"Ynara Ramsey anak dari Bapak Iwan Ramsey dan Ibu Ninda Purwasih ...."
Horeeeee!!!!
Hari ini hari wisudaku pemirsah, aku lulus dengan nilai memuaskan. Itu baru saja namaku di panggil. Jadi aku naik panggung dulu ya, hehehe.
Akhirnya aku merasakan juga bagaimana perasaan mereka-mereka yang toganya di geser.
Terimakasih Tuhan, akhirnya aku punya gelar walau hanya lulusan diploma tapi aku sangat bersyukur. Semoga gelar ini bisa membawa keberuntungan bagiku dan keluargaku. Semoga gelar ini bisa membawaku pada pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi.
Ibu, Bapak terimakasih udah doain anakmu ini, Kakakku Rein yang ganteng terimakasih karena berjuang keras untuk kami adik-adikmu, semoga jodohmu disegerakan Tuhan, adik-adikku Ryan dan Ririn, kalian harus semangat!
Aku mencintai kalian semua.
Abang pacarku yang hensem terimakasih dukunganmu walau hari ini gak ikut dampingi aku di kelulusanku ini.
Upss, lupa, mantan pacar.
Sebenarnya, tadinya aku sangat berharap dia ikut menghadiri acara wisudaku, walau tidak bisa di dalam aula, tapi aku bisa melihatnya di luar dn berfoto bersama. Aku ingin mengucapkan rasa terima kasih ku juga padanya yang sudah rela menjadi supporter terdepanku setelah orang tua ku.
Tapi apa daya. Angan-angan tinggal angan-angan saja.
--------
"Makan yang banyak, ini hari kelulusanmu,
walau sederhana tapi harus bersyukur," kata ibu sambil menyendokkan lauk
ke piringku. Hari ini ibu masak enak untuk merayakan kelulusanku, kami makan
bersama di atas tikar yang digelar di lantai ruang tamu rumah kami.
Aku hanya mengangguk terharu, semua keluargaku bersukacita atas hari ini.
"Bu nanti kalo Ryan lulus, ibu harus masak enak juga, ya. Jangan pilih kasih," kata adikku yang saat ini sudah masuk semester tiga di perguruan tinggi, adikku masuk universitas keguruan seperti cita - citanya.
" Iya, memangnya ibu pernah pilih kasih, semua anak-anak ibu, ibu perlakukan sama, sudah jangan banyak bicara, makan yang banyak biar cepat wisuda seperti kakakmu, " Ibuku cintaku, nggak ada pengaruhnya makan banyak dengan wisuda yang cepat, justru akan membuat ngantuk jadi nggak belajar. Kami tertawa mendengar ucapan ibu, dan ada yang protes karena tidak nyambung.
Aku tahu ibuku menahan tangis syukurnya atas hari ini, aku bisa lihat dari pancaran wajahnya.
Aku memeluk lengan ibuku sambil berdoa dalam hati semoga Tuhan memudahkan ku dalam mendapatkan pekerjaan.
"Ibu, Ayah, Kakakku Rein adikku Ryan dan
Ririn, aku akan membuat kalian bahagia, aku berjanji," ucapku dalam hati dengan
penuh keyakinan dan pengharapan .
Sayangnya, hari bahagiaku terusik dengan berita kurang sedap dari abang hensemku.
Walau kami sudah putus, tapi rasanya masih seperti berpacaran. Rasa cinta itu masih ada, bahkan masih utuh.
"Nara, akhirnya kamu nyerah juga , kirain
bakal tantangin ibunya Leo karna udah lulus kuliah." Bibi Yuni, tetanggaku yang paling kepo mulai nyerang. Padahal setauku, beliau ini tidak ada hubungan kekeluargaan dengan Leo. Tapi kenapa dia yang heboh, yah?
"......" Aku mengernyitkan alisku gak
ngerti maksud ucapannya. Dan berniat tidak menanggapi, tapi rasa penasaranku membuncah. Biasanya ibu-ibu tipe bu Yuni ini adalah pembawa berita akurat yang cepat. Akhirnya aku berusaha tenang sambil menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Leo udah tunangan tadi sore di rumahnya."
Ada yang menyambar hatiku,
Seperti petir tapi bukan petir.
"Ma-maksudnya, Bi?" Seketika aku lupa bahwa kami sudah menjadi mantan. Aku masih berharap kami masih pasangan kekasih dan aku sedang menunggu ucapan selamat darinya bahkan hadiah kelulusan. Tapi, ternyata aku hanya sedang menghalu.
"Itu si Leo udah tunangan tadi sore, kenal
Sovia, kan?"
".... dia tunangan sama si Sovi itu,"
infonya lagi, aku masih diam mencerna berita ini. Benarkah?
Jadi selama ini Sovia lah calonnya. Hahahah
Aku pikir orang lain, makanya di rahasiakan sampai berbulan-bulan. Ternyata tetangga.
"Wajar sih sama Sovi, secara orang tuanya Sovi kan sebelas tiga belas dengan orang tua si Leo, kamu sih ngayalnya ketinggian, kelamaan pulak, hahahahahha."
Bi Yuni tertawa saja setelah menjatuhkan bom tepat dihatiku. Perkataannya benar memang. Aku kelamaan bermimpinya.
God, ternyata sudah berakhir.
Walau aku yang memintanya berakhir, tapi rasanya sangat sakit mendengar dia bertunangan.
Aku masih duduk sendirian di teras rumahku, aku melihat ponsel jadulku - ponsel bekas Leo yang masih bisa kupakai - menunggu
dan menunggu berharap seseorang yang dipikiranku menelepon dan mengucapkan selamat. Bukan selamat tinggal tapi selamat atas wisudamu hari ini.
Masih pantaskah aku menunggunya?
----------
Sudah sangat larut, tapi aku belum bisa memejamkan mata. Ririn adikku yang tidur sekamar denganku sudah mendengkur saking pulasnya.
Me:
[Selamat atas pertunanganmu hari ini Bang, Semoga dia jodoh yang tepat untukmu.]
Aku mengirimkan sebaris pesan dengan tulus. Aku benar-benar tulus walau sangat sedih.
Bg Leo:
[Abang gak bisa nolak, pas abang nolak, ibu jatuh hampir pingsan]
Me:
[Aku hanya mengucapkan selamat, tidak minta penjelasan. Aku masih ingat kalau kita sudah putus.]
Ingat apanya, tadi aja masih ngehalu dikasih buket besar di halaman hall.
Me:
[ Ibumu sudah memilih gadis yang tepat. Semoga bahagia kedepannya yah Bang.]
Benar, Sovi adalah pasangan yang pas untuknya sesuai kriteria ibunya Leo. Cantik, calon sarjana, anak orang kaya.
Fyi, Sovia ini teman satu sekolahku, ibunya PNS di sekolahku.
Tidak ada balasan darinya.
Kalo kalian tanya apa aku sedih, jelas aku sedih, apa aku marah, ya, aku marah tapi aku marah pada siapa?
Me:
[Sekali lagi selamat yah bang, dan inilah akhirnya kita, semoga kita mendapatkan
kebahagiaan kita masing-masing kedepan]
Tegarlah hatiku, batinku usai menekan tombol send diponsel. Tuh kan, tiba-tina suara Teh Oca melantun ria di kupingku setelah kata tegar yang keluar dari mulutku.
Bg Leo:
[Abang minta maaf gak bisa nepatin janji sama kamu, Dek. Abang doakan supaya kamu mendapatkan kebahagiaan juga kedepannya]
[Semoga lekas dapat pekerjaan ya.]
[Oh iya, lupa. Selamat atas wisudamu hari ini. Kamu keren.]
Me:
[Thanks juga]
Bg Leo:
[Kalau kamu mau, seperti yang abang bilang dulu, Abang punya teman yang buka usaha, kamu bisa abang rekom, lagiankan kamu udah pernah praktek disana jadi udah sedikit tau tentang usahanya, atau kalo kamu gak srek dengan itu abang bisa tanya - tanya
teman abang yang lain siapa tau ada yang bisa kasih kamu loker, atau kalo kamu
mau jadi PNS rajin - rajin cari infonya, nanti abang info juga kalo ada info penerimaan PNS]
******
MEMULAI HIDUP BARU
Time flies..
Hidup berlanjut.
Setelah semua yang terjadi, aku memutuskan memulai bekerja di kota, aku bekerja di sebuah perusahaan penerbitan sebagai admin. Ini melelahkan pemirsah. Sebagai admin tapi aku harus ikut pontang panting ke mesin potocopy juga layaknya office boy. Tapi tidak apa-apa, ini permulaan harus
semangat. SEMANGAT!
Sudah tiga bulan aku bekerja disini dan aku tinggal dikota ini, aku tinggal dikostan dekat tempat kerjaku. Lumayan irit ongkos. Ini
juga bukan kost-kostan mewah, yang penting bisa neduh dan tidur nyenyak. Aku
mengerjakan semua apa yang disuruh senior-seniorku, aku harus bersabar, walau kadang sangat kesal.
Aku ingat pesan orangtuaku saat aku akan berangkat waktu itu. "Tidak ada
orang yang langsung sampai di atas tanpa melewati tangga di bawah, semua ada prosesnya seperti tangga, jikapun ada, itu hanya beberapa orang yang punya keberuntungan turun temurun."
Sambil bekerja aku juga curi-curi waktu mencari loker di tempat yang lebih baik, aku membuat akun untuk bisa melamar secara
online. Aku juga menabung uangku sedikit untuk bekalku jika nanti aku dapat kerja di tempat lain.
Bip
Ponselku berdenting sekali.
+62 813 65xx xxxx
[Bulan depan aku mulai skripsi, habis sidang nanti, mau langsung nikah sama tunanganku]
Ini siapa sih? Salah kirim ato gimana? Apa hubungannya dia menikah atau tidak. Abaikan sajalah. 😖😖
+62 813 65xx xxxx
[Dia bilang, Dia Cinta sama aku dan gak mau nunggu lama-lama ]
Nope
+62 813 65xx xxxx
[Kasian ya kamu, pasti kemarin berharap jadi istrinya Leo, Sadarmu kelamaan neng]
Oooo,, jadi ini cen cen nya mantanku, hadeh dunia, kejam bangat sih. Udah ranto jauh-jauh dari kampung malah di usik lagi.
Me
[Selamat yah, semoga lancar sampe hari H, wajarlah dia cinta sama kamu, kalau gak cinta, nanti kamu tekanan batin]
Aku memandangi ponsel itu, ponsel jadul yang sudah sangat ketinggalan jaman. Aku jadi teringat dari mana asalnya.
-Flashback on-
"Ini, pake ponsel milik abang saja, nanti pulsanya abang isi juga, biar kita bisa komunikasi."
Aku menerima ponselnya dengan senang hati, maklumlah, belum pernah punya
seperti ini seumur-umur. Aku jaga dengan baik dan sampai hari ini masih bisa
ku gunakan.
"Jangan sungkan, aku ingin kita intens berkomunikasi. Maaf ya! Abang belum bisa beli yang lebih bagus."
-Flashback off---
Baiklah, sepertinya bulan ini dan bulan depan harus puasa, aku bertekad ingin membeli ponsel yang lebih canggih dari ini. Selain
untuk membuang kenangan aku juga butuh ponsel canggih untuk lamar kerja secara
online.
----------------------
Pekerjaanku semakin lancar, aku semakin mahir, thanks God.
Hari ini tepat setelah 7 bulan aku bekerja di kantor ini, aku memutuskan untuk resign karena aku diterima bekerja di perusahaan
besar di ibukota.
Ibu, anakmu akan pergi merantau dikota yang jauh, doakan anakmu supaya berhasil
yah Ibu, Ayah , Kakak dan adik-adikku.
Here I am,
Ibu Kota yang ramai, please be nice.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Frida Fairull Azmii
semangat Nara 💪
2023-08-15
0
Dewi Payang
semangat Nara....
2023-07-03
1
Dewi Payang
haduh si ibu, kasiaan Nara sakit hati
2023-07-03
1