Delia hanya mondar-mandir dikamarnya dia begitu memikirkan hal apa yang akan terjadi nanti ketika dia harus berkumpul ditengah-tengah keluarga Gibran, Ya Keluarga besar Gibran, berarti dia akan berada diantara banyak orang yang akan memperhatikan tingkahnya dan Gibran, dia akan memainkan sebuah Drama yang melelahkan nantinya. Oh nasib, begini amat ! Pikir Delia dengan murung.
Tak seberapa lama tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar, Delia nampak kaget dan langsung melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya, jam berapa ini ?
Hampir saja dia sudah akan melupakan semmua perkataan dan kalimat-kalimat Gibran kalau saja ketukan pintu itu tak membuyarkan pikirannya. Delia terperanjat dan mencari kerudungnya secara asal untuk dia kenakan lalu membuka pintu kamarnya dengan kasar.
Gibran nampak sudah mengenakan setelan jasnya rambutnya yang disisir rapi nampak membuatnya gagah, Delia hampir saja memandang takjub melihat ketampanan suaminya itu. Ya, dia memang suaminya yang sah secara hukum dan agama, walau secara hati masih belum.
"Jam berapa ini ? Kenapa kamu belum mengganti pakaianmu ?" kata Gibran sedikit membentak membuat Delia langsung terperanjat. Delia sadar sedari tadi dia belum mengganti pakaiannya untuk dikenakan ke acara keluarga Gibran, kemudian dia memperhatikan penampilan Gibran dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu mengalihkan pandangannya ke wajah Gibran, sialnya kenapa hari ini Gibran tampak tampan dan gagah.
"Kenapa ? Kau mengagumi ketampananku ?" Gibran tiba-tiba merubah posisi berdirinya dengan sedikit bergaya hingga membuat Delia tak kuasa menahan tawanya. Gibran yang meliahat Delia tertawa spontan kembali menampakkan wajah dinginnya.
"Ups ! Sepertinya kau tak menyesal datang ke acara itu !"
Kata Delia dengan tatapan menyelidik dan sedikit mencibir.
"Kenapa aku harus menyesal ? Bukankah aku datang bersama istriku, aku akan buktikan siapa yang sebenarnya pecun..."
Belum sempat Gibran menyelesaikan kata-katanya, Delia cepat-cepat menutup kembali pintu kamarnya hingga membuat Gibran terperanjat.
"Hey ! Aku akan menunggumu diteras istriku ! Jangan lupa pakailah pakaian yang cantik !" teriak Gibran dari balik pintu kamar Delia, mendengar itu, Delia menutup kedua telinganya itu, Delia benar-benar merasa muak, bisa-bisanya laki-laki itu bersikap seolah-olah masalah mereka kini ringan. Delia merasa sekujur tubuhnya kini merinding mendengar kata 'istriku' yang diucapkan oleh Gibran barusan, ia tidak berpikir sejauh itu, sungguh ia tidak berpikir akan seperti itu.
Delia kini berjalan ke lemari bajunya dan meneliti setiap lipatan bajunya, dia melihat jubah berwarna dusty dan mengambinya lalu ia kenakan, tak lupa dia ambil kerudung dengan warna senada.
Delia masih ragu keluar dari kamarnya dengan pakaian yang ia kenakan, akhirnya ia kembali kedepan meja rias dan menatap dirinya didepan cermin, ini sungguh tidak lucu, mengapa dia bisa terlempar dalam dunia yang sungguh tak ia mengerti saat ini, pikirnya murung.
Terdengar suara klakson mobil yang dihidupkan berkali-kali dari garasi rumah, sepertinya Pria menyebalkan itu memang sengaja agar Delia tak berlama-lama untuk keluar. Delia kini sebal dan merutuki Gibran. Akhirnya Delia pun keluar kamar, tak lupa ia matikan lampu kamarnya sebelum ia menutup pintu kamarnya.
Setelah Delia keluar dari pintu rumahnya segera ia mengunci pintu itu dan mendapati Gibran yang sudah siap berada di balik kemudi sambil memandang Delia, Delia menyadari hal itu hingga membuatnya kikuk untuk melangkahkan kakinya, ia berjalan seakan bumi ini tak memiliki grafitasi sehingga terasa ringan dan melayang, kalau saja suara klakson mobil tak membuatnya terperanjat, mungkin kini dia sudah melayang ke atas karena saking gugupnya.
Delia pun memasuki mobil duduk disamping Gibran, dan mobilpun melaju dengan kecepatan sedang. Keheningan pun terjadi dalam beberapa saat.
"Kau nampak gugup sepertinya !" kata Gibran membuat Delia terlonjak kaget saat semua keheningan didalam mobil bisa teratasi oleh suara Gibran yang terdengar mengerikan di pendengaran Delia itu.
"Ap...apa ? Memangnya kenapa aku harus bersikap seperti itu ?" elak Delia melawan, namun Gibran tak perlu mengetahui apa yang Delia rasakan saat ini, Delia mendengar tawa Gibran yang terkesan meremehkan terhadap Delia, sungguh itu sangat menyebalkan bagi Delia.
"Apa semua wanita itu sepertimu ? Aku baru mempunyai hubungan dengan seorang wanita seperti mu, atau jangan-jangan kau masih memikirkan perkataanku tadi sore ?"
"Tidak ada yang aku pikirkan, kau tak perlu khawatir akan hal itu, karena kita sama-sama memiliki sebuah perjanjian dan kita akan selalu menjalani perjanjian itu seperti biasa !" ucap Delia, lebih santai dan tak menampakkan kegugupannya.
"Siapa tau suatu saat kita akan melanggar perjanjian itu !"
Gibran pun terkekeh saat mengetahui mata Delia kini membesar karna mendengar hal itu dari Gibran. Ini hal lucu yang baru pertama kali ia alami saat bersama gadis itu. Ini adalah hari ke tujuh dari pernikahannya dengan Delia.
"Kau memang mudah dipengaruhi dengan kata-kata !" ucap Gibran kemudian dan Delia hanya diam tak berani menyuarakan pikirannya, mungkin Delia pikir diam adalah senjata yang ampuh untuk saat ini, dia tak ingin Gibran barmain-main dengannya. Akhirnya suasana dalam mobilpun kembali hening hingga mobil mereka memasuki sebuah halaman yang cukup luas dari sebuah rumah yang sangat besar itu.
Kedatangan mereka memang sangat ditunggu-tunggu oleh semua anggota keluarga, namun kini yang menyambut kedatangan mereka adalah Ibu Gibran dan adik Gibran yaitu Kalina, mereka begitu antusias melihat kedatangan Delia hingga lupa bahwa Delia datang bersama Gibran, nyaris mereka tak melihat ke arah Gibran membuat Gibran hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
Kedua wanita itu langsung menyeret tangan Delia.
"Selamat datang sayang !" ucap Ibu mertua Delia itu, sedangkan Kalina begitu terlihat ceria membuat Delia benar-benar merasa sungkan dan tak enak hati dan rasa bersalah merajai hatinya, kenapa keluarga Gibran begitu menyayanginya seperti ini, padahal dia hanyalah menantu yang sangat buruk.
"Kakak Ipar, bagaimana kabarmu, apa Kak Gibran memperlakukanmu dengan baik ?"
Delia hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari gadis berusia sembilan belas tahun yang lincah itu.
Gibran yang mendengar adiknya bertanya hal itu hanya bisa mencebikkan bibirnya dari belakan ketiga wanita itu.
"Oh iya, Delia sayang tunggu sebentar ya disini, Gibran kau temani dulu istrimu disini !"
"Kemana semua Tante-tante Bu ?"
"Oh mereka akan Ibu panggil, tunggu sebentar ya !" dengan segera Ibu dan juga Kalina meninggalkan Delia dan Gibran di ruang keluarga. Keheningan terjadi lagi, namun kali ini Delia memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu terlebih dahulu.
"Aku tak yakin dia Ibumu, karena seperti yang aku tau, dia begitu baik dan sangat ramah, sedangkan kau... Hmm sangat buruk !" ucap Delia begitu pedas terdengar.
Gibran hanya terkekeh mendengar ucapan Delia itu.
"Kau wanita aneh, kau begitu senang mendapatkan kasih sayang dari Ibuku, tapi kau tak senang kepada anaknya, bukankah itu yang namanya pecundang ?"
Kata-kata Gibran tak kalah pedas.
"Apa kau bilang ? Jangan kau pakai kata-kata ku !"
Pertengkaran mereka hampir saja terjadi disana kalau saja Kalina tidak muncul sambil mengernyitkan dahinya karena kaget mendapati kedua kakaknya seperti sedang berdebat. Akhirnya Gibran langsung merangkul pinggul Delia untuk menutupi apa yang terjadi, hingga membuat Delia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya pasrah karena sama halnya dengan Gibran ia juga berusaha menutupi apa yang terjadi sebenarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
pandai drama si gibran, tercabar aja dia dgn kata pencundang sampai diulang kata delia 🤣🤭
2024-02-23
1
JW🦅MA
lelucon ya aneh bin ajaib
2024-02-22
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
maen sandiwara terus ya capek, harus menperlihatkan kegembiraan atas pernikahan yang telah dijalani, padahal.semuanya hanya semu
2024-01-30
2