Bab 4 Siapa yang Pecundang ?

Gibran mengerjap-ngerjapkan matanya setelah dering ponsel mengganggu tidurnya, dia baru sadar bahwa dia sudah tertidur dua jam setelah pertengkarannya dengan Delia tadi, mengingat gadis itu betapa Gibran sangat malas dan tak bergairah. Ia mengambil ponselnya dan melihat dilayar telphonenya dan melihat nama Ibu yang ternyata menelphonenya.

"Assalamualaikum sayang !"

Suara riang Ibu terdengar begitu nyaring ditelinga Gibran, mengapa akhir-akhir ini ketika Ibu terlihat bahagia, justru kebalikan yang Gibran rasakan.

"Walikum salam Ibu !"

Gibran menjawab biasa dan sedikit malas, efek bangun dari tidur yang terganggu.

"Istrimu mana ? Apa kalian sedang bersama saat ini ?"

"Oh, itu, dia-dia sedang... Di dapur sekarang !"

Gibran sedikit terbata-bata menjawab pertanyaan yang sangat sederhana itu. Seharusnya ia menjawab 'Aku tidak tau dan tidak mau tau' namun Gibran tak punya rasa nyali mengatakan hal itu pada ibunya.

"Ya sudah Gibran, Ibu hanya akan menyampaikan kepada kalian bahwa nanti malam Tante Riska, Tante Eli dan Om Farhan akan berkunjung kerumah bersama keluarga mereka, mereka ingin mengadakan makan malam dirumah sekalian ingin kenal sama istrimu, jadi nanti malam jam tujuh, kalian harus datang kesini, dan ingat jangan sampai terlambat !"

Bagai akan ada bencana besar yang dirasakan Gibran saat ini, sungguh dia merasa gelisah dan rasanya tak ingin datang. Tante Riska dan Om Farhan adalah saudara dari Ibu Gibran, sedangkan Tante Eli adalah saudara dari Ayah Gibran, jadi Gibran sudah bisa menduga, akan seperti apa nanti ketika dia dan Delia berada ditengah-tengah keluarga besarnya.

"Apa ? Kenapa harus ada acara-acara seperti itu sih, Gibran banyak kerjaan Bu, sepertinya kami tidak bisa hadir nanti malam."

Terdengar suara dengusan kesal dari balik telephon.

"Apa saat ini kau sedang mabuk, hingga tak akan hadir diacara keluarga besar ? Kami ingin berkumpul bersama kalian, pokoknya kalian harus hadir, titik."

Ini apa lagi, tadi ibu mertuanya, sekarang ibunya sendiri. Kenapa urusan anak muda kalian ikut-ikut sih ! Omel Gibran dalam hati.

"Terserah Ibu, yang jelas Gibran gak janji untuk datang." Gibran masih berusaha menolak untuk datang, dia benar-benar tak bisa jika harus bersandiwara lagi.

"Apa kau tega sama Tante-tante mu yang sudah rela menyisakan waktu hanya untuk datang kemari ingin bertemu dengan kalian ?"

Gibran menarik nafas berat.

"Aku tetap tidak bisa Bu, jika Ibu perlu Delia untuk hadir, Ibu bisa jemput Delia nanti malam."

Gibran tau, ibunya pasti tidak akan semudah itu membiarkan dirinya absen diacara keluarga mereka, suara seruan kesal dari Ibu mengisi pembicaraan telephon saat itu.

"Kalau kalian tidak bisa datang kemari, baiklah, kami yang akan mengunjungimu datang kerumahmu, titik."

Mendengar mereka akan mengunjunginya kemari terdengar lebih mengerikan ketimbang dia harus datang bersama Delia kerumah Ibunya. Sampai akhirnya saat keduanya sudah lelah berdebat, pemenangnya sudah bisa ditebak, yaitu Ibu Gibran. Gibran sudah tahu bagaimana ibunya memintanya melakukan sesuatu yang membuatnya enggan untuk melakukannya, ia memejamkan matanya beberapa kali , kebingungan memenuhi benaknya saat ini, bagaimanapun dia tak ingin hubungannya bersama Delia terungkap begitu saja.

Akhirnya Gibran memutuskan untuk menemui Delia saat ini yang sedang berada dikamarnya, dia berjalan sedikit ragu untuk melangkahkan kakinya kekamar gadis menyebalkan itu, dia berdiri cukup lama didepan pintu kamar Delia. Namun dia tetap harus mengetuk pintu kamar gadis itu.

Cukup lama Gibran mengetuk pintu itu, namun masih belum terbuka. Dan ketukan yang ke lima, akhirnya pintu itupun dibuka oleh seseorang yang sudah Gibran duga, dengan wajah malas dan sedikit memejamkan mata, nampaknya Delia baru saja terganggu tidurnya, dia hanya memasang tampang bertanya pada Gibran namun Gibran seakan bingung harus memulai darimana.

"Jika mau makan, aku sudah siapkan dimeja makan, jadi jangan ganggu aku, aku sungguh sangat lelah saat ini !"

Ucap Delia akhirnya, dia begitu tak bersemangat meladeni Gibran, diapun hendak beranjak dan akan menutup pintu kamarnya lagi, namun tangan Gibran buru-buru menahan pintu itu agar tak tertutup, membuat Delia benar-benar kaget, sebenarnya apa yang Gibran inginkan darinya.

"Apa lagi ?" nampak kesal raut wajah Delia.

"E.. Sebelumnya terimakasih sudah menyiapkan makanan untuk ku !"

Ucap Gibran nampak mencoba sabar menghadapi Delia, walau wajahnya masih tetap dingin.

"Ibu meminta kita untuk menghadiri acara keluarga besar malam ini dirumah !"

"Acara keluarga apa maksudnya ?"

"Acara makan malam keluarga, seluruh anggota keluargaku datang malam ini, mereka ingin mengenalmu !"

Terdengar sangat mengerikan bagi Delia, mendengar hal itu.

"Apa ? Kenapa kau tak menolaknya !"

Terdengar nada gusar dari Delia.

"Aku sudah menolaknya, tapi ibu memaksa."

Gibran tak kalah kesal, dia juga tidak mau menghadiri acara itu.

"Kurasa kau yang tak pandai untuk menolaknya, dan akhirnya kita berdua harus menghadiri acara itu !"

"Kau tau sendiri kan, bagaimana orang tua kita, kita tidak bisa memutuskan apa-apa, apa kau tak memikirkan hal itu ?"

Mendengar itu Delia menatap tajam kearah Gibran.

"Apa kau juga berpikir tentang hal itu ? Kau bukanlah orang yang cerdas untuk memikirkan hal itu, kau..." Delia menghentikan kata-katanya sejenak lalu menatap Gibran dengan tatapan sinis.

"Kau hanya PECUNDANG !"

Penekanan pada kata "Pecundang" membuat Gibran merasa "Tersanjung" karena baru kali ini ada wanita yang mengatainya dengan sebutan murahan itu.

Lantas Gibran pun menatapnya tajam dan menarik sebelah tangan Delia lalu mencengkramnya dengan kuat.

"Dengar ! Aku akan menantangmu, siapa yang sebenarnya pecundang, kau atau aku, aku akan buktikan bahwa kau akan jatuh pada laki-laki yang kau sebut PECUNDANG ini !" Gibran pun menghempaskan tangan Delia dengan kasar lalu pergi dari hadapan gadis itu.

Delia bisa merasakan tangannya nyeri akibat cengkraman itu, ia sempat meringis kesakitan, tapi Delia begitu memikirkan kata-kata Gibran barusan dan kata-kata terakhir yang melekat dibenaknya.

Delia merasa takut sendiri, dia tidak tau apakah perkataan Gibran itu serius atau tidak. Yang jelas dia tidak memikirkan sejauh itu, Delia nampak khawatir sekarang, bisa saja Gibran hanya main-main dengan perkataannya.

Delia pergi ke dapur dan mengambil air putih satu gelas, Delia meminum air itu dengan satu tegukan, ia menjatuhkan diri dikursi meja makan. Pikirannya kembali aneh, atau mungkin dia masih memikirkan perkataan Gibran. Delia menatap gelas kosong itu dengan tatapan kosong, meskipun ia tahu banyak sekali masalah yang harus ia keluarkan dipikirannya, ditambah lagi acara makan malam dengan keluarga besar Gibran, itu sungguh memusingkan bagi Delia. Kalaupun dia tak menemukan solusi yang baik setidaknya ia tidak menjadi orang linglung seperti ini.

Delia sadar kalau dia terus memikirkan semua perkataan Gibran, dia pasti akan diliputi kekhawatiran dan ia tak bisa menjalani kehidupan secara normal.

"Laki-laki itu hanya bercanda, Ya ! Mana mungkin dia akan serius dengan perkataannya. Ah ! Aku harus cepat-cepat enyahkan pikiran khawatir ini, aku tak mau kalimat Gibran tadi menjadi hantu dipikiran aku !"

Ujar Delia pada diri sendiri, lalu cepat-cepat dia berlalu kekamarnya, sebelum ia membuka pintu kamarnya, ia perhatikan pintu kamar Gibran yang nampak tertutup itu, dan seketika tubuh Delia menjadi merinding sendiri, cepat-cepat Delia masuk ke kamarnya lalu menutup pintu kamarnya dengan kasar.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

maklum lagi laper,

2024-02-01

1

dih, gak guna😲😮‍💨

2024-02-01

1

wa'alaikumsalam

2024-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pria Menyebalkan
2 Bab 2 Canggung
3 Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4 Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5 Bab 5 Drama yang Menggelikan
6 Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7 Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8 Bab 8 Surat Cinta
9 Bab 9 Pulang ke Jakarta
10 Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11 Bab 11 Ijab Qabul
12 Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13 Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14 Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15 Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16 Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17 Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18 Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19 Bab 19 Pengakuan Zahra
20 Bab 20 Menyebalkan
21 Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22 Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23 Bab 23 Permintaan Ibu
24 Bab 24 Harus semangat!!
25 Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26 Bab 26 Memabukkan
27 Bab 27 Gejolak
28 Bab 28 Sensitif
29 Bab 29 Jogging
30 Bab 30 Berbelanja
31 Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32 Bab 32 Rencana Bulan Madu
33 Bab 33 Permintaan Zahra
34 Bab 34 Pak Edo
35 Bab 35 Dinner
36 Bab 36 Perasaan Pak Edo
37 Bab 37 Kecemburuan Delia
38 Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39 Bab 39 Berangkat Ke Paris
40 Bab 40 Pertama kali ke Paris
41 Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42 Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43 Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44 Bab 44 Akhirnya Delia
45 Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46 Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47 Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48 Bab 48 Kerja Lagi
49 Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50 Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51 Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52 Bab 52 Kegelisahan Gibran
53 Bab 53 Nasehat Ibu
54 Bab 54 Periksa
55 Bab 55 Rindu Yang Mencair
56 Bab 56 Kejujuran Hati
57 Bab 57 Kecurigaan Zahra
58 Bab 58 Cemburu dan Amarah
59 Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60 Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61 Bab 61 Maaf
62 Bab 62 Ujian Hidup
63 Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64 Bab 64 Kebencian Aulia
65 Bab 65 Pak Joni
66 Bab 66 Pengakuan Aulia
67 Bab 67 Alasan Gibran
68 Bab 68 Mimpi
69 Bab 69 Periksa Kandungan
70 Bab 70 Permintaan Gibran
71 Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72 Bab 72 Hari terakhir Kerja
73 Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74 Episode 74 Kepanikan Gibran
75 Bab 75 Kelabilan Delia
76 Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77 Bab 77 Siasat Zahra
78 Bab 78 Usaha Gibran
79 Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80 Bab 80 Kesaksian Zahra
81 Bab 81 Nasehat Ayah
82 Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83 Bab 83 Obatnya Rindu
84 Bab 84 Permohonan Aulia
85 Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86 Bab 86 Ngidam
87 Bab 87 Tanda-Tanda
88 Pengumuman Novel Baru Author
89 Bab 89 Nafas Pertama
90 Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91 Bab 91 Ikhlas
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 Pria Menyebalkan
2
Bab 2 Canggung
3
Bab 3 Pertengkaran yang tak Berujung
4
Bab 4 Siapa yang Pecundang ?
5
Bab 5 Drama yang Menggelikan
6
Bab 6 Drama yang Menggelikan 2
7
Bab 7 Acara Keluarga yang Melelahkan
8
Bab 8 Surat Cinta
9
Bab 9 Pulang ke Jakarta
10
Bab 10 Pertemuan Dua Keluarga
11
Bab 11 Ijab Qabul
12
Bab 12 Perjanjian Gibran dan Delia
13
Bab 13 Bersama Keluarga Baru
14
Bab 14 Kejadian dikamar Mandi
15
Bab 15 Rumah Baru untuk Pengantin Baru
16
Bab 16 Perubahan Sikap Gibran
17
Bab 17 Tawaran Pekerjaan untuk Delia
18
Bab 18 Hari Pertama Bekerja
19
Bab 19 Pengakuan Zahra
20
Bab 20 Menyebalkan
21
Bab 21 Apakah Kamu Cemburu?
22
Bab 22 Akting yang Menyenangkan
23
Bab 23 Permintaan Ibu
24
Bab 24 Harus semangat!!
25
Bab 25 Ini sungguh Pertama Kalinya.
26
Bab 26 Memabukkan
27
Bab 27 Gejolak
28
Bab 28 Sensitif
29
Bab 29 Jogging
30
Bab 30 Berbelanja
31
Bab 31 Kedatangan Keluarga yang tak terduga
32
Bab 32 Rencana Bulan Madu
33
Bab 33 Permintaan Zahra
34
Bab 34 Pak Edo
35
Bab 35 Dinner
36
Bab 36 Perasaan Pak Edo
37
Bab 37 Kecemburuan Delia
38
Bab 38 Setelah Pertengkaran itu
39
Bab 39 Berangkat Ke Paris
40
Bab 40 Pertama kali ke Paris
41
Bab 41 Menjadi Tour Guide untuk Delia
42
Bab 42 Mengunjungi Tuan Adelard
43
Bab 43 Ada apa dengan Delia?
44
Bab 44 Akhirnya Delia
45
Bab 45 Tuan dan Nyonya yang baik hati
46
Bab 46 Perpisahan memang bikin Sedih
47
Bab 47 Kejutan Dari Keluarga
48
Bab 48 Kerja Lagi
49
Bab 49 Surat Cinta Pak Edo
50
Bab 50 Pertemuan Tak Terduga
51
Bab 51 Wanita Dari Masa Lalu
52
Bab 52 Kegelisahan Gibran
53
Bab 53 Nasehat Ibu
54
Bab 54 Periksa
55
Bab 55 Rindu Yang Mencair
56
Bab 56 Kejujuran Hati
57
Bab 57 Kecurigaan Zahra
58
Bab 58 Cemburu dan Amarah
59
Bab 59 Sandiwara di rumah Ibu
60
Bab 60 Merayu Wanita Hamil
61
Bab 61 Maaf
62
Bab 62 Ujian Hidup
63
Bab 63 Hadiah untuk Dimas
64
Bab 64 Kebencian Aulia
65
Bab 65 Pak Joni
66
Bab 66 Pengakuan Aulia
67
Bab 67 Alasan Gibran
68
Bab 68 Mimpi
69
Bab 69 Periksa Kandungan
70
Bab 70 Permintaan Gibran
71
Bab 71 Kebetulan yang mengejutkan
72
Bab 72 Hari terakhir Kerja
73
Bab 73 Sebuah Fakta Terungkap
74
Episode 74 Kepanikan Gibran
75
Bab 75 Kelabilan Delia
76
Bab 76 Delia Ingin Bercerai
77
Bab 77 Siasat Zahra
78
Bab 78 Usaha Gibran
79
Bab 79 Kerasnya Hati Delia
80
Bab 80 Kesaksian Zahra
81
Bab 81 Nasehat Ayah
82
Bab 82 Kebimbangan Hati Delia
83
Bab 83 Obatnya Rindu
84
Bab 84 Permohonan Aulia
85
Bab 85 Ungkapan Hati Joni
86
Bab 86 Ngidam
87
Bab 87 Tanda-Tanda
88
Pengumuman Novel Baru Author
89
Bab 89 Nafas Pertama
90
Bab 90 Kehebohan Baby Fatimah
91
Bab 91 Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!