Happy reading!!
Kasih komen dan likenya permirsah.
*******
"Ibuku menemuimu, kan? Abang bisa tebak, karna itu kamu minta putus, kan?"
"....."
"Apa kamu menyerah sekarang?"
"...."
"Abang udah bilang berkali-kali, jangan dimasukkan hati apa apa aja yang Ibuku bilang, Abang lagi usaha meyakinkan."
Usaha-usaha, usaha apa? Ibumu itu udah menghina keluargaku tau, batinku.
Percakapan ini di dominasi oleh pria itu. Bagaimana mungkin tidak menyerah, calon
pendampingnya saja udah ada. Tinggal ketuk palu langsung sah. Mau bertahan apa lagi? Empat tahun sudah hubungan ini, tapi tak ada tanda-tanda akhir yang bahagia. Dari pada semakin menderita, lebih baik di akhiri sekarang.
"Ibumu benar, Bang, kita pasti gak berjodoh, dengar - dengar calonmu udah datang kerumah, benar?" tanyaku pelan dan bisa kulihat raut terkejut di wajahnya walau dia cepat-cepat mengubah ekspresinya.
"Gak apa-apa, jujur aja, aku bisa ngerti kekhawatiran orang tuamu, mereka benar, aku gak pantas--"
"Lalu siapa yang pantas?" tanyanya menggebu memotong ucapanku.
"Anak pejabat? Anak pengusaha? Anak orang kaya? Itu yang pantas untukku?" lanjutnya sebelum aku memberi jawaban.
"...." tanyakan ibumu bambang, batinku. Aku tak berani mengatakannya langsung.
"Aku gak mau dengan siapa pun kecuali kamu, Aku akan tunggu kamu sampe kamu selesai kuliah dan sampe kamu kerja, TITIK case closed!"
Case close, case close, case close pintitku, apanya yang close, keputusan sepihak gitu, pake bilang titik lagi.
kayaknya dia nggak ngerti apa arti case closed. Masalah sebesar ini mana bisa di closed dengan enteng begitu ferguso!
"Lain kali gak kan ada topik bahasan kayak gini lagi, abang marah!" hahhahahaha marah sana ke ibumu, berani tidak? Emangnya siapa yang mau marah-marah atau dimarahin?
Inilah yang kerap terjadi pemirsah, setiap kali topik restu - restu di angkat ke permukaan maka sampe akhir nggak akan ada solusi. Lalu apa yang bisa aku katakan lagi? Tidak ada, hanya bisa bilang, 'just let it flow' aja pada diri sendiri. Kalau jodoh gak akan kemana, kan?
******
Aku sudah menyelesaikan magangku yang hanya dua bulan sudah terlewati. Aku kembali ke habitat lama. Berusaha tetap fokus dan bisa menyelesaikan sekolah yang hanya tersisa kurang lebih lima bulan. Dengan alasan sibuk menyusun tugas akhir sambil kuliah dan bekerja, aku bisa mengurangi pertemuan dengan Leo, dan juga
komunikasi kami semakin jarang.
"Aku kangen sebenarnya, tapi harus belajar nggak ngangenin abang lagi." Aku bicara seorang diri lagi.
Sepertinya Tuhan maha baik, saat aku mengaku aku kangen, malamnya Leo datang ke rumah. Seperti
biasa. kami hanya akan berkencan di teras rumahku atau paling jauh kami hanya akan pergi berjalan kaki dan berhenti di jembatan dekat sungai. Walau malam dan terasa menyeramkan, tapi percaya deh, disini tempat kencan yang romantis. Bagi kalian yang tinggal di desa seperti aku dan ada jembatan, cobalah pacaran disana, pasti menyenangkan, apalagi jika mendengar seperti ada suara-suara dari bawah jembatan. Jamin, auto lari terbirit-birit.
"Gimana Tugas Akhir kamu, udah rampung?" tanya Leo ketika kami baru saja duduk.
"Belum rampung, tapi sedikit lagi, aku juga masih sambil kuliah. Minggu depan UAS."
"Diagram yang kamu tanya kemarin itu, udah bisa kamu selesaikan?" tanyanya dengan penasaran.
Aku sempat bertanya waktu kami teleponan hari itu. Tapi sebenarnya aku hanya basa-basi. Aku sudah bisa mengerjakan semuanya. Tapi karena dia sistem supportku, aku harus menghargainya dan membuatnya merasa di butuhkan.
"Udah bisa. Aku cari buku referensi trus aku kasih ke dospem, katanya udah pas. Jadi aku udah lanjut yang lain."
Dia mengacak rambutku. "Semangat, yah!"
Aku mengangguk dengan senyum manisku. Perlakuan manis ini sebenarnya sudah seperti kegiatan rutinnya, tapi setiap kali dia seperti itu, aku masih saja bersemu.
Pertemuan singkat malam ini jauh dari topik putus atau apapun mengenai gadis yang di jodohkan dengannya. Sampai hari ini aku masih bertanya-tanya, siapa kira-kira gadis itu, karena saat ibunya ngomong hari itu, tidak ada menyebut nama. Pun di desa ini, belum ada gosip yang beredar.
"Kamu di jodohin sama siapa, sih?" tanyaku hari itu dengan nada bercanda.
"Ck.. kok bahas itu lagi," jawabnya dengan kesal.
Sejak hari itu, aku nggak berani, belum kuat lihat muka dia yang tiba-tiba berubah jadi keras karena menahan emosi dan kekesalan. Jadi, biar waktu yang menjawabnya. Nah kan, jadi teringat lagu lagi. Jadi
pengen konser.
******
Perjalanan cinta tanpa restu ini tetap berjalan walau ketidakjelasan sudha terpampang
nyata di depan mata. Gempuran orang tua Leo juga datang lagi. Kali ini lewat panggilan.
"Kamu ya Nara, susah di bilangi, kemarin janji kamu apa? Kamu mau ninggalin anak saya, kan? Kok kamu ingkar? Mau kamu apa? Hah?
Mau sampai kapan kamu memperalat anak saya? Mau kamu saya permalukan sekampung?
Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu putuskan anak saya dengan alasan apapun sesuka kamu. Saya tunggu itikad baikmu, sebelum saya permalukan kamu. Mengerti!"
Klik
Panggilan terputus bahkan sebelum aku menjawabnya.
"Nara, kamu memang terlalu lembek." Aku meledek diriku sendiri. Bukan aku tidak mau putus dari anaknya. Cuma, anaknya yang tidak mau kan waktu itu? Jadinya aku kelupaanlah minta putus lagi.
Me:
[Sepertinya kita perlu bicara yang serius. Bisakah sabtu ini kita ketemu?]
Bg Leo:
[Tentang?]
Me:
[Kita bahas setelah kita bertemu.]
Bg Leo:
[Apa ini tentang kita lagi?]
[Putus lagi?]
Me:
[Ya.]
[Kenapa kita tidak menyerah saja, Aku capek, kita tidak punya akhir yang bagus.]
[Jangan sampai kamu tidak datang, jika kamu tidak datang, aku anggap kita berakhir.]
[Kali ini, aku tidak sedang bercanda, dan aku tidak terima alasan apapun.]
Dan benar saja, akhir pekan, pria itu tidak datang. Dengan begitu, aku bisa anggap sudah berakhir, kan?
Dasar pengecut!
Aku tertawa, tetapi aku menangis. Baiklah jika harus putus, tapi apa tidak bisa di usahakan untuk datang pas di hari terakhir itu? Apa dia merasa puas putus melalui chattingan?
Bg Leo:
[Sorry Dek! Abang nggak bisa datang, Ibu dan teman-temannya lagi di rumah. Abang nggak di kasih keluar sama Ibu, nggak mungkin abang lawan.]
Me:
[Okay, tapi keputusan waktu itu tetaplah keputusan, tidak datang artinya end. So, kita end sekarang!]
[Thanks buat semua supportnya, buat cinta kamu, Thanks udah menerimaku selama ini.]
[Hope you happy kedepannya, entah siapapun pilihan orang tuamu.]
Bg Leo:
[Itu keputusanmu, abang nggak!]
Me:
[Aku capek, Dan aku tidak ingin membuat ibumu marah lagi]
Bg Leo:
[Ibu temuin kamu lagi?]
Me:
[Nggak, tapi nelpon, nagih janjiku]
Bg Leo:
[Janji apa?]
Me:
[Janji putus sama kamu. ]
[Please! Bantu aku kali ini untuk terakhir kalinya, turuti ibumu]
[Ibumu nggak mungkin salah pilih]
Aku ingin sekali memblokir nomor ponselnya, tapi sungguh tidak sopan.
Dalam hati aku berdoa, semoga kita bahagia walau tidak bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Resres
amin
2023-07-13
1
Resres
somasi lisan..
😱😱😱
2023-07-13
0
Resres
mau aku ya anak kamu lah bu
hahahhaa
2023-07-13
0