Aku sendiri tidak suka kalau terlalu pahit dan sepat."

"Baru setelah itu, aku tambahkan susu. Ini minuman kesukaanku," pungkasnya.

Arzen sedari tadi terus memperhatikannya. Ia suka bagaimana Lucy menjelaskannya perlahan. Gadis itu berhati-hati dan telaten agar apa yang ia bicarakan sampai pada orang yang mendengarkan.

"Baiklah, aku sudah paham."

"Apa di sana tidak ada tanaman kopi?" tanya Lucy.

Arzen menggedikkan bahunya, "Aku bukan petani yang setiap hari menghadapi tanaman. Jadi, aku tidak tahu ada atau tidaknya," katanya.

"Apa kau berniat menjadi juru masak di istanaku?"

Episodes
1 Tamu Kecil
2 Hari Pertama Bersama Bayi Misterius
3 Serigala Berbulu Perak
4 Pewaris Tahta Kekaisaran
5 Serigala Menjadi Tamu
6 Daging Burung Jenjang
7 Menu Makan Malam
8 Tidur Satu Kamar, Serigala yang Angkuh
9 Kontrak Batin Makhluk Magis
10 Cerita di Atas Bukit Kota Luxeas
11 Menumpang
12 Pangeran Berjubah Putih
13 Firasat Tengah Malam
14 Gejolak Aneh
15 Kembali ke Dunia Magis
16 Kekacauan di Istana
17 Semalam Menjadi 3 Hari
18 Rencana Selanjutnya
19 Kehidupan Manusia
20 Kehidupan Manusia Bagian 2
21 CEO dan Nona Lucy
22 Sepulang Bekerja, Arzen dan Lucy
23 Lucy Arzen, Venus Micellia
24 Venus Micellia
25 Venus Micellia: Awal Mula Kisah Pilar Ksatria
26 Venus Micellia: Berharga
27 Harap Hujan Menghapus Jejakmu
28 Lost In Your Shoulders
29 Amarah Raja Hwooxeas
30 Arzen vs Loofyn: Sehari Bersama di Dunia Manusia
31 Lucy vs Arzen Loofyn: Rumah dan Dua Serigala
32 Ulang Tahun Loofyn de Woove
33 Dua Orang yang Menatap Lucy
34 Rekan Kerja Sejak SMA Lucy
35 Lembur Berujung Cembukur
36 Jalan Pulang Lebih Sejuk Bersamamu
37 Lucy Arzen: Es Krim dan Jalan Pulang
38 Percakapan Saat Sarapan
39 Supermarket vs Benteng Musuh
40 Salju Pertama Arzen Bersama Lucy
41 Salju Hari Pertama Venus Micellia
42 Berteman Dengan Manusia
43 Malam Pergantian Tahun Bersama Dua Serigala
44 Tragedi Awal Tahun
45 Rasa Khawatir dan Pelukan di Malam Hari
46 Kunjungan Serena dan Pesan dari Kerajaan Eleuxeas
47 Shinre Jade Lucy dan Dua Tuan Putri di Istana
48 Putri Lin dan Putri Xua
49 Tindakan Karen
50 Ingin Menggantikan Lucy
51 Menyelematkan Lucy
52 Kembali Bekerja Dengan Tatapan dan Cibiran
53 "Ada Apa Denganku?" -Lucy
54 Rumor di Kantor
55 Rumor Mereda dan Sikap Asing Lucy
56 Satu Mendekat, Satu Menjauh
57 Sudah Berdamai dengan Rumor
58 Pernyataan Cinta
59 Pertengkaran di Taman, Peter dan Lucy
60 Don't Touch Her, Lucy is Mine - Aura Alpha Arzen
61 Banyak 'Pertama Kali' Bersamamu
62 Partner Lucy
63 Pasangan Suami Istri (Partner)
64 Menggoda Orang yang Salah
65 Sebelum Pergi dan Hal yang Disembunyikan Sean
66 Senang-Senang di Hari Libur
67 Kue Kering Untuk Venus
68 Kembali Ke Dunia Magis, Taman Permaisuri
69 Pasukan Misterius dan Sihir Portal
70 Menyeberang ke Dunia Magis
71 Hari Pertama Lucy di Dunia Magis
72 Sambutan Hangat Untuk Lucy
73 Remaja yang Jatuh Cinta
74 Lucy dan Serena di Istana Tengah Middleof
75 Between Lucy and Serena
76 Dangerous Arzen
77 About Kindness and Heartwarming Scene
78 Seperti Kisah Negeri Dongeng
79 Werewolf and His Human Girl
80 Before Calamity
81 Kekacauan di Kekaisaran
82 Bertemu Raja Hwooxeas
83 Kunci Kendali Pasukan Undead
84 Heartwarming Room
85 Kebenaran yang Terungkap
86 Keheningan di Tengah Huru-Hara
87 Keadaan Perang Semakin Runyam
88 Zamrud Hitam Mata Iblis
89 Legenda Manusia Suci
90 Perjalanan Membangkitkan Kekuatan
91 Bertemu Pohon Kehidupan, Aden
92 Come Into The Calamity
93 Hell Calamity Blaze
94 End The Doom
95 Final Act: The Light
96 Back To You
97 Starry Night
98 Resign
99 Cahaya Baru Kekaisaran Wolfeuxeas
100 Last but Forever
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Tamu Kecil
2
Hari Pertama Bersama Bayi Misterius
3
Serigala Berbulu Perak
4
Pewaris Tahta Kekaisaran
5
Serigala Menjadi Tamu
6
Daging Burung Jenjang
7
Menu Makan Malam
8
Tidur Satu Kamar, Serigala yang Angkuh
9
Kontrak Batin Makhluk Magis
10
Cerita di Atas Bukit Kota Luxeas
11
Menumpang
12
Pangeran Berjubah Putih
13
Firasat Tengah Malam
14
Gejolak Aneh
15
Kembali ke Dunia Magis
16
Kekacauan di Istana
17
Semalam Menjadi 3 Hari
18
Rencana Selanjutnya
19
Kehidupan Manusia
20
Kehidupan Manusia Bagian 2
21
CEO dan Nona Lucy
22
Sepulang Bekerja, Arzen dan Lucy
23
Lucy Arzen, Venus Micellia
24
Venus Micellia
25
Venus Micellia: Awal Mula Kisah Pilar Ksatria
26
Venus Micellia: Berharga
27
Harap Hujan Menghapus Jejakmu
28
Lost In Your Shoulders
29
Amarah Raja Hwooxeas
30
Arzen vs Loofyn: Sehari Bersama di Dunia Manusia
31
Lucy vs Arzen Loofyn: Rumah dan Dua Serigala
32
Ulang Tahun Loofyn de Woove
33
Dua Orang yang Menatap Lucy
34
Rekan Kerja Sejak SMA Lucy
35
Lembur Berujung Cembukur
36
Jalan Pulang Lebih Sejuk Bersamamu
37
Lucy Arzen: Es Krim dan Jalan Pulang
38
Percakapan Saat Sarapan
39
Supermarket vs Benteng Musuh
40
Salju Pertama Arzen Bersama Lucy
41
Salju Hari Pertama Venus Micellia
42
Berteman Dengan Manusia
43
Malam Pergantian Tahun Bersama Dua Serigala
44
Tragedi Awal Tahun
45
Rasa Khawatir dan Pelukan di Malam Hari
46
Kunjungan Serena dan Pesan dari Kerajaan Eleuxeas
47
Shinre Jade Lucy dan Dua Tuan Putri di Istana
48
Putri Lin dan Putri Xua
49
Tindakan Karen
50
Ingin Menggantikan Lucy
51
Menyelematkan Lucy
52
Kembali Bekerja Dengan Tatapan dan Cibiran
53
"Ada Apa Denganku?" -Lucy
54
Rumor di Kantor
55
Rumor Mereda dan Sikap Asing Lucy
56
Satu Mendekat, Satu Menjauh
57
Sudah Berdamai dengan Rumor
58
Pernyataan Cinta
59
Pertengkaran di Taman, Peter dan Lucy
60
Don't Touch Her, Lucy is Mine - Aura Alpha Arzen
61
Banyak 'Pertama Kali' Bersamamu
62
Partner Lucy
63
Pasangan Suami Istri (Partner)
64
Menggoda Orang yang Salah
65
Sebelum Pergi dan Hal yang Disembunyikan Sean
66
Senang-Senang di Hari Libur
67
Kue Kering Untuk Venus
68
Kembali Ke Dunia Magis, Taman Permaisuri
69
Pasukan Misterius dan Sihir Portal
70
Menyeberang ke Dunia Magis
71
Hari Pertama Lucy di Dunia Magis
72
Sambutan Hangat Untuk Lucy
73
Remaja yang Jatuh Cinta
74
Lucy dan Serena di Istana Tengah Middleof
75
Between Lucy and Serena
76
Dangerous Arzen
77
About Kindness and Heartwarming Scene
78
Seperti Kisah Negeri Dongeng
79
Werewolf and His Human Girl
80
Before Calamity
81
Kekacauan di Kekaisaran
82
Bertemu Raja Hwooxeas
83
Kunci Kendali Pasukan Undead
84
Heartwarming Room
85
Kebenaran yang Terungkap
86
Keheningan di Tengah Huru-Hara
87
Keadaan Perang Semakin Runyam
88
Zamrud Hitam Mata Iblis
89
Legenda Manusia Suci
90
Perjalanan Membangkitkan Kekuatan
91
Bertemu Pohon Kehidupan, Aden
92
Come Into The Calamity
93
Hell Calamity Blaze
94
End The Doom
95
Final Act: The Light
96
Back To You
97
Starry Night
98
Resign
99
Cahaya Baru Kekaisaran Wolfeuxeas
100
Last but Forever

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!