KALI KEDUA -CINTA DALAM KASTA-
"Dengar - dengar hubungan Nara dan Leo tidak di restui."
"Iya,saya juga dengar begitu, Jeng."
"Benarkah? Saya baru tahu sekarang, kenapa tidak di restui?"
"Ya jelas nggak di restuilah, Bi. Wong si Leo kerjanya bagus, keluarganya juga terpandang sekampung kita, beda sama Nara, kuliah juga sendat-sendat begitu."
"Ohh, jadi yang nggak restuin orang tuanya si Leo, ya? Pantas sih."
Telingaku panas ketika mendengar ibu-ibu yang sedang ngerumpi tanpa perasaan. Ya, aku mendengar semua apa yang mereka gosipkan dan benar, bahwa itu bukan gosip semata.
Aku Ynara Ramsey, anak kedua dari empat bersaudara, gadis desa yang saat ini masih kuliah dan duduk di semeter tiga yang seharusnya sudah semester lima, tapi karena kondisi keuangan kami yang tidak stabil terpaksa aku harus cuti kuliah selama satu tahun saat aku baru duduk di semeter tiga tahun lalu. Dan tahun ini aku melanjutkan kuliahku setelah setahun bekerja dan menabung sedikit penghasilanku.
Sebenarnya bukan mauku untuk cuti kuliah,
tetapi pada saat itu kemalangan menimpa kami, kakakku terjatuh saat bekerja dan ada cedera pada kakinya. Karena tidak bisa bekerja secara optimal lagi, dia dirumahkan hingga cederanya sembuh dan bisa bekerja seperti biasa -buruh kasar pada sebuah pabrik batu bata di desa kami- lagi nanti setelah sembuh. Uang yang
diberikan untuk pengobatan oleh pabrik tidak banyak dan kami harus mengeluarkan uang ekstra demi kesembuhan kakakku.
Dengan keadaan ini otomatis pemasukan untuk keluargaku turun drastis sementara pengeluaran semakin bertambah. Sambil menahan tangis, ibu
dan ayahku yang bekerja sehari-hari sebagai petani memintaku untuk berhenti kuliah.
"Nar, Sebenarnya, Ibu tidak tega meminta ini padamu, tapi, kamu bisa lihat sendiri keadaan kita sekarang.
Bisakah kamu berhenti saja kuliah?" Ibu menggenggam tanganku saat mengatakannya. Mendengarnya, aku hampir menangis dan menjawab tidak mau. Tapi aku masih sadar diri. Selama ini, yang membayar biaya kuliahku adalah abangku.
"Iya, Bu. Tapi, bisakah Nara cuti saja? Tidak berhenti total. Nara bisa ajukan cuti setahun. Selama setahun
itu, Nara akan bantu cari uang." Dengan berat hati, aku mengiyakan permintaan ibu.
Aku tidak ingin membantah dan membuat orangtuaku semakin sedih karena kami harus memikirkan dua adik-adikku yang saat itu akan lulus SMA dan SMP.
Dengan keputusan bersama, aku akhirnya mengajukan surat cutiku. Aku sebenarnya ingin mencari pekerjaan di kota saja, tapi aku urungkan, takut malah keenakan jadi keterusan cuti kuliah.
Hahaha, aku berbohong, bukan aku tidak mau cari kerja di kota, tapi aku belum tega meninggalkan ibuku yang akan mengerjakan semuanya sendirian di rumah.
Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga di desa sebelah, untuk menutupi kebutuhan rumah tangga kami dan juga sedikit tabungan untuk melanjutkan kuliah ku nanti.
Mengenai gosip tentang hubunganku yang tidak di restui, itu benar. Sejak masih duduk di bangku kelas tiga
SMA, aku menjalin hubungan dengan seorang pemuda baik, tampan dan pekerja keras di desa kami, namanya Leonard. Saat ini, dia sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai PNS di kantor Gubernur di kota. Sejak awal, hubungan kami memang tidak di restui oleh orang tuanya tapi kami tetap berhubungan dengan sembunyi-sembunyi istilah jaman now backstreet.
Setelah lulus kuliah dan bekerja di kantor Gubernur, Leo -nama panggilannya- dengan terang-terangan mengakui kepada orang tuanya bahwasanya kami masih berhubungan dan dia mengatakan ini bukan pacaran ala cinta monyet, dia serius. Dan tanggapan orang tuanya adalah ....
Ya, seperti yang kalian bayangkan. DITOLAK saudara dan di beri larangan keras.
Benar, bahwa orang tuanya tidak mengatakan satu kata apapun padaku, misal, 'jauhi anakku!' kayak di drama-drama korea itu. Tapi, kabar tidak direstui ini sudah menjadi buah bibir sekampung dan, aku Ynara Ramsey adalah gadis tidak tahu malu dan gadis pemimpi di siang bolong."
******
"Orang tuamu benar, hubungan kita tidak seharusnya dilanjutkan. Sebaiknya kita berhenti sampai disini aja!" Aku menyuarakan isi kepalaku pada kekasihku saat kami bertemu di akhir pekan. Sejujurnya, telingaku sudah semakin panas akhir-akhir ini. Bahkan orang-orang yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan Leo dan aku, mulai ikut-ikutan mencibirku.
"Jangan menyerah, tunggulah sebentar lagi, aku lagi berusaha menyakinkan orangtuaku."
Selalu saja. Jika ini yang ku bahas, jawaban Leo selalu seperti ini.
"Aku yakin akan sia-sia, mungkin kita memang tidak berjodoh, selain status sosial kita, usia kita juga terpaut jauh dan bany---"
"Apa kamu tidak ada bahasan lain selain status sosial? Apa status sosial yang terus kamu agungkan ini sangat penting bagimu? Sudah kukatakan, sabar dan diam saja aku sedang cari solusinya." Leo tiba-tiba memotong uacapanku dengan suara yang lantang dan penuh emosi, sadar atau tidak ini pertama kalinya dia berteriak
padaku.
Aku tahu aku sudah keterlaluan, hal pertama yang ku bicarakan padanya setelah pertemuan kami adalah mengenai status sosial yang selalu di agung-agungkan oleh ibunya.
Ibunya selalu berkoar-koar sana sini mengatasnamakan status sosial kami, 'Nara gadis tidak tau malu itu seharusnya meninggalkan anakku atau menolak anakku, Nara pembantu itu benar -benar memalukan, apa kata orang-orang kalau dia jadi menantuku, Nara yang begini, Nara yang begitu.'
Nama Nara yang tidak pantas jadi menantu orang terpandang ini selalu saja disebutkan
di sudut mana saja ibunya Leo berada.
Hening diantara kami, aku terdiam cukup lama dan Leo juga, mungkin dia sudah lelah juga meyakinkan orang tuanya tapi sampai hari ini -hampir tiga tahun hubungan kami- tidak ada hasil. Aku juga,
aku sudah mulai menyerah. Aku lelah dengan ketidak jelasan ini.
"Sebaiknya kamu pulang, istirahat aja, jangan terlalu memikirkan masalah ini," kataku
lagi memecah keheningan kami. Terpaksa aku mengalah lagi kali ini.
"Mari kita jalani hubungan ini seperti biasa, memikirkan hal-hal positif dan berharap apa yang sedang kamu
perjuangkan akan berhasil," lanjutku membesarkan hatinya yang mungkin kalut. Sejak dia memotong ucapanku
tadi, dia diam seribu bahasa. Mungkin menyesal karena sudah membentakku tadi?
Mendengar kalimatku tadi, dia hanya mengangguk dalam diam tapi urung berdiri dan bergegas pulang. Kami sama-sama terdiam sejenak sebelum akhirnya dia bicara.
"Bagaimana kuliahmu, apa ada kesulitan?"
"Sejauh ini semuanya baik dan lancar," jawabku singkat.
"Apa ada kendala dengan biaya kuliahmu?" tanyanya lagi.
Aku berusaha menahan airmataku, ini yang membuatku jatuh cinta padanya, dia yang selalu peduli terhadap apapun dalam hidupku terutama pendidikanku.
Dia supporter terbaikku bahkan ketika orang tuaku memintaku untuk pikir-pikir mengenai keinginan untuk kuliahku.
Aku menggeleng lalu berkata, "nggak ada, udah aku lunasi dua semester ini," jawabku.
"Jangan sungkan, jika ada kendala aku akan bantu, aku sudah ada penghasilan sendiri, ini bukan dari orang
tuaku lagi, jadi jangan di pendam, bilang saja kalau butuh ya!" katanyadengan penuh kelembutan.
O Tuhan, bagaimana bisa ada manusia sebaik ini, tolong bantu kami, doaku dalam hati.
Aku hanya bisa mengangguk, tenggorokanku rasanya udah serak, aku ingin menangis.
Tiba-tiba aku merasakan tepukan dikepalaku, tepukan menenangkan yang selalu dia berikan untukku.
"Apapun yang terjadi, apapun yang dikatakan oleh Ibuku, atau siapapun, aku tetap Leo yang jatuh cinta
padamu, dan aku akan memperjuangkannya, asal ..."
Dia berhenti sejenak dan menatapku sangat dalam, dari pancaran matanya aku bisa melihat cinta dimatanya dan aku jatuh cinta lagi padanya.
"Kamu jangan menyerah, tetap selesaikan kuliahmu, rajin belajar dan usahakan dapat nilai bagus, jika
semuanya oke, kamu bisa cari kerja yang bagus dan membantu ayah dan ibumu dan juga kakakmu." berhenti lagi, lalu melanjutkan, "Aku punya teman di kota yang buka usaha, mudah-mudahan kedepan semakin berkembang, kamu bisa kerja disana nanti setelah lulus, aku udah ngomong kedia." lanjutnya, dan aku mengangguk saja, kemudian aku langsung terkekeh geli. Astaga priaku, sudah lobi kerjaan untukku. Aku saja masih semester tiga. Aku masih harus sekolah sekitar dua tahunan lagi.
"Kenapa?" dengan mimik innosen nya dia bertanya.
Dia makin tampan saja dengan mimik seperti itu. Masih sambil terkekeh aku menjawab,
"Iya, mudah-mudahan temenmu tidak lupa, secara kamu lobi dia sekarang untukku dua tahun lagi."
"It's oke," jawabnya enteng sambil mengendikkan bahu, "Dua tahun nanti usahanya udah besar, kamu bisa punya jabatan di kantor besar dan orang-orang akan lihat itu."
"Baiklah! Baiklah pria tertampanku yang baik hati, sekarang pulanglah!" kataku.
"Kamu mengusirku?" malah di perjelas.
"Tidak, aku menyuruhmu pulang pangeran!" jawabku enteng.
"Hahhhh"
Dia menghela dengan keras seperti sengaja -pasti sengaja-
"Aku pulang, tadinya aku pikir aku bisa sedikit lebih lama disini, kita bahkan sudah dua minggu tidak ketemu, tapi kamu malah mengusirku. Aku benar-benar kecewa dan sakit hati." Berucap sambil berdiri tapi masih ngedumel dengan wajah datar.
Aku hanya terkekeh dengan sikapnya - sudah biasa-, Aku mendorong punggungnya pelan saat dia berjalan keluar dari halaman rumah kami.
Aku membalas lambaian tangannya saat dia meninggalkan rumah kami.
"Kita sungguh tidak beruntung dalam hubungan ini, Bang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
auliasiamatir
keren
2023-10-28
0
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
suka...
2023-09-18
0
Resres
njirrr...
gue bangat ini...
beda nya gue anak plg gede..
2023-06-27
1