Dipaksa Menikah Dengan Pria Dingin

Dipaksa Menikah Dengan Pria Dingin

Bab 1 Pria Menyebalkan

Sudah kesekian kalinya mereka bertengkar dan bertengkar. Kenapa harus bertengkar ? Pada akhirnya mereka tidak menemukan titik penyelesaiannya. Mereka akan saling tutup mulut semalaman dan akan berusaha berbaikan keesokan harinya, itu adalah sebuah keterpaksaan, karena Ibu datang berkunjung dan yang mereka lakukan adalah menutupi semuanya, seakan mereka baik-baik saja.

"Delia, ibu punya rekomendasi tempat untuk berbulan madu, sangat cocok untuk pengantin baru seperti kalian !"

Ujar Ibu, begitu bersemangat.

"Hmm !"

Delia nampak tak bersemangat, dia seperti sedang melamun dan memikirkan sesuatu.

"Bagaimana kalau kalian berbulan madu di Bali atau di Jogjakarta ?"

Ujar Ibu setelah selesai mencuci tangannya yang tadi berlumuran tepung.

Siang ini Delia sedang membuat kue bersama Ibunya, mereka membuat kue untuk Ayah dan... Sebut saja orang yang sangat menyebalkan dan tak begitu penting bagi Delia, Suaminya, ya.. Dia hanya Pria menyebalkan bagi Delia.

"Kami tidak ingin menghabiskan uang terlalu banyak hanya untuk itu, Bu. Sudah cukup di Jakarta saja. " jawab Delia dengan tenang dan tanpa ekspresi.

Ibu mengamati oven listrik yang didalamnya ada dua loyang kue, lalu mengarahkan pandangannya ke arah Delia untuk kesekian kalinya.

"Memangnya kamu tak ingin jalan-jalan ? Kamu kan baru pulang setelah empat tahun di pesantren, harusnya sih begitu."

Sungguh ibu menyumbangkan ide yang sangat buruk bagi Delia, lagi-lagi yang dia bahas adalah tentang bulan madu, siapa juga yang menginginkan hal itu, Delia sungguh tak menginginkan hal semacam itu dengan laki-laki menyebalkan itu.

Delia memang dari Sekolah menengah pertama dia nyantri di Pondok Pesantren di daerah Padang, waktu masih sekolah menengah dia rutin pulang setahun sekali jika libur puasa dan Hari Raya, hingga lulus Sekolah menengah Atas Delia tetap lanjut nyantri sambil meneruskan S1 di sana jurusan Tarbiyah, setelah Kuliayah Delia memang tak pulang ke Jakarta hingga dia lulus baru pulang.

"Suamimu belum pulang ? Jam berapa biasanya dia pulang, Del ?

"Belum. Gibran tak akan pulang secepat ini, pasti dia masih banyak pekerjaan di kampus."

Gibran bukan lah suami yang menyenangkan bagi Delia, bahkan dia adalah pria yang dingin dan menyebalkan bahkan membosankan setiap harinya.

Delia duduk dikursi ruang makan rumahnya bersama Ibu yang saat ini menatapnya cemas. Delia tak tau apa yang sebenarnya membuat ibu menatap cemas seperti itu kepadanya, karena penasaran Delia pun memberanikan diri bertanya kepada ibunya.

"Ada apa Bu ? Kenapa Ibu menatap Delia seperti itu ?"

Ibu menggeleng pelan dan sedikit mendesah, seharusnya Ibu tak berada di rumah Delia saat ini, karena itu semua hanya akan memperburuk keadaan rumah yang memang sudah buruk dari awal. Akhirnya setelah sekian detik Delia menunggu jawaban ibu, ia pun menjawab dengan nada lelah.

"Delia ! Apa kau baik-baik saja dengan suamimu ? Kenapa kalian tidak terlihat sering bersama ?"

Sungguh pertanyaan ibu bagaikan bom yang mungkin sengaja ibu lemparkan kepada Delia, Delia sudah pasrah dan siap menerima bom berikutnya. Delia tidak mungkin menjawab apa adanya kepada beliau. Delia mengernyitkan alisnya sebentar, lalu menunjukkan ekspresi datar dengan maksud menyembunyikan sesuatu dari Ibunya.

"Maksud Ibu ?" Tanya Delia, sungguh itu bukan pertanyaan yang natural dari mulut Delia, namun dia tak mungkin bisa berkata jujur pada Ibunya, bagaimana keadaan rumah tangganya yang sebenarnya. Ibunya mendesah pelan, ia tau bahwa putrinya mencoba untuk menghindarinya.

Alarm oven tiba-tiba berbunyi sebelum Ibu sempat memperjelas pertanyaannya. Delia benar-baenar bersyukur karena Ibunya kini urung mengorek lebih dalam pertanyaan yang menyebalkan itu.

Ibu mengecek oven dan membukanya, lalu mengeluarkan dua loyang kue yang ada didalam oven tersebut.

Sesekali Delia melihat raut wajah Ibunya yang tersenyum memperhatikan kue lapis yang sudah mengembang itu dalam waktu lima belas menit.

"Ayahmu pasti suka dengan kue lapis ini, dia selalu memuji Ibu ketika dia memakan kue buatan Ibu !"

Ibu tak berhenti tersenyum, sampai tidak menyadari bahwa baru saja dia menggumamkan kalimat yang membuat putrinya iri.

Kalimat itu bukan perasaan percaya diri yang berlebihan, dari dulu Ayah memang selalu menghargai apapun yang dilakukan Ibu, meskipun hasilnya tak sesuai dengan ekspektasi. Memuji istri adalah sesuatu yang bisa membuat seorang istri menjadi bangga dan percaya diri.

"Del, jangan lupa kamu cepat telephone Gibran untuk lekas pulang, katakan saja kau baru saja membuatkan dia kue, pasti dia akan senang dan akan cepat pulang !"

Pesan Ibu, dengan malas akhirnya Delia menuruti kata-kata Ibunya itu dan harus terpaksa juga menelephone Gibran saat bersama Ibu.

Terdengar nada sambung namun tak kunjung diangkat, Delia tau Gibran begitu sulit untuk mengangkat telephon darinya, dan sebaliknya, Delia juga akan enggan untuk mengangkat telephon dari Gibran juga.

Delia dan Gibran memang pasangan suami istri namun sikap mereka tak selayaknya pasangan suami istri pada umumnya, mereka selalu bersikap acuh satu sama lain.

Delia pun memutuskan mengirimi Gibran pesan singkat agar mengangkat telephonnya karena ada Ibu dirumah, barulah Gibran mengangkat telephon dari Delia, itu juga karena terpaksa, karena ada Ibu dirumah mereka.

Dengan ragu Delia bersuara ditelephon.

"Ibu memintamu untuk cepat pulang !"

"Ya !"

Hanya sesingkat itu Gibran menjawab dan langsung mematikan sambungan telephonnya. Dalam hati Delia benar-benar memaki Gibran.

'Dasar laki-laki menyebalkan, Alien ! Seenaknya saja menutup telephon, tidak mengucap salam !'

Delia benar-benar kesal tapi dia mencoba menenangkan dirinya lagi kemudian dia menghampiri Ibunya yang tengah mengiris kue lapis menjadi beberapa potong, sebagian diletakkan dirantang untuk Ayah dan sebagian lagi ia letakkan kepiring. Ibu menata kue lapis itu dengan sangat manis, dengan diberi garnise berupa buah leci dua buah diatasnya, terlihat sangat cantik dan mengesankan siapa saja yang melihat kue lapis didalam piring itu.

"Ini untuk suamimu Del, dia pasti suka melihat kue lapis ini, apa lagi yang membuat adalah istri tercintanya."

Delia hanya tersenyum kecut mendengar celoteh Ibunya itu. Benarkah Gibran akan suka jika yang membuat kue itu adalah dirinya, Delia tak yakin.

Ibu mendongak memperhatikan Delia.

"Bagaimana ? Apakah suamimu bisa pulang cepat hari ini ?"

Delia mengangguk kecil sambil mendesah pelan. Ibu terlihat begitu senang karena menantunya akan datang cepat hari ini, dia cepat menata kue itu dan meletakkannya di meja makan, kemudian dengan cepat ia mencuci tangannya.

Delia sendiri dia segera pergi kekamarnya dan menghempaskan tubuhnya diatas ranjang dan memejamkan matanya, dia sudah lelah bersandiwara, dia ingin segera mengakhiri sandiwara ini, namun dia tak tau caranya.

Tak lama kemudian suara mobil terdengar memasuki halaman rumah Delia, Delia sudah mengira bahwa mobil itu adalah mobil Gibran.

'Saatnya Drama dimulai kembali'

Dengan terpaksa Delia pun bangkit dan keluar dari kamarnya dan ternyata tanpa sengaja dia berpapasan dengan Gibran. Terlihat raut wajah Gibran yang sangat acuh itu pada Delia, membuat Delia benar-benar ingin memakinya saat itu juga, namun dia hanya bisa memendamnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

dua2 nya saling acuh gitu , gimana mau harmonis rumah tangganya, meski terpaksa nikah sekurangnya bicarakan baik2 bukan malah acuh sesama sendiri, jadi berprasangka gitu kan 🤭 aku mampir 🤗

2024-02-22

2

●⑅⃝ᷟ◌ͩ ༄SN⍟🇩EWIᵐᵉⁿᵗᵃʳᶦ🌀🖌

●⑅⃝ᷟ◌ͩ ༄SN⍟🇩EWIᵐᵉⁿᵗᵃʳᶦ🌀🖌

awal yang bagus cerita nya

2024-02-08

2

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

menarik

2024-01-31

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pria Menyebalkan
2 Bab 2 Canggung
3 Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4 Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5 Bab 5 Drama yang Menggelikan
6 Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7 Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8 Bab 8 Surat Cinta
9 Bab 9 Pulang ke Jakarta
10 Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11 Bab 11 Ijab Qabul
12 Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13 Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14 Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15 Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16 Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17 Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18 Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19 Bab 19 Pengakuan Zahra
20 Bab 20 Menyebalkan
21 Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22 Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23 Bab 23 Permintaan Ibu
24 Bab 24 Harus semangat!!
25 Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26 Bab 26 Memabukkan
27 Bab 27 Gejolak
28 Bab 28 Sensitif
29 Bab 29 Jogging
30 Bab 30 Berbelanja
31 Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32 Bab 32 Rencana Bulan Madu
33 Bab 33 Permintaan Zahra
34 Bab 34 Pak Edo
35 Bab 35 Dinner
36 Bab 36 Perasaan Pak Edo
37 Bab 37 Kecemburuan Delia
38 Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39 Bab 39 Berangkat Ke Paris
40 Bab 40 Pertama kali ke Paris
41 Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42 Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43 Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44 Bab 44 Akhirnya Delia
45 Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46 Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47 Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48 Bab 48 Kerja Lagi
49 Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50 Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51 Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52 Bab 52 Kegelisahan Gibran
53 Bab 53 Nasehat Ibu
54 Bab 54 Periksa
55 Bab 55 Rindu Yang Mencair
56 Bab 56 Kejujuran Hati
57 Bab 57 Kecurigaan Zahra
58 Bab 58 Cemburu dan Amarah
59 Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60 Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61 Bab 61 Maaf
62 Bab 62 Ujian Hidup
63 Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64 Bab 64 Kebencian Aulia
65 Bab 65 Pak Joni
66 Bab 66 Pengakuan Aulia
67 Bab 67 Alasan Gibran
68 Bab 68 Mimpi
69 Bab 69 Periksa Kandungan
70 Bab 70 Permintaan Gibran
71 Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72 Bab 72 Hari terakhir Kerja
73 Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74 Episode 74 Kepanikan Gibran
75 Bab 75 Kelabilan Delia
76 Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77 Bab 77 Siasat Zahra
78 Bab 78 Usaha Gibran
79 Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80 Bab 80 Kesaksian Zahra
81 Bab 81 Nasehat Ayah
82 Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83 Bab 83 Obatnya Rindu
84 Bab 84 Permohonan Aulia
85 Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86 Bab 86 Ngidam
87 Bab 87 Tanda-Tanda
88 Pengumuman Novel Baru Author
89 Bab 89 Nafas Pertama
90 Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91 Bab 91 Ikhlas
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 Pria Menyebalkan
2
Bab 2 Canggung
3
Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4
Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5
Bab 5 Drama yang Menggelikan
6
Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7
Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8
Bab 8 Surat Cinta
9
Bab 9 Pulang ke Jakarta
10
Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11
Bab 11 Ijab Qabul
12
Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13
Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14
Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15
Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16
Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17
Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18
Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19
Bab 19 Pengakuan Zahra
20
Bab 20 Menyebalkan
21
Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22
Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23
Bab 23 Permintaan Ibu
24
Bab 24 Harus semangat!!
25
Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26
Bab 26 Memabukkan
27
Bab 27 Gejolak
28
Bab 28 Sensitif
29
Bab 29 Jogging
30
Bab 30 Berbelanja
31
Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32
Bab 32 Rencana Bulan Madu
33
Bab 33 Permintaan Zahra
34
Bab 34 Pak Edo
35
Bab 35 Dinner
36
Bab 36 Perasaan Pak Edo
37
Bab 37 Kecemburuan Delia
38
Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39
Bab 39 Berangkat Ke Paris
40
Bab 40 Pertama kali ke Paris
41
Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42
Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43
Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44
Bab 44 Akhirnya Delia
45
Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46
Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47
Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48
Bab 48 Kerja Lagi
49
Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50
Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51
Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52
Bab 52 Kegelisahan Gibran
53
Bab 53 Nasehat Ibu
54
Bab 54 Periksa
55
Bab 55 Rindu Yang Mencair
56
Bab 56 Kejujuran Hati
57
Bab 57 Kecurigaan Zahra
58
Bab 58 Cemburu dan Amarah
59
Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60
Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61
Bab 61 Maaf
62
Bab 62 Ujian Hidup
63
Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64
Bab 64 Kebencian Aulia
65
Bab 65 Pak Joni
66
Bab 66 Pengakuan Aulia
67
Bab 67 Alasan Gibran
68
Bab 68 Mimpi
69
Bab 69 Periksa Kandungan
70
Bab 70 Permintaan Gibran
71
Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72
Bab 72 Hari terakhir Kerja
73
Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74
Episode 74 Kepanikan Gibran
75
Bab 75 Kelabilan Delia
76
Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77
Bab 77 Siasat Zahra
78
Bab 78 Usaha Gibran
79
Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80
Bab 80 Kesaksian Zahra
81
Bab 81 Nasehat Ayah
82
Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83
Bab 83 Obatnya Rindu
84
Bab 84 Permohonan Aulia
85
Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86
Bab 86 Ngidam
87
Bab 87 Tanda-Tanda
88
Pengumuman Novel Baru Author
89
Bab 89 Nafas Pertama
90
Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91
Bab 91 Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!