Davian membenci dirinya sendiri, kenapa hal itu terjadi. "Kia ... maafkan aku."
Yang ada dalam hati Davi, dia tidak mau dekat dengan wanita itu. Davian berusaha meraih kruknya, namun dia tidak berdaya, dia butuh bantuan orang lain untuk kembali ke kamar, sedang di rumah saat ini hanya ada dia dan wanita itu. Entah mengapa peraduan 50 menit sebelumnya membuatnya lemas dan tidak mampu berdiri dengan kruk sendiri.
"Bantu aku kembali ke kamarku," ucap Davi dingin.
Likha tersenyum, dia kembali mengenakan pakaiannya, setelah rapi, dia membantu Davian berjalan menuju kamarnya. Berjalan dipapah Likha dalam keadaan ini Davian sangat berharap saat ini jangan sampai ada orang yang datang, karena saat ini dirinya polos seperti bayi. Sesampai di kamar Davian, Likha membantu Davian mengenakan pakaian yang baru. Merasa pekerjaan Likha selesai, Davian meminta Likha keluar dari kamarnya.
Baru saja Davian menarik napas lega, kedatangan Kia membuat jantungnya seakan habis lari keliling lapangan. Kia menatap keadaan suaminya, seingatnya saat dia akan pergi, suaminya mengenakan setelan lain, bukan setelan yang dikenakan Davi saat ini. Kia menepis pemikiran itu, dia langsung memeluk suaminya.
"Wajah kamu lelah banget mas ...."
"Habis latihan jalan di kamar tadi."
"Sendiri?"
"Likha mengawasi dari sana." Davian menunjuk kearah pintu.
"Terus Likha nya mana mas?"
"Likha aku suruh tunggu di kamar sebelah, aku tidak nyaman kalau tiduran juga di awasi, aku kan bukan tahanan."
"Kamu tahana cinta aku mas." Kia menciumi wajah suaminya.
"Aku tidak nyaman ada orang lain di kamar kita, aku tidak nyaman bersa orang lain selain kamu," ucap Davi
"Aku mengerti, tapi bagaimana saat ini pekerjaan kamu sangat padat, aku harus bagaimana?"
"Aku tidak tahu, aku sangat tidak berdua dengan orang asing di kamar, kalau aku butuh sesuatu aku baru panggil dia," kilah Davian.
"Semoga mas cepat sembuh, kalau mas sembuh aku tidak meminta Likha di sini, ada orang lain di sini hanya untuk menjaga kamu."
"Kia sayang."
"Nanti dulu ya mas, aku mau menemui Likha dulu."
Rasa bersalah terus menyelimuti hati Davian, karena dia telah mengkhianati istrinya. Sedang di kamar sebelah, Kia dan Likha membicarakan perkembangan Davian.
"Keadaan Kak Davian semakin membaik Kak, bahkan dia tadi berani menggunakan kruk sampai batas tangga."
"Baguslah, aku senang mendengarnya."
Deringan handphone Kia membuat obrolan mereka terhenti, itu adalah panggilan Dharma, sekretaris Davian yang meminta Kia untuk kembali ke Perusahaan. Dengan berat hati Kia terpaksa meninggalkan suaminya lagi demi pekerjaan kantor suaminya.
"Likha, aku harus pergi lagi. Di bawah bi Sarah sudah kembali, kalau mau masuk kamar mas Davi, kamu ajak bi Sarah, mas Davi katanya risih kalau hanya berduaan," usul Kia.
"Iya Kak, aku akan ajak bi Sarah."
"Ya sudah, aku mau pamit sama mas Davi dulu."
Likha turun ke bawah mempersiapkan buah segar untuk Davian, dia kembali ke kamar Davian bersama bi Sarah. Melihat ada bi Sarah, Davian merasa lega.
"Tuan, silakan." Likha memberikan piring yang berisi buah itu pada Davian.
"Taruh saja di sana," sahut Davian dingin.
"Neng, minum Tuan nggak dibawa?" sela bi Sarah.
"Ya ampun bi, aku lupa, sebentar aku ambil dulu."
"Biar bibi saja Non, sebentar bibi ambil dulu."
Keadaan kamar kini hanya ada Davian dan Likha. Likha mendekati Davian dan menempelkan bibirnya di sisi telinga laki-laki itu. "Kenapa belum memecatku?" bisik Likha.
"Padahal aku sangat menunggu pemecatanku, karena aku sudah mendapatkan hadiahku." Likha menyentuh bagian segitiga itu.
Davian menepis tangan Likha. Dia bingung harus menjawab apa, entah mengapa kejadian buruk itu menjadi hal indah dipikirannya, membuatnya tidak bisa berkata pada Kia agar memecat Likha. Jujur dia sangat menikmati semua itu.
"Anda menikmatinya?" Likha memasukan buah ke depan mulutnya, lalu dia arahkan ke mulut Davi.
Kebodohan apa yang menyelimuti diri Davi, dia membuka mulutnya dan menerima suapan dari mulut Likha. Bahkan dia dengan bodohnya membalas ciuman itu. Merasa bi Sarah akan kembali, Likha segera menjauh dari Davian.
"Aku hanya makan buah, tidak berkegiatan, tinggalkan aku di sini sendiri," pinta Davian.
Likha dan bi Sarah langsung meninggalkan kamar Davian.
"Mau ikut ke bawah Neng?" tawar bi Sarah.
"Aku di sini saja, barangkali Tuan butuh sesuatu." Likha duduk di kursi yang ada di depan kamar Davian.
Di kamarnya Davian membayangkan Likha, dia Janda muda berusia 24 tahun, tubuhnya begitu seksi, memiliki bok-kong yang besar dada besar dan perut yang rata. Membelainya seperti membelai manekin yang memiliki tubuh ideal. Apalagi urusan ranjang, dia seakan lebih berpengalaman dari Kia. Bercinta dengan Kia, dirinya lah yang memimpin, saat dirinya cedera seperti ini, pertarungan mereka seperti hambar. Davian seakan terjerat dengan sosok Likha.
Membayangkan pertarungan itu, tongkat keperkasaannya berdenyut entah apa, tapi rasanya seperti ada yang mengurut.
"Uh ...." suara itu lepas begitu saja. Saat Davian membuka matanya, jamur jombonya ternyata tengah dimanjakan Likha.
"Likha!" tergur Davi.
"Nikmati saja Kak, aku yakin efek obat biru itu masih terasa bukan? Aku memulainya, biarkan aku menuntaskannya agar Kakak tidak tersiksa."
Likha kembali menciptakan gempa diatas tubuh Davi. "Terima cintaku kak," suara Likha bercampur dengan desahannya. "A-ku tidak akan meminta apa-apa, tapi aku akan memberi apa yang Kakak mau," ucap Likha terbata-bata.
Pandangan Davi tertuju ke arah pintu, dirinya menyukai ini, sangat munafik jika dirinya memaksa Likha berhenti. Likha tersenyum mengetahui kemana pandangan Davi. "Tenang Kakak sayang, tak ku biarkan kenikmatan terakhir ini terganggu, aman, kita nikmati sama-sama."
Desah--han Likha seakan menggema di ruangan itu, membuat Davi khawatir.
"Tenang saja kak, selain pintu sudah dikunci, para pelayan juga tidak akan menduga aku ada di sini, aku menyetel musik di kamarku." Likha meneruskan pelayanannya.
*
Malam menyapa.
Kia masih belum kembali, ternyata dia harus ikut acara makan malam bersama semua patner Perusahaan Davian. Sedang di rumah Kia. Likha menggunakan Rachel sebagai pengalihan untuk mengalihkan perhatian para pelayan. Dia mengajak Rachel belajar di kamar Ayahnya.
Di dalam kamar Davian, saat fokus Rachel sangat fokus pada buku pelajaran, saat itu Likha menjahili Davian, walau hanya sekedar sebuah kecupan singkat. Dalam keadaan seperti ini, membuat perasaan Davian semakin terikat pada Likha.
Malam semakin larut, Rachel pamit tidur ke kamarnya. Sedang Likha pura-pura tertidur di kursi yang ada di depan kamar Davian. Karena menurut perhitungan waktunya yang dia perkirakan dari laporan ibunya, Kia akan kembali. Perhitungannya pun sangat akurat.
Tak masalah Kia pulang tepat waktu, dirinya sudah sangat puas berkelana ke puncak kenikmatan tertinggi bersama Davian, bahkan saat Rachel pindah ke kamarnya Likha dan Davi mengulangi pergulayan mereka tanpa paksaan efek dari obat.
Kia pulang larut malam bukan semata karena tuntutan pekerjaan, melainkan ada campur tangan Eren. Eren sengaja membuat Kia tidak bisa pulang, agar putrinya bisa menikmati malam bersama Davi.
Melihat Likha tidur di kursi yang ada di kamar Davi, Kia segera membangunkannya.
"Likha ... bangun. Kenapa kamu tidur di sini?"
"Kak Kia belum kembali tadi, mau tidur ke kamar takutnya Kak Davi butuh sesuatu."
"Kamu dari tadi di sini?"
"Tadi aku ditemanin Rachel, saat Rachel pamit tidur ya aku di sini."
Kia merasa bersalah, namun dia juga sangat puas dengan cara Likha menjaga jarak dengan suaminya. "Ya sudah, kamu tidur ke kamarmu sana. Tugas kamu hari ini selesai."
"Baik kak."
Kia kembali ke kamarnya, di sana dia melihat suaminya duduk bersandar di kepala tempat tidur.
"Baru pulang sayang?" sambut Davian.
"Iya, ada pesta di perusahaan Pak Nomad, semua patner perusahaan diwajibin hadir. Maafin aku, suamiku sakit aku malah hadir di pesta," sesal Kia.
"Kamu enggak salah, kamu melakukan itu demi kemajuan Perusahaan aku."
"Sayang ... apa mas boleh minta dinaikin?" Davi memberi kode 21 dot com pada Kia.
"Boleh cuti? Aku capek banget mas ...."
Davi tersenyum dalam hati. "Tidak apa-apa sayang, Nggak masalah kita libur, kamu sudah lakuin banyak hal buat aku, libur sekali mah aku masih kuat nahan kok."
"Tapi kalau mas mau, aku bisa."
"Nanti aja," tolak Davian.
"Ya sudah aku mandi dulu ya."
Selama Kia berada di kamar mandi, Davian mengambil handphonenya, dan chating dengan Likha. Rasanya usianya kembali muda karena merasakan perasaan indah ini bersama Likha.
"Mas ...."
Panggilan Kia membuat Davian segera merubah layar handphonenya.
"Iya sayang."
"Mau lihat hasil rapat hari ini nggak?"
"Kalau menurutmu dan Dharma itu bagus, aku percaya."
"Tadi Dharma yang usul supaya mas mastiin juga."
"Aku belum bisa berpikir serius, mikir baru sedikit, aku sudah merasa pusing."
"Ya sudah, kalau gitu kita tidur aja." Kia segera naik ketempat tidur dan memeluk suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Atik Weliyana
davian bikin pngen nampol , nolak* tapi menikmati
2023-05-25
0
Atik Weliyana
kok aku gemes ya kak sama davin
2023-05-25
0