Bab 4 Penyatuan

Kia disibukan oleh pekerjaan yang harus Davi kerjakan, namun karena sakit dirinya yang terjun pada pekerjaan suaminya. Pergi pagi dan pulang saat matahari sudah tenggelam. Bahkan Restoran miliknya tidak sempat dia jenguk.

Hari ini Kia sengaja mencuri waktu. Sebelum bergelut dengan berkas pekerjaan suaminya, Kia menyempatkan diri survei kesalah satu Restorannya, sesekali dia melirik jam tangannya. Khawatir dia terlalu asyik dan lupa waktu.

Hari ini, hari ketiga Davian keluar dari Rumah Sakit. Sejak hari pertama hingga hari ini Kia tidak pernah di rumah, pekerjaannya dan urusan kantor Davian sangat menyita waktunya, bahkan Rachel pun mulai protes atas kesibukannya, rasa bersalah semakin menggerogoti hatinya.

"Kia, bagaimana keadaan Davi?" Salah satu tamu Restoran mencegatnya dengan sebuah pertanyaan.

"Alhamdulillah, semakin membaik, Bu."

"Dengar-dengar dari kabar angin, yang jaga Davi si Likha anak si Eren ya?"

Kia tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Percaya sama orang memang baik tapi hati-hati, menaruh kepercayaan pada orang yang salah hanya memperburuk keadaan. Kamu tau sendiri si Eren itu terkenal pelakor. Ya ... takutnya anaknya juga mengikuti jejak ibunya," oceh tamu itu panjang lebar.

"Insya Allah Likha orang baik bu, dia juga sahabat adik saya, makanya saya sangat mempercayai dia."

"Terserah kamu lah, saya sudah wanti-wanti kamu loh ya."

Kia meneruskan pekerjaannya di Restoran, karena secepatnya dia harus kembali ke perusahaan Davi.

Sedang di kediaman Kia.

Davian tertidur karena kelelahan latihan berjalan dibantu oleh Likha. Likha terus memandangi laki-laki yang terlelap itu, perlahan Likha naik keatas tempat tidur dan kembali menciumi bibir Davian begitu liar. Bahkan tangannya bermain di sekitar segitiga milik Davi, membuat benda yang bersembunyi di sana semakin menegang.

"Kia ... kamu sudah pulang sayang ...." ucap Davi lirih. Sepasang mata Davian seketika terbelalak melihat sosok yang tengah beradu lidah dengannya bukan Kia, melainkan Likha.

Davian berusaha mendorong Likha. "Likha apa yang kamu lakukan?!"

Wajah Likha memerah mengetahui Davian menyadari perbuatannya. Tanpa bicara Likha langsung pergi dari kamar Davian.

Menyadari hal barusan membuat Davian membeku, dia terbayang ucapan tamu-tamu Kia malam itu, kalau Likha menyukainya. bermacam pertanyaan berputar di kepalanya.

Sedang di luar kamar, Likha tersenyum puas, ini memang salah satu strateginya untuk memulai rencana besarnya. Senyum Likha semakin merekah saat melihat bi Sarah keluar rumah dengan tas belanja. Terlihat bi Sarah berjalan kearah pintu, Likha langsung mencegat wanita itu.

"Bi Sarah mau kemana?"

"Mau ke pasar dulu neng, tadi ibu Kia minta bibi belaja bulanan."

"Nitip buah segar ya bi buat Tuan Davi," ucap Likha.

"Baik Non, tadi bu Kia juga sudah memesan pesanan yang sama."

"Baguslah kalau begitu bi."

"Bibi pergi dulu."

Likha tersenyum licik, dia segera naik kelantai atas dan bersiap memulai aktingnya.

"Bi Sarah ....."

Panggilan itu samar terdengar dari arah kamar Davi. Likha merasa ini adalah waktunya, dia meneteskan obat tetes mata pada matanya, dan mulai akting menangis.

Di kamar Davian.

Berulang kali dia memanggil bi Sarah, namun wanita yang dia panggil itu tidak juga muncul, Davian meraih sepasang kruk yang membantunya untuk berjalan. Perlahan Davian keluar dari kamar, saat keluar dia mendengar suara isak tangis. Davian segera mendekati sumber suara yang berasal dari ruangan itu.

Saat dia membuka pintu, nampak Likha yang tengah menangis di dalam kamar kosong yang dulu ditempati babysitter yang menjaga Rachel.

"Tu-Tu-Tuan." Likha berusaha menghapus air matanya.

"Bisa panggil bi Sarah?" ucap Davian begitu dingin.

"Bi Sarah baru saja pergi untuk berbelanja." Kia berusaha menyembunyikan wajahnya.

Davian canggung untuk menanyakan pertanyaan yang berputar di kepalanya, namun diam saja membuatnya tersiksa oleh rasa ingin tahu. "Kenapa kamu berani melakukan itu pada saya?"

Likha memasang wajah gugupnya, berusaha terus menundukan pandangannya.

"Likha jawab pertanyaan saya!" bentak Davi.

Lika menegakan pandangannya pasang matanya beradu tatap dengan mata Davi. "Karena saya mencintai Anda!" Mata Likha kembali berkaca-kaca. "Bahkan saya sangat mencintai Anda."

Duggg!

Jantung Davian seakan meledak mendengar pengakuan Likha. Persis seperti yang tamu itu katakan, Likha memperhatikan dirinya bukan Kia.

"Ini bukan pertama kali saya mencium Anda, setiap Anda tidur lelap dan keadaan sedang sepi, saya selalu mencium Anda."

Davian merasa perutnya ada yang mengobok-obok mendengar pengakuan Likha. "Kamu Gila!"

"Ya! Saya memang Gila!" Tangis Likha seketika pecah.

"Saya tidak punya cara untuk membuang perasaan ini, Anda kira saya bahagia dengan perasaan ini?!"

"Saya tau Anda laki-laki beristri, Istri Anda juga wanita terbaik, tidak akan ada tempat bagi sampah seperti saya di hidup Anda, tapi cinta saya pada Anda tidak mampu saya buang!" Tubuh Likha merosot dan duduk terkulai di lantai, sisi tempat tidur di sana menjadi tumpuan Likha untuk menumpu wajahnya.

Melihat Likha menangis seperti itu Davian merasa kasian, dia perlahan mendekati Likha. Dengan susah payah Davian duduk di sisi tempat tidur yang Likha sandari, sebelah tangannya menepuk bahu Likha. "Berusaha lebih keras lagi untuk membuang perasaan itu, mencintaiku hanya menyiksa dirimu."

"Sudah saya coba, Anda kira saya bahagia memiliki perasaan ini?"

"Lebih keras berusaha membuangnya Likha. Perasaan itu hanya menyakiti dirimu sendiri. Aku tidak bisa membalas perasaanmu."

"Aku tau, dan aku tidak berharap Anda membalas perasaan saya."

Kia menatap Davi dengan tatapan sedih. "Tapi bisakah Anda mebiarkan aku mencintai Anda, Anda tidak perlu membalas perasaanku, cukup aku yang mencintai Anda."

"Itu akan semakin menyiksa kamu, Likha."

Likha perlahan bangkit dan duduk di samping Davi "Tidak Kak, justru saat aku bisa mencurahkan rasa cintaku, aku sangat bahagia." Likha memegang tengkuk Davian dan kembali menyerbu bibir pria itu.

"Likha cukup!" Davian menepis kasar ciuman itu.

"Cukup seperti itu saja Kak, walau begini aku sudah bahagia." Likha kembali mencium bibir Davian.

Merasa Davian tidak melawan, Likha sangat puas, Likha melepas ciumannya. "Aku tidak menuntut agar Kakak jadi milikku, cukup Kakak terima cinta aku, Kakak tidak usah membalas cintaku, Kakak cukup terima cintaku saja." Sambil menciumi leher Davi Likha terus mengucapkan kalimat itu berulang.

"Kamu masih muda, masih banyak laki-laki baik untukmu, laki-laki yang mencintaimu."

Likha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku sudah coba, tapi rasa cinta itu tak bisa berpindah, rasa itu hanya tertuju buat Kakak, aku hanya bahagia jika bersama Kakak."

Davi memaksa Likha berhenti dari kegiatan gilanya. "Hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja, aku akan meminta Kia memecatmu!"

Likha sangat kesal mendengar ucapan itu. Melihat Davian ingin meraih kruknya, Likha merebut sepasang alat bantu Davian untuk berjalan dan membuangnya keluar kamarnya.

"Likha!" Davian semakin marah.

"Kalau Kakak ingin mengusirku jauh dari Kakak, maka izinkan aku memberi kenangan buat Kakak, ra hal ini kenangan terindah dari Kakak untukku."

Likha mengambil gunting, dan melirik Davian dengan tatapan aneh, hal itu membuat Davian ketakutan.

"Kamu jangan gila, Likha!"

"Kakak lupa kalau aku memang tidak waras! Kalau aku waras aku tidak akan membiarkan rasa cintaku tumbuh untuk laki-laki beristri!"

Likha meraih sesuatu dari laci di dekatnya, dia memaksa Davi meminum obat tersebut.

"Kau ingin membunuhku!" teriak Davi.

"Kakak cintaku, bagaimana aku bisa membunuh Kakak." Likha mulai mengarahkan gunting pada Davi

"Jangan berontak, kalau Kakak berontak aset Kakak untuk memanjakan Kak Kia terancam dalam bahaya." Likha menggunting celana Davian, burung tak bersayap yang setia mengerami dua telor itu terlihat jelas. Likha mulai melepas satu per satu kain yang menempel pada badannya, dan dia mulai menyerang Davian. Sekuat apapun Davian menolak, namun sentuhan Likha ditambah ada tegangan kuat dari dalam dirinya membuat kelelakiannya bangkit sempurna. Hal itu mempermudah Likha membenamkan tongkat tumpul itu pada miliknya.

Di bawah tubuh Likha, Davian tidak bisa berontak karena salah satu kaki dan tangannya masih sakit tidak bisa dia gunakan untuk mendorong Likha. Dia semakin tidak berdaya, karena dia sangat menikmati semuanya, ledakan dalam dirinya semakin menjadi mendengar suara erotis Likha, hal ini semakin membuat dirinya terbelenggu oleh kegiatan terlarang ini.

"Hal ini hanya merugikan dirimu sendiri, Likha!" maki Davian.

"Aku tidak peduli!" Likha terus meliukan tubuhnya diatas Davi.

"Andai aku hamil, aku tidak akan meminta tanggung jawab Kakak, jadi kita nikmati sama-sama."

Senandung erotis Likha memenuhi ruangan itu, dan membuat sekujur tubuh Davian semakin bergetar hebat.

Likha tidak henti-henti melepaskan suara erotisnya, membuat Davian semakin menikmati pergulatan mereka. Likha sangat aktif dan ini memberi kepuasan luar biasa pada Davian, seakan dia baru merasakan kenikmatan seperti ini. Melihat Davian benar-benar tenggelam, Likha semakin liar, seakan memperlihatkan keahliannya menaklukan burung tak bersayap itu.

Pertempuran itu selesai, Kia memunguti baju-bajunya, dan memungut kembali kruk yang dia lempar sebelumnya, dia memberikan sepasang kruk itu pada Davian.

"Maafkan aku," ucap Likha.

"Kejadian ini akan membuat jarak diantara kita!" Davian geram.

"Aku tidak peduli, setidaknya aku sangat bahagia, akhirnya aku bisa merasakan bagaimana di posisi kak Kia."

"Walau aku akan tersiksa karena kak Davi akan menjauhiku setelah ini, tapi aku merasa sangat bahagia atas penyatuan kita."

Davian membuang pandangannya kearah lain, dan mengambil kruk dari Likha begitu kasar. Saat Davian ingin berdiri, dia hampir terjatuh, namun Likha dengan sigap menahannya. Sepasang mata itu kembali beradu tatap.

"Hati-hati, kalau Anda terluka aku juga merasakan rasa sakit itu." Likha mencium kilat bibir Davian.

Terpopuler

Comments

twiligth memories

twiligth memories

ngerih sih novel ini

2023-07-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kia Wanita Terbaik
2 Bab 2, Apa Yang Terjadi?
3 Bab 3 Percaya Pada Kia
4 Bab 4 Penyatuan
5 Bab 5 Terjerat
6 Bab 6
7 7
8 8. Merasa Bersalah
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 21 Editan
22 Bab 22 Meminta Pendapat
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27 Rindu Ayah
28 Bab 28 Hentikan?
29 Bab 29
30 Bab 30 Tanggung Jawab
31 31 Kebahagiaan Ibu dan Anak
32 Bab 32 Respon Cepat Indra
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Yakinkan Aku
36 Bab 36 Pelakor Gagal
37 Bab 37 Aduh!
38 Bab 38 Keduanya
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41 Basi
42 Bab 42
43 Bab 43 Seharian Bersama
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48 Mencari Teman Lama
49 Bab 49 Air yang Tenang
50 Bab 50 Gendut
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 Hadiah
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 69 Perasaan
70 Bab 70
71 Bab 71 Kekecewaan Sahabat
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 Iblis
75 Bab 75 Kita Balas
76 Bab 76
77 Bab 77 Kegalauan Eren
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Kia Wanita Terbaik
2
Bab 2, Apa Yang Terjadi?
3
Bab 3 Percaya Pada Kia
4
Bab 4 Penyatuan
5
Bab 5 Terjerat
6
Bab 6
7
7
8
8. Merasa Bersalah
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
21 Editan
22
Bab 22 Meminta Pendapat
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27 Rindu Ayah
28
Bab 28 Hentikan?
29
Bab 29
30
Bab 30 Tanggung Jawab
31
31 Kebahagiaan Ibu dan Anak
32
Bab 32 Respon Cepat Indra
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Yakinkan Aku
36
Bab 36 Pelakor Gagal
37
Bab 37 Aduh!
38
Bab 38 Keduanya
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41 Basi
42
Bab 42
43
Bab 43 Seharian Bersama
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48 Mencari Teman Lama
49
Bab 49 Air yang Tenang
50
Bab 50 Gendut
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 Hadiah
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
69 Perasaan
70
Bab 70
71
Bab 71 Kekecewaan Sahabat
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 Iblis
75
Bab 75 Kita Balas
76
Bab 76
77
Bab 77 Kegalauan Eren
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!