Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung

Delia kini merasa lega, tugas menjaga rahasia bersama Gibran kini sudah selesai untuk saat ini, setidaknya sang Ibu tidak curiga sedikit pun dengan kondisi rumah tangganya yang benar-benar buruk ini.

Tapi pikirannya kini seakan masih bergelayut di pertanyaan-pertanyaan dan nasihat-nasihat dari ibunya tadi.

Ia berjalan terus sampai ke pintu kamarnya yang masih tertutup, lalu langkah kakinya berhenti.

"Sampai kapan sandiwara ini akan berakhir ?" gumamnya.

Gibran yang mendengar gumaman dari Delia pun menghentikan langkahnya yang akan pergi kekamarnya yang berseberangan dengan kamar Delia. Ya, mereka memang tidak seranjang dan tak sekamar, mereka bak pasangan yang sedang pisah ranjang.

"Sampai orang tua kita yang memutuskannya." Ujar Gibran dari balik punggung Delia.

Delia menarik napasnya dengan berat, rasanya ia ingin melabrak Gibran kalau saja menjawab dengan jawaban seperti itu, mungkin seharusnya Gibran yang harus bertindak, semua ini ada ditangannya, agar sandiwara ini tidak berlanjut terlalu jauh.

"Dasar, kau hanya bisa berargumen seperti itu !" Delia membalikkan tubuhnya menghadap ke Gibran.

Gibran pun memutar tubuhnya dengan malas menghadap pada Delia.

"Memangnya kamu pikir aku mau menikahi gadis seperti mu, kasar dan menyebalkan !"

"Kau bilang apa ? Aku juga tidak sudi menikah dengan laki-laki sepertimu, dingin dan tak tau perasaan wanita, kalaupun aku harus pergi dari rumah ini, aku rela, sekarang juga aku akan angkat kaki dari rumah ini. Tapi seperti katamu kita harus menjaga perasaan kedua orang tua kita. Apa kau masih ingat dengan kata-katamu yang bijak itu kan, Tuan Gibran yang menyebalkan ?"

Delia menatap Gibran dengan tatapan sinis yang mematikan, namun Gibran seakan tak gentar menatap kearah Delia.

"Tentu saja aku ingat, dan aku tidak akan mengingkari semua kata-kata aku itu, semua sandiwara ini akan terus berlanjut hingga kau bisa membujuk kedua orang tua kita untuk memutuskanya !"

"Kau bilang apa ? Kenapa harus aku yang membujuk orang tua kita ?"

"Iya karena sumua ini adalah salahmu ?"

"Kenapa harus salahku ? Kau yang pertama kali datang bersama keluargamu untuk melamarku waktu itu !"

Gibran terkekeh mendengar perkataan Delia.

"Itu semua kulakukan demi keluargaku, jika bukan karena keluargaku, aku tak sudi menikahimu !"

"Aku pun juga sama, aku menerima lamaran keluargamu bukan semata-mata aku mencintaimu, namun kulakukan demi keluargaku, siapa juga yang sudi dinikahi oleh pria dingin menyebalkan sepertimu !"

Gibran pun enyah dari hadapan Delia dan membanting pintu kamarnya dengan keras, hingga membuat Delia terlonjak kaget.

"Dia itu memang bukan manusia, sssshhh, selalu menyebalkan." rutuk Delia dengan sangat kesal. Delia pun kini masuk kedalam kamarnya dengan membanting pula pintu kamarnya, dan menjatuhkan tubuhnya dengan kasar diatas ranjang.

"Kenapa aku harus menikah dengan pria seperti dia ?" gumam Delia, setetes air matanya pun mengalir. Jika saja dulu dia bisa menolak perjodohan dengan Gibran, mungkin saat ini dia bisa bahagia dan menjadi wanita bebas tanpa harus merasa menjadi orang lain dengan bersandiwara didepan semua orang. Ini sungguh tak adil bagi Delia.

Sedangkan Gibran dia membenamkan mukanya pada bantal, sesekali dia menarik napas untuk menghilangkan pikiran-pikiran rumitnya, tanpa disadari, Gibran sudah terlalu jauh berpikir tentang kehidupannya yang kacau begitu saja dan dia tidak tau harus berbuat apa selanjutnya, dia sudah pasrah. Dia tak tau akan berbuat apa pada hidupnya nanti, ia tak bisa mengambil keputusan, karena selama bersama Delia dia tak pernah merasakan getaran-getaran kecil dihatinya. Terasa aneh dan sepele, hanya karena ingin melihat orang tuanya bahagia dia harus menerima untuk dinikahkan denga Delia yang tak pernah dia kenal, bahkan asal-usulnya pun dia tak tahu menahu tentang gadis itu, entahlah Gibran masih tak mau mencari tahu tentang gadis itu, yang dia tahu Delia dulu pernah nyantri di daerah Padang, hanya itu saja dan Gibran tidak perduli lagi selebihnya.

Gibran menarik napasnya dalam-dalam lagi, dulu waktu dia mondok, seorang ustandznya akan menjodohkannya dengan seorang santriwati disana, namun bodohnya dia tak mau, mungkin ini salahnya, seandainya saja dia mau, mungkin dia tak akan bertemu dengan Delia, dan menikahi Delia.

Namun dunia ini memang penuh dengan teka-teki, orang pun juga akan salah memecahkan sebuah misteri itu, apakah dia akan menggantungkannya dengan waktu, tapi waktupun kadang tak pernah bisa mengubah keadaan.

Dia harus bisa membujuk kedua orang tuanya untuk menyetujui perpisahannya dengan Delia, sebelum resepsi pernikahan itu terjadi. Tapi mungkin saat itu dia pasti akan menjadi seorang anak yang tak dianggap oleh orang tuanya, bahkan dia masih ingat kata-kata ayahnya waktu itu saat melamar Delia. Jika dia menolak untuk dinikahkan dengan Delia, maka dia akan menjadi anak durhaka, pendosa dan yang pasti tidak akan dianggap. Itu ancaman atau doa ? Pikirnya murung.

Meskipun Gibran kini pusing memikirkan dunianya, setidaknya dia masih bisa menutup matanya dan mengistirahatkan otaknya itu untuk hari ini, ini sungguh hari yang sulit yang dirasakan oleh Gibran, Gibran menjalaninya seakan tertatih dan merangkak saking beratnya beban hidup yang ia rasakan. Gibran meraih bantal disampingnya dan membekap mukanya lalu berteriak sekencang-kencangnya. Dia tak sadar kini dia melakukan hal rewel yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia sudah tak kuat memikirkan hidupnya, ditambah dengan Delia.

Namun Hal yang sudah biasa beberapa hari ini saat mereka sedang berdebat, mereka akan berdiam diri dalam kamar masing-masing dengan waktu yang tak bisa ditentukan dan bisa ditebak, mungkin tiga jam, lima jam atau seharian. Mereka akan keluar kamar jika mereka akan makan dan kekamar mandi. Tapi seperti biasa, Gibran yang tak pernah tahan jika harus berlama-lama diam, dia pasti tetap membutuhkan Delia untuk menyiapkan makanan, karena dia tak pandai bekerja didapur, jadi ketika dia hendak makan dia harus bisa membujuk Delia agar mau menyiapkan makanan untuknya, sedangkan Delia sendiri dia pun kadang merasa tak tega membiarkan anak orang harus merasa kelaparan dirumahnya sendiri. Jadi walaupun mereka kadang sering bertengkar, mereka akan berusaha membujuk satu sama lain jika mereka sedang butuh sesuatu.

Delia kini bangkit dari rebahannya, dia baru ingat bahwa dia belum menanak nasi, jadi dia harus segera menanak nasi dan masak seadanya yang ada didalam kulkas, agar Gibran tak perlu membangunkannya nanti ketika dia sedang tidur, karena rencananya dia akan tidur dalam waktu yang cukup lama. Ceritanya dia akan berhibernasi gitu, dia berharap ketika dia terbangun nanti pikirannya akan menjadi fress kembali dan akan lanjut beraktifitas, karena dengan banyak beraktifitas dia bisa melupakan segala masalah yang ada di hidupnya kini.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

masing2 ego tinggi ngak mau ngalah, bertengkar mulu gimana mau selesai, bicara baik2 mulai dari berteman kek, nie awalnya aja udah musuhan 🤭 tp mungkin juga lama2 bakal terbiasa dan saling dekat dua2 nya butuh waktu ya.

2024-02-22

2

@🦄♔🤎sͥa͜sͣaͫ ²❀∂я🆄ᶰᶦᵠ᭄࿐

@🦄♔🤎sͥa͜sͣaͫ ²❀∂я🆄ᶰᶦᵠ᭄࿐

semangat kak

2024-01-31

1

🎀🤎⃟ ♔↬sᷠ͜aⷷs̰ᷠa̰ᷛ↫❀∂я

🎀🤎⃟ ♔↬sᷠ͜aⷷs̰ᷠa̰ᷛ↫❀∂я

semangat terus thor

2024-01-31

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pria Menyebalkan
2 Bab 2 Canggung
3 Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4 Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5 Bab 5 Drama yang Menggelikan
6 Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7 Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8 Bab 8 Surat Cinta
9 Bab 9 Pulang ke Jakarta
10 Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11 Bab 11 Ijab Qabul
12 Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13 Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14 Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15 Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16 Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17 Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18 Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19 Bab 19 Pengakuan Zahra
20 Bab 20 Menyebalkan
21 Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22 Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23 Bab 23 Permintaan Ibu
24 Bab 24 Harus semangat!!
25 Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26 Bab 26 Memabukkan
27 Bab 27 Gejolak
28 Bab 28 Sensitif
29 Bab 29 Jogging
30 Bab 30 Berbelanja
31 Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32 Bab 32 Rencana Bulan Madu
33 Bab 33 Permintaan Zahra
34 Bab 34 Pak Edo
35 Bab 35 Dinner
36 Bab 36 Perasaan Pak Edo
37 Bab 37 Kecemburuan Delia
38 Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39 Bab 39 Berangkat Ke Paris
40 Bab 40 Pertama kali ke Paris
41 Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42 Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43 Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44 Bab 44 Akhirnya Delia
45 Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46 Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47 Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48 Bab 48 Kerja Lagi
49 Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50 Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51 Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52 Bab 52 Kegelisahan Gibran
53 Bab 53 Nasehat Ibu
54 Bab 54 Periksa
55 Bab 55 Rindu Yang Mencair
56 Bab 56 Kejujuran Hati
57 Bab 57 Kecurigaan Zahra
58 Bab 58 Cemburu dan Amarah
59 Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60 Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61 Bab 61 Maaf
62 Bab 62 Ujian Hidup
63 Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64 Bab 64 Kebencian Aulia
65 Bab 65 Pak Joni
66 Bab 66 Pengakuan Aulia
67 Bab 67 Alasan Gibran
68 Bab 68 Mimpi
69 Bab 69 Periksa Kandungan
70 Bab 70 Permintaan Gibran
71 Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72 Bab 72 Hari terakhir Kerja
73 Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74 Episode 74 Kepanikan Gibran
75 Bab 75 Kelabilan Delia
76 Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77 Bab 77 Siasat Zahra
78 Bab 78 Usaha Gibran
79 Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80 Bab 80 Kesaksian Zahra
81 Bab 81 Nasehat Ayah
82 Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83 Bab 83 Obatnya Rindu
84 Bab 84 Permohonan Aulia
85 Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86 Bab 86 Ngidam
87 Bab 87 Tanda-Tanda
88 Pengumuman Novel Baru Author
89 Bab 89 Nafas Pertama
90 Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91 Bab 91 Ikhlas
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 Pria Menyebalkan
2
Bab 2 Canggung
3
Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4
Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5
Bab 5 Drama yang Menggelikan
6
Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7
Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8
Bab 8 Surat Cinta
9
Bab 9 Pulang ke Jakarta
10
Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11
Bab 11 Ijab Qabul
12
Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13
Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14
Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15
Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16
Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17
Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18
Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19
Bab 19 Pengakuan Zahra
20
Bab 20 Menyebalkan
21
Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22
Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23
Bab 23 Permintaan Ibu
24
Bab 24 Harus semangat!!
25
Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26
Bab 26 Memabukkan
27
Bab 27 Gejolak
28
Bab 28 Sensitif
29
Bab 29 Jogging
30
Bab 30 Berbelanja
31
Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32
Bab 32 Rencana Bulan Madu
33
Bab 33 Permintaan Zahra
34
Bab 34 Pak Edo
35
Bab 35 Dinner
36
Bab 36 Perasaan Pak Edo
37
Bab 37 Kecemburuan Delia
38
Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39
Bab 39 Berangkat Ke Paris
40
Bab 40 Pertama kali ke Paris
41
Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42
Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43
Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44
Bab 44 Akhirnya Delia
45
Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46
Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47
Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48
Bab 48 Kerja Lagi
49
Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50
Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51
Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52
Bab 52 Kegelisahan Gibran
53
Bab 53 Nasehat Ibu
54
Bab 54 Periksa
55
Bab 55 Rindu Yang Mencair
56
Bab 56 Kejujuran Hati
57
Bab 57 Kecurigaan Zahra
58
Bab 58 Cemburu dan Amarah
59
Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60
Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61
Bab 61 Maaf
62
Bab 62 Ujian Hidup
63
Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64
Bab 64 Kebencian Aulia
65
Bab 65 Pak Joni
66
Bab 66 Pengakuan Aulia
67
Bab 67 Alasan Gibran
68
Bab 68 Mimpi
69
Bab 69 Periksa Kandungan
70
Bab 70 Permintaan Gibran
71
Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72
Bab 72 Hari terakhir Kerja
73
Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74
Episode 74 Kepanikan Gibran
75
Bab 75 Kelabilan Delia
76
Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77
Bab 77 Siasat Zahra
78
Bab 78 Usaha Gibran
79
Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80
Bab 80 Kesaksian Zahra
81
Bab 81 Nasehat Ayah
82
Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83
Bab 83 Obatnya Rindu
84
Bab 84 Permohonan Aulia
85
Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86
Bab 86 Ngidam
87
Bab 87 Tanda-Tanda
88
Pengumuman Novel Baru Author
89
Bab 89 Nafas Pertama
90
Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91
Bab 91 Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!