Bab 2 Canggung

Suasana di sebuah masjid di dekat kampus itu nampak ramai, jam menunjukkan waktu dhuhur, seorang pria baru saja keluar dari masjid itu setelah sholat berjamaah bersama disana.

Ia baru saja selesai mengurus data mahasiswa yang harus ia lengkapi untuk program studi magisternya, dia nampak termenung sambil duduk di teras masjid sambil menyandarkan tubuhnya di sebuah tiang masjid. Dia nampak tak semangat, persoalan klasik yang selama seminggu ini berada dalam lingkup hidupnya, dia kadang begitu sebal dan sering menyalahkan dirinya sendiri dan bahkan dia ingin dirinya bisa lenyap seketika di dunia ini. Tapi dia harus bertahan sampai akhirnya ia takkan bisa lagi bergelut dalam dunianya sekarang. Ia tak menyangka bahwa dia akan menjalani cerita hidup yang rumit yang bahkan ia pikir hanya ada dalam cerita novel belaka.

Kini Gibran memilikinya sebagai cerita mustahil yang sangat miris ini dan tak kunjung ia percayai. Namun dia tetap percaya Tuhan Maha Tahu segalanya, dan dia memiliki rencana yang sangat baik dibalik kisah yang dia miliki saat ini.

Beberapa menit kemudian, Gibran hampir saja terlelap sambil menyandar ditiang masjid, suasana masjid yang sejuk nampaknya membuat Gibran ingin menutup mata barang sejenak, namun ponselnya tiba-tiba berdering beberapa kali, ia pun mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum memungut ponselnya yang ada dalam saku bajunya.

Terlihat dalam layar hanphonenya, nama seseorang yang membuat dia langsung tak bergairah untuk mengangkatnya, dia begitu malas untuk menjawab panggilan dari seseorang itu dan dia pun mengabaikannya.

Gibran kembali mengistirahatkan kepalanya di tiang masjid itu dan tak berjarak lama ada dering pesan masuk di ponselnya, ia merogoh lagi saku bajunya dan mengambil ponsel itu. Membuka pesan dari seseorang yang tak ia harapkan pengirimnya. Benar saja, itu dari Delia, wanita yang baru beberapa hari ini ia nikahi. Pesannya cukup mengejutkan dan ia harus menuruti isi pesan itu saat ini. Akhirnya dia pun mengangkat panggilan Delia yang kedua.

Suara Delia masih sama seperti biasa, canggung dan malas, mereka berdua malas untuk bertutur kata seperti ini bahkan bisa dibilang mereka tak mengenal satu sama lain.

Gibran tak punya pilihan untuk menolak permintaan Ibu mertuanya untuk pulang cepat hari ini, dia tak mungkin setega itu untuk menolak permintaan orang tua Delia itu, atau sebut juga Mertuanya.

Sebenarnya Gibran tak ingin melihat siapapun dirumahnya kecuali Delia dan dirinya. Karena dengan begitu mereka bisa saling mengatur dan mengendalikan diri mereka masing-masing tanpa harus bersandiwara didepan semua orang, karena dia tak mau seorang pun yang tau tentang hubungan rumah tangganya dengan Delia. Namun ia kini memilih untuk pulang cepat dan menemui Ibu mertuanya. Karena dia tak senang melihat orang tua manapun yang sedih hanya gara-gara dirinya. Dan Gibran pun beranjak dari duduknya, ia mengambil tas lalu menggendongnya dibelakang, diapun kini menjalankan mobilnya kearah pulang, dia akan pulang hanya karena ingin menemui Ibu mertuanya, bukan karena yang lain

Sesuatu hal sebenarnya selalu saja terjadi saat ia menemuai orang-orang yang tidak tahu-menahu dengan kondisi keluarga kecilnya. Mungkin mereka tau dari luar bahwa Gibran dan Delia adalah sepasang suami istri. Tapi hatinya sendiri menolak hal itu. Entahlah, disebut apa semua ini, sebuah lakon sandiwara. Hanya waktu yang dapat menentukan akan perjalanan rumah tangganya bersama Delia, ia tak banyak berharap, mungkin saja rumah tangganya hanya akan bertahan hingga hari keenam, ketujuh, delapan ? Entahlah.

Ditengah perjalanan, Gibran menemukan bungkusan sebuah souvenir berisi gelas cangkir di hiasi pita kecil di pegangannya.

Gelas itu yang nantinya akan menjadi souvenir untuk pesta resepsi pernikahannya dengan Delia yang sudah Ibu mereka siapkan.

Gibran mendesah pelan sambil melirik pada Gelas kecil itu, seharusnya tak begini nasib gelas kecil yang malang itu.

Pikirannya kini melayang jauh entah kemana, tahu-tahu dia kini sudah memarkirkan mobilnya di garasi rumah pemberian orang tua Gibran, walaupun mereka sebenarnya tak menginginkan rumah ini.

Memasuki rumahnya yang tampak sepi Gibran berjalan pelan, samar-samar dia mendengar suara-suara kecil yang berasal dari dapur. Gibran sudah mengira pasti mertuanya berada disana.

Melihat kedatangan Gibran, Ibu terlihat tersenyum karena senang. Gibran pun menyalami mertuanya itu dengan penuh hormat.

"Delia ada dikamarnya sekarang !"

Ucap mertuanya itu, itu bukan sebuah jawaban yang seharusnya, karena Gibran sama sekali tak menanyakan dimana Delia berada, dia sungguh tak mau tau dimana keberadaan gadis itu.

"Oh, Iya Bu !"

Gibran menjawab seolah-olah dia mencari Delia berada. Mungkin Ibu berpikir seorang suami yang meninggalkan istrinya sedetik saja pasti akan merindu.

Gibran pun melangkah meninggalkan dapur, namun nampaknya dia melihat Delia baru saja keluar dari kamarnya dan menatap dirinya dengan tatapan sinis, Gibran tak memperdulikan tatapnnya itu dia nampak acuh tak acuh.

"Kita harus beraikap sebagaimana mestinya jika didepan Ibu !"

Ucap Delia tanpa menoleh sedikitpun kepada Gibran, lalu diapun berjalan mendahului suaminya itu, sedangkan Gibran hanya bisa terpaku dan tak lama kemudian diapun berjalan mengekor pada gadis membosankan itu.

Di meja makan, sang ibu mertua pun langsung menyuguhkan kue lapis yang dia bikin tadi bersama Delia. Gibran hanya menatap piring dengan kue lapis diatasnya, dia menatap dengan perasaan bersalah yang bercampur aduk dengan rasa sesal. Perasaan bersalah seringkali menjadi penyakitnya saat ini, ia tidak ingin membuat orang lain merasa sedih, namun dia terus saja melakukannya.

"Makanlah, itu buatan Delia loh, khusus buat kamu, kau pasti suka !"

Delia langsung menegang mendengar perkataan ibu, namun dia tak bisa protes sedikit pun karena dia tahu bagaimana dia harus bersikap jika didepan ibu.

Dengan ragu Gibran menyomot satu kue yang tersusun rapi diatas piring itu dan memakannya, dia berharap apapun yang ia makan saat ini tak akan mendatangkan rasa kagum atau pujian, tapi nyatanya lidahnya melakukan kesalahan.

"Enak, lumayan untuk cemilan !"

Gibran berkata dengan seulas senyum, dia tak tau apakah dengan memakan semua kue yang ada di piring itu bisa membuat Ibu percaya bahwa hubungannya dengan Delia baik-baik saja.

"Wah, pastinya dong, Delia memang dari dulu dia itu hobi banget masak, masakan apa saja, pasti Delia bisa, dan rasanya pasti enak, kamu beruntung menjadi suaminya !"

Sungguh rasanya kue lapis itu tiba-tiba menjadi duri yang menusuk ditenggorokan Gibran, mendengar pernyataan ibu, sedangkan Delia langsung menarik tangannya dari atas meja dan memebenamkannya dipangkuannya, nampak Delia khawatir bahwa sandiwara ini akan terus berlangsung dan dia tak tau bagaimana cara untuk menghentikannya.

"Oh iya, sepertinya ibu harus pulang, Ayahmu pasti sudah menunggu !"

Kata ibu penuh semangat, mereka begitu nampak serasi dimata Delia, membuat dia iri karena kisah percintaannya kini penuh dengan sandiwara.

"Bagaimana jika Gibran yang mengantar ibu pulang ?"

Ujar Gibran dengan tulus.

"Tidak usah sayang, temani saja istrimu dirumah, dia pasti sudah merindukanmu !"

Lagi-lagi ibu melontarkan kata-kata yang membuat Delia menegang. Akhirnya ibu pun pulang menaiki sebuah taxy online yang ia pesan tadi dan kelegaan pun kini dirasakan oleh Delia maupun Gibran, karena dengan tidak ada siapapun dirumah kecuali mereka, mereka kini tak perlu bersandiwara lagi, sungguh sandiwara yang melelahkan.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

lama2 begini ngak akan ada kemajuan delia gibran, komunikasi nya ngak bagus banget, sandiwara juga kaku 😅 apa ngak berusaha berteman dulu apa, ngak mungkin tiap hari cemberut gitu 🤦🏻‍♀️

2024-02-22

1

🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat

🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat

meski mungkin dijodohkan kenapa tidak memulai dari awal palingbtidak mengenal satu sama lain dulu, berteman palimg tidak suasananya cair

2024-01-30

2

𝐀⃝🥀 uchie

𝐀⃝🥀 uchie

tak habis pikir ckckkck

2024-01-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pria Menyebalkan
2 Bab 2 Canggung
3 Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4 Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5 Bab 5 Drama yang Menggelikan
6 Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7 Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8 Bab 8 Surat Cinta
9 Bab 9 Pulang ke Jakarta
10 Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11 Bab 11 Ijab Qabul
12 Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13 Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14 Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15 Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16 Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17 Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18 Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19 Bab 19 Pengakuan Zahra
20 Bab 20 Menyebalkan
21 Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22 Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23 Bab 23 Permintaan Ibu
24 Bab 24 Harus semangat!!
25 Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26 Bab 26 Memabukkan
27 Bab 27 Gejolak
28 Bab 28 Sensitif
29 Bab 29 Jogging
30 Bab 30 Berbelanja
31 Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32 Bab 32 Rencana Bulan Madu
33 Bab 33 Permintaan Zahra
34 Bab 34 Pak Edo
35 Bab 35 Dinner
36 Bab 36 Perasaan Pak Edo
37 Bab 37 Kecemburuan Delia
38 Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39 Bab 39 Berangkat Ke Paris
40 Bab 40 Pertama kali ke Paris
41 Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42 Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43 Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44 Bab 44 Akhirnya Delia
45 Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46 Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47 Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48 Bab 48 Kerja Lagi
49 Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50 Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51 Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52 Bab 52 Kegelisahan Gibran
53 Bab 53 Nasehat Ibu
54 Bab 54 Periksa
55 Bab 55 Rindu Yang Mencair
56 Bab 56 Kejujuran Hati
57 Bab 57 Kecurigaan Zahra
58 Bab 58 Cemburu dan Amarah
59 Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60 Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61 Bab 61 Maaf
62 Bab 62 Ujian Hidup
63 Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64 Bab 64 Kebencian Aulia
65 Bab 65 Pak Joni
66 Bab 66 Pengakuan Aulia
67 Bab 67 Alasan Gibran
68 Bab 68 Mimpi
69 Bab 69 Periksa Kandungan
70 Bab 70 Permintaan Gibran
71 Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72 Bab 72 Hari terakhir Kerja
73 Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74 Episode 74 Kepanikan Gibran
75 Bab 75 Kelabilan Delia
76 Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77 Bab 77 Siasat Zahra
78 Bab 78 Usaha Gibran
79 Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80 Bab 80 Kesaksian Zahra
81 Bab 81 Nasehat Ayah
82 Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83 Bab 83 Obatnya Rindu
84 Bab 84 Permohonan Aulia
85 Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86 Bab 86 Ngidam
87 Bab 87 Tanda-Tanda
88 Pengumuman Novel Baru Author
89 Bab 89 Nafas Pertama
90 Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91 Bab 91 Ikhlas
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 Pria Menyebalkan
2
Bab 2 Canggung
3
Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4
Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5
Bab 5 Drama yang Menggelikan
6
Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7
Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8
Bab 8 Surat Cinta
9
Bab 9 Pulang ke Jakarta
10
Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11
Bab 11 Ijab Qabul
12
Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13
Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14
Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15
Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16
Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17
Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18
Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19
Bab 19 Pengakuan Zahra
20
Bab 20 Menyebalkan
21
Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22
Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23
Bab 23 Permintaan Ibu
24
Bab 24 Harus semangat!!
25
Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26
Bab 26 Memabukkan
27
Bab 27 Gejolak
28
Bab 28 Sensitif
29
Bab 29 Jogging
30
Bab 30 Berbelanja
31
Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32
Bab 32 Rencana Bulan Madu
33
Bab 33 Permintaan Zahra
34
Bab 34 Pak Edo
35
Bab 35 Dinner
36
Bab 36 Perasaan Pak Edo
37
Bab 37 Kecemburuan Delia
38
Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39
Bab 39 Berangkat Ke Paris
40
Bab 40 Pertama kali ke Paris
41
Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42
Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43
Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44
Bab 44 Akhirnya Delia
45
Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46
Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47
Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48
Bab 48 Kerja Lagi
49
Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50
Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51
Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52
Bab 52 Kegelisahan Gibran
53
Bab 53 Nasehat Ibu
54
Bab 54 Periksa
55
Bab 55 Rindu Yang Mencair
56
Bab 56 Kejujuran Hati
57
Bab 57 Kecurigaan Zahra
58
Bab 58 Cemburu dan Amarah
59
Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60
Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61
Bab 61 Maaf
62
Bab 62 Ujian Hidup
63
Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64
Bab 64 Kebencian Aulia
65
Bab 65 Pak Joni
66
Bab 66 Pengakuan Aulia
67
Bab 67 Alasan Gibran
68
Bab 68 Mimpi
69
Bab 69 Periksa Kandungan
70
Bab 70 Permintaan Gibran
71
Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72
Bab 72 Hari terakhir Kerja
73
Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74
Episode 74 Kepanikan Gibran
75
Bab 75 Kelabilan Delia
76
Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77
Bab 77 Siasat Zahra
78
Bab 78 Usaha Gibran
79
Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80
Bab 80 Kesaksian Zahra
81
Bab 81 Nasehat Ayah
82
Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83
Bab 83 Obatnya Rindu
84
Bab 84 Permohonan Aulia
85
Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86
Bab 86 Ngidam
87
Bab 87 Tanda-Tanda
88
Pengumuman Novel Baru Author
89
Bab 89 Nafas Pertama
90
Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91
Bab 91 Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!