Di Simpang Jalan
Hari ini hari yang sangat menegangkan bagi Kia. Yaitu hari pembukaan Restoran cabang baru milik Kia. Banyak orang-orang yang penting bagi Kia berhadir di tempat itu, sosok suami tercintanya bersama putrinya semata wayangnya saat ini berdiri di sampingnya. Ini saat menegangkan bagi Kia. Kia memegang gunting yang berhiaskan pita.
Setelah pemuka agama selesai membaca do'a, Kia melapazkan kalimat bismillah, harapannya semoga usahanya membawa berkah bagi banyak orang dan juga baginya sekeluarga. Setelah pita Kia gunting, semua yang berhadir memanjatkan syukur dan memberi doa semoga usaha Kia sukses.
Tempat itu tidak hanya dipenuhi orang-orang namun juga terlihat banyak hadiah, dari bermacam kue, ucapan selamt atas usaha baru Kia, bahkan terlihat banyak bucket bunga.
"Maaf ya Kak ... aku baru datang."
Ucapan seorang wanita muda yang berusia 24 tahun itu menyita perhatian banyak tamu undangan, sebagian tamu menatap sinis pada wanita muda yang menyandang status sebagai janda satu anak itu.
"Nggak apa-apa Likha, terima kasih sudah datang ya," sambut Kia.
Sebagian besar yang mengenal siapa sosok Likha, mereka malas dekat dengan wanita itu, bagi mereka Likha calon bibit pelakor yang membahayakan rumah tangga mereka.
"Likha, yuk makan sama aku dan Rachel."
"Iya Luna, ayo."
Luna sendiri adalah adik Kia, Luna adalah sahabat Likha, mereka bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit yang sama.
"Ayok cepat Aunty Luna, Aunty Likha, aku sudah lapar ...." rengek Rachel.
Mau tak mau Likha segera mengikuti Luna dan Rachel.
Salah satu tamu mendekati Kia. "Kenapa sih kamu malah mengundang putrinya Eren si pelakor itu!"
"Dia teman dekat Luna bu, kami mengenal lama bahkan aku menganggap Likha seperti adikku," ucap Kia halus.
"Temenan kok sama bibit pelakor! Diembatnya lakimu tau rasa kau!"
"Memiliki wanita hebat seperti Kia, perempuan tercantik mana pun tidak akan ada wanita lain yang bisa menarik hati Davi." Salah satu tamu laki-laki datang bersama Davian, dan juga satu perempuan yang merupakan sahabat Kia.
"Indra benar ibu-ibu, Kia adalah wanita terbaik. Bagiku tidak ada yang bisa menggeser dia dari hatiku." Davian langsung menarik Kia kedalam pelukannya, mencium pipi Kia, di depan semua orang.
"Ya ampun ... kalian bikin aku iri deh ...." keluh wanita yang berdiri di samping Indra.
"Nabila, kamu sama Indra aja, kalian kan patner bisnis, cocok banget!" ucap Kia.
"Enggak mau kalau sama Indra, dia bukan typeku," potong Nabila.
Perhatian Kia kembali pada rekan bicaranya sebelumnya. "Kenapa ibu punya pemikiran seperti itu pada Likha? Likha orangnya baik kok."
"Ah aku susah percaya kalau dia baik, dari cara dia menatap suamimu, ku rasa Davian adalah target bibit pelakor itu!"
Davian tersenyum mendengar komentar salah satu tamu istrinya. "Maaf ya bu, yang Likha perhatikan itu Kia, bukan aku." Davian menatap pada Nabila dan Indra. "Kalian sependapat nggak, kalau Kia itu adalah inspirasi banyak wanita?"
"Setuju banget!" sahut Nabila dan Indra bersamaan.
"Yang Likha lihat itu Kia bu, kalau aku sendirian Likha mana pernah memandangiku," ucap Davian.
"Aku sependapat dengan Davi, karena sebagai wanita aku sangat mengagumi Kia, bentuk tubuhnya yang membuatku iri, kebaikannya dan banyak hal," ucap Nabila.
Tamu lainnya mendekati Kia dan rekan bicaranya. "Kami tau Kia istri baik dan wanita hebat, dan memang menjadi inspirasi banyak orang. Tapi tidak salahnya mengurangi pergaulan sama anaknya Eren itu."
"Terima kasih bu sarannya, tapi saya yakin Likha tidak akan sejahat itu, dia seperti saudara bagi aku dan Luna," sahut Kia lembut.
"Sebagai sesama perempuan hanya mengingatkan, kamu ambil langkah apa ya terserahmu. Asal kamu tau, ku dengar Likha diberhentikan di Rumah Sakit, katanya dia berusaha merayu salah satu dokter di sana, ya ... belum ada info jelas."
Kia berusaha tersenyum menghadapi 2 tamu yang tengah berbicara dengannya. Apalagi dia tahu, banyak orang yang tidak suka dengan Likha, karena kelakuan ibunya yang suka merebut suami orang. Bahkan saat ini ibunya baru menikah lagi dengan salah satu pengusaha, hal ini membuat kebencian orang-orang semakin besar.
Di tempat lain, Likha asyik berbicara dengan Luna, pandangannya sesekali tertuju pada Davian. Walau dia tidak mendengar obrolan mereka, tapi Likha merasa kalau dia menjadi pembahasan di sana, bahkan dia sadar kalau dirinya tidak diterima dilingkup ini.
Masa bodoh dengan perasaan orang, Likha tidak merasa bertanggung jawab atas perasaan dan ketidak sukaan orang padanya. Tetap berusaha fokus pada tujuannya, dia hanya ingin mendekati Davian suami Kia. Hanya dengan berbaur dengan keluarga Kia dia bisa mendekati Davi. Laki-laki itu susah didekati kalau bukan dilingkup keluarganya.
Banyak yang menyukai sosok Likha, namun dia hanya menginginkan Davian. Cinta yang datang pada Likha selalu Likha tolak, karena dia tidak butuh sekedar pendamping, dia butuh laki-laki mapan yang mampu memberi kemewahan pada hidupnya. Semua itu dia temukan pada sosok Davian.
Pernikahan pertama atas dasar cinta, tidak seindah yang Likha bayangkan. Menajalani rumah tangga yang dia banggakan karena cinta tak semabis impiannya. Kenyataan hidup seperti menggerus habis cinta yang dirasa. Tempo sewa rumah sudah batas terakhir, token listrik berteriak, perut keroncongan, sedang uang tidak ada, gajih suami tidak cukup untuk bertahan 1 bulan. Kepahitan ini membuat Likha mengubur rasa cinta.
Saat bertemu Luna, dia mendapat banyak bantuan dari Luna dan Kia. Likha terpesona dengan kehidupan indah yang Kia miliki. Mempunyai suami tampan seperti Davi, rumah besar, mobil mewah, ini menjadi impian baru bagi Likha.
Likha terus memandangi Davian dan Kia, dia membayangkan yang Davian gandeng saat ini adalah tangannya. Sebagian waktunya hanya memandangi Davian.
Keadaan mulai hening, beberapa tamu mulai meninggalkan tempat acara. Hanya tinggal beberapa orang saja di Restoran itu, tapi pandangan Likha masih terus tertuju pada Kia dan Davian.
"Likha ... sampai kapan kamu menolak ajakan aku?"
Lamunan kekaguman Likha pada Davian buyar karena pertanyaan itu. "Sehina itu aku di mata kamu Fa!" Likha sangat geram dengan sosok pemuda yang mendekatinya.
"Mending kamu terima tawaran aku, aku akan bayar mahal."
"Andai pekerjaanku menjual lendir pun, aku tetap tidak mau berbisnis denganmu!"
"Kenapa Likha ...."
"Karena kamu kekasih sahabat aku!"
Kamu bukan tujuanku, batin Likha.
"Kau dan aku bisnis Likha ... Luna tidak akan marah, dan kita main cantik."
"Jauhi aku Rafa! Aku tidak mau persahabatan aku dan luna jadi hancur karena kesalah fahaman Luna." Likha berusaha menjauhi Rafa.
Namun laki-laki itu malah menahan Likha, dengan memegang kuat pergelangan tangan Likha. "Jangan munafik!"
"Lepaskan aku Rafa!" Likha berontak, namun dia tidak mampu melepaskan cengkraman Rafa.
"Rafa ... lepaskan dia!"
Suara yang begitu gagah itu terasa menggetarkan hati Likha, Likha menatap dalam kearah laki-laki impiannya itu.
"Kamu jangan ikut campur, Davi!" bentak Rafa.
"Aku berhak ikut campur, aku ikut campur untuk hal ini untuk memastikan pasangan adik iparku adalah laki-laki baik!"
Davi memandang sinis pada Rafa, melihat Rafa memegang tangan Likha begitu kuat membuatnya mengerti satu hal. "Kau menginginkan bersama Luna atau Likha!?"
"Aku sama Luna bener-bener mau jadiin dia ratu, kalau sama dia." Rafa menatap sinis pada Likha. "Aku butuh dia buat senang-senang."
Davian langsung meraih tangan Likha yang lain, dan satu tangan lainnya melayangkan sebuah bogeman yang medarat di rahang Rafa. Membuat pemuda itu terhuyung, beruntung Davian sudah menarik Likha kearahnya, kalau Likha tidak dia pegang, wanita itu akan jatuh bersama Rafa.
"Ba-ji-ngan kau!" Rafa emosi, dia meraih kursi dan memukulkannya ke kepala Davian.
Davian tidak bisa mengelak dari serangan dadakan Rafa, benturan kursi besi itu membuat kepala Davian mengeluarkan cairan merah. Seketika Davian tersungkur ke lantai, tapi Rafa masih saja menendangi Davi.
"Rafa! Berhenti!" teriak Likha. Likha berusaha menarik Rafa menjauhi Davi, namun yang ada dirinya yang terlempar.
Melihat lantai ada noda merah, Rafa gemetaran, dia sangat takut dan lari dari tempat itu. Likha panik melihat Davian terluka, dia mengambil kain bersih dan menahan luka Davian dengan kain itu.
"Kak Kia! Luna! Siapa saja tolong ...."
"Tolong!"
Kia terus berteriak. Usahanya membuahkan hasil, terdengar suara langkah kaki cepat menuju kearahnya.
"Ya ampun, kak Davi!" jerit Luna.
"Davi kenapa sampai begini?"
"Apa yang terjadi?"
"Siapa yang melakukan ini?"
Bermacam pertanyaan tertuju pada Likha. Perhatian Likha tertuju pada Kia. "Kak Kia, panggil ambulan kak ...."
Kia masih membeku melihat kepala suaminya berdarah. Beruntung laki-laki yang berdiri di samping Kia, yang merupakan sahabat Kia segera memanggil ambulan. Davian pun dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
Di depan ruang penanganan Davian, banyak wajah cemas yang mengkhawatirkan keadaannya.
"Apa yang terjadi, kenapa Davian bisa terluka seperti itu?" tanya Fuza, ibu Kia.
"Kalau ceritanya dari aku, aku takut kalian tidak bisa percaya, bagaimana kalau tunggu kak Davi sadar?" ucap Likha.
"Siapa yang melakukan itu pada Kak Davian?" tanya Luna.
"Ini terlalu sensitif, Luna. Tunggu kak Davi ya ...."
Semua orang berusaha menunggu penanganan Davian. Saat pria berjas putih keluar dari ruangan, Kia, kedua orang tuanya juga kedua mertuanya mengejar laki-laki berjas putih itu.
"Bagaimana dok, keadaan suami saya?" tanya Kia.
"Keadaanya membaik, tapi sebaiknya menjalani beberapa tes dulu, karena kepala bagian yang sangat vital."
"Terus bagaimana dok?" tanya ibu Davian.
"Untuk saat ini baik Nyonya, sebentar lagi pasien akan kami pindahkan ke ruang perawatan."
Davian dibawa ke ruang perawatan, semua keluarga masih setia menemaninya.
"Bapak, ibu ...." Kia memandangi kedua mertuanya. "Keadaan mas Davi baik-baik saja, sebaiknya kalian pulang saja, besok baru kemari lagi."
"Biar aku yang menemani Kak Kia," sela Luna.
"Besok kamu shift pagi kan di Rumah Sakit ini?"
"Iya, nanti aku pulang antar mama, sekalian ambil seragam aku," ucap Luna.
"Sebaiknya kamu pulang, bawa papa, mama, dan Rachel sama kamu."
"Rachel ingin nemenin Ayah aja bund ...." rengek Rachel.
Kia mengusap lembut kepala putrinya. "Besok Rachel sekolah, nanti Aunty Luna bantu Rachel dan anter Rachel, setelah pulang Sekolah Rachel baru temenin Ayah ya ...."
"Ibu juga ingin di sini menjaga putraku!" ucap ibu Davian.
"Aku mengerti kecemasan ibu, tapi bermalam di Rumah Sakit kurang baik untuk kesehatan ibu, demi kesehatan ibu, sebaiknya ibu pulang dulu ya ...." bujuk Kia pada mertuanya.
Semua orang ingin menemani Davi. Kia terus berusaha meyakinkan para orang tua itu, akhirnya mereka bersedia untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
kinan syakira putri
keren
2023-08-06
1
lydia
baru awal ajh dah hmmm banget😑😑
2023-05-26
0