Cahaya menyilaukan itu membuat Lucy menutup matanya rapat-rapat. Ia tak tahu apa yang tengah terjadi pada serigala di depannya. Hal yang ia pedulikan adalah bagaimana ia bisa bertarung dengan makhluk itu agar Loofyn bisa selamat.
"Papa!"
"Kau ini kenapa memanggil papa terus dari tadi?" Lucy mengomel pada Loofyn.
Tap! Tap!
"Ha, berani sekali kau memarahi anakku, manusia?!"
"Sudahi omong kosongmu, dasa serigala!" Lucy tercenganga setelah ia menoleh ke sumber suara.
Bukan serigala besar yang ia lihat di hadapannya. Melainkan seorang pria tampan yang hanya mengenakan rompi kulit sebagai baju. Bawah pusar hingga mata kaki tertutupi oleh celana longgar yang terbuat dari sutera.
"Eh?" celetuk Lucy.
Ia terduduk masih dengan memangku Loofyn. Pria itu dengan santai menampakkan otot kekar beserta perut atletisnya. Ia mengibaskan sebagian rambut yang menghalangi wajahnya ke belakang.
"Sampai kapan kau akan melihatku?!" ketus pria itu.
Lucy tersadar dari lamunannya, "Kau siapa, ha?!" pekiknya.
Pria itu bersedekap tangan di depan dada. Ia bergaya angkuh seraya berkata, "Dasar manusia, kau tidak tahu siapa diriku? Kau bahkan tidak hormat pada penguasa kekaisaran, cih!"
Lucy mengernyit, "Ah, rupanya orang gila," celetuknya membuat pria itu menajamkan tatapannya.
"Kau akan menyesali kata-kata yang keluar dari mulutmu!" Pria itu menjentikkan jarinya ke udara.
Seketika ia berubah menjadi serigala yang tadi. Besar dan gagah, tak lupa warna perak bulunya membuat ia tambah elegan. Lucy hanya bisa ternganga menyaksikan sesuatu di luar nalar itu.
"Se–Serigala?"
Pyass!
Pria itu kembali menjadi wujud manusia. Terdapat kilauan kelabu di matanya yang menyorotkan karakter kuat. Ia kembali menata rambutnya yang selalu berantakan setiap kali berubah wujud.
"Kau mau sampai kapan membuat ekspresi menjijikan seperti itu? Aku tahu akan keelokan parasku, tak semua orang seberuntung dirimu, wahai manusia," ujar pria itu dengan nada angkuh.
Tampang boleh tampan, tetapi Lucy dikejutkan oleh sikap buruk yang ditampilkan. Pria itu tersenyum miring melihat ekspresi tak suka dari Lucy. Mereka tak sadar tengah diperhatikan oleh seorang anak kecil di antara mereka.
"Sekarang, kembalikan anakku!"
Lucy menjauhkan Loofyn dari pria itu, "Tidak akan! Aku tidak bisa menyerahkan Loofyn pada orang gila!" teriaknya.
Ia tak ingin percaya, ia menganggap diringa tengah bermimpi. Suara di benaknya mengatakan bahwa ia terlalu banyak berimajinasi. Namun, sel-sel otaknya mendorong ia untuk menerima kenyataan.
"Kau memisahkan aku dengan anakku sendiri?!"
Kedua alis Lucy hampir menyatu. Ia masih tak terima dengan ucapan pria tampan itu. Sepertinya, kesabaran sudah mulai menipis dan hampir habis.
Pria itu menggunakan sihirnya untuk Lucy yang masih mengira ia tengah berkhayal. Pria itu menarik Loofyn dengan sihirnya sehingga Lucy tak dapat mencegahnya. Dalam sekejap, bayi itu sudah berada di tangannya.
"Lepaskan Loofyn!" pekik Lucy.
"Kau bahkan tidak tahu apa yang tengah kau dekap tadi," ketus pria itu.
Ia membuka tirai magis yang seolah menutup mata gadis itu. Seketika dirinya terduduk lemas di tanah melihat apa yang sedang terjadi. Loofyn si bayi menggemaskan itu berubah menjadi serigala kecil, sama seperti pria tampan di sampingnya.
Gghhrrr...!
Serigala dewasa itu menggeram setelah berubah ke wujud magisnya. Di sampingnya, Loofyn yang menjadi serigala itu berputar-putar riang. Ia yang melihat Lucy itu langsung berlari menghambur.
"Akh...!"
Bruk!
Perempuan itu tersungkur ke tanah karena tak sanggup menahan rasa terkejutnya. Nalar tak dapat menerima kenyataan bahwa selama ini ia mengasuh bayi serigala. Ditambah, serigala dewasa berukuran tidak wajar itu datang untuk mengambil anaknya.
"Auu!" Loofyn mengitari tubuh Lucy yang tak sadarkan diri.
Ia menggonggong ke arah serigala yang ada di belakangnya. Mata memelas itu rupanya mampu meluluhkan hati angkuh si serigala dewasa. Ia mengendus Lucy untuk mengecek detak jantung dan sisa napas.
"Masih hidup, sudah ayo kita pulang," ucapnya melalui telepati.
Loofyn menggeram tidak suka. Ia membujuk lagi agar serigala yang ia panggil 'papa' itu mau menolong Lucy. Berulang kali ia menggigit kaki serigala dewasa itu hingga akhirnya pasrah.
"Kenapa harus menyelamatkannya?"
Loofyn tak bisa mengatakannya karena ia masih bayi. Ia hanya membuat suara-suara semampunya. Serigala kecil itu meringkuk di dekat dada Lucy, ia nyaman di sana.
"Hah, merepotkan."
Sruk!
Ia mengangkat tubuh lunglai itu ke atas punggungnya. Ia meminta Loofyn untuk ikut naik dan menjaga Lucy. Sementara ia berlari dalam tabir gaib agar tak ada orang yang melihat mereka.
...>>><<<...
Tubuh gadis itu menggeliat di tempat tidurnya. Kepalanya terasa pusing dan sedikit berat. Perlahan ia membuka matanya dan menangkis silau cahaya lampu kamarnya.
Setelah terbangun ia menyadari Tengah tertidur di atas kasurnya. Bola matanya mengitari seluruh ruangan seolah mencari sesuatu. Ia tak sadar dirinya telah diperhatikan oleh dua makhluk magis yang tengah duduk tak jauh dari sana.
"Sampai kapan kau mau tidur, manusia?!"
Suara bariton yang penuh dengan penekanan itu membuatnya terkesiap. Ia segera menyingkap selimutnya dan berganti posisi menjadi duduk bersimpuh. Kali ini ia yakin matanya tak salah lihat, yang ada di depannya adalah pria tampan tengah memangku seekor serigala kecil.
Pria itu terus menatap tajam menusuk manik mata Lucy. Seolah ingin menerkam hidup-hidup manusia yang baru saja sadar dari pingsannya itu. Sedangkan gadis itu masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
"Berani sekali kau menatapku seperti itu. Hei, manusia! Cepat sadar diri dan tunduk hormat!" perintahnya dengan tegas.
Lucy mengernyitkan dahinya. Perempuan itu turun dan langsung berkacak pinggang di hadapan si pria tampan. Ia tidak terima diperlakukan seperti itu oleh tamu asing.
"Kau yang tamu di sini, kau yang harusnya menghormatiku sebagai tuan rumah!" balasnya ketus.
Pria itu mengubah posisi yang semula berpangku tangan, menjadi duduk tegak. Ia tak mengerti mengapa manusia biasa seperti Lucy berani membalas ucapannya. Padahal manusia pada umumnya akan tunduk dan takut padanya.
Mereka semua akan mengalihkan pandangan dan tidak berani membuat kontak mata secara langsung. Tubuh mereka bisa bergetar saking besarnya kekuatan yang terpancar darinya. Pria tampan itu mulai berpikir bahwa energi di dunia ini menyegel aura magisnya.
"Apa kau tak tahu siapa aku?" tanyanya pada Lucy yang masih berdiri di sana.
Lucy menghela napas, "Tidak. Tidak penting."
Jawabannya membuat pria itu mengangkat alis. Lucy bersedekap, "Kenapa aku harus tahu siapa kau sementara kau tidak memperkenalkan diri dengan benar?" cibirnya.
Pria siluman serigala itu tak habis pikir. Ia kira, semua makhluk mengenali calon pewaris tahta kekaisaran. Namun, di hadapannya seorang perempuan malah menyuruhnya untuk menyebut identitas.
"Sebenarnya aku menyeberang ke dunia mana?" batinnya bingung.
Lucy memicing, "Apa kau amnesia sampai tidak bisa mengingat siapa dirimu?" sindirnya.
Pria itu berdecih, "Sebaiknya kau tunduk setelah mengetahui siapa diriku," rutuknya.
Ia berdiri dan lingkaran energi sihir mulai mengelilingi dirinya. Manik mata kelabu itu berkilat tajam. Seolah tabir ingin melepas mana yang mengalir kuat dalam dirinya.
"Pewaris tahta Kekaisaran Woove dari suku Werewolf..."
Ia menatap tajam ke dalam manik mata Lucy.
"Arzen de Woove."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
wongkepoan
lanjuuut....
2024-06-05
1