LOST (Anna)

LOST (Anna)

Bab 1. Kepergian Ayah.

Suasana malam di kawasan perumahan elit ibu kota yang biasanya damai, kini berubah mencekam setelah salah satu rumah mewah yang berada di sana terbakar hebat.

Jeritan para warga yang berusaha membantu memadamkan api seraya menunggu mobil pemadam kebakaran tiba, terdengar memekakkan telinga. Beruntung sang pemilik rumah, Martin, beserta istri dan kedua anak mereka berhasil keluar dari rumah saat api belum membesar.

"Kalian semua baik-baik saja?" tanya Martin dengan raut wajah khawatir. Keempatnya kini terduduk di bawah pohon rindang, sembari ditenangkan beberapa orang tetangga mereka.

"Iya, Yah," jawab Ryan, si anak sulung berusia 17 tahun.

"Ayah bagaimana?" tanya Belinda, sang istri yang turut mengkhawatirkan suaminya.

"Ayah tidak apa-apa," jawab Martin. Pria itu kemudian memilih membantu para warga yang masih berusaha menyiramkan air ke rumahnya menggunakan selang biasa.

Sementara itu, Anna, si putri bungsu yang turut selamat, rupanya sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari sesuatu.

"Tidak ada!" gumamnya panik. Kaki kecilnya berlari menelusuri tempat, sebelum akhirnya kembali menghampiri sang ibu.

"Bu, Lolita tidak ibu bawa ya?" tanya Anna sembari menarik-narik lengan baju sang ibu. Lolita adalah nama boneka kesayangan Anna yang diberikan ayahnya, saat berulang tahun ke tujuh beberapa bulan lalu.

Belinda menoleh. "Sepertinya tidak, nak," jawabnya lembut. "Nanti kita beli lagi yang baru ya?" Wanita itu berusaha membujuk putrinya, ketika melihat genangan air mulai muncul di ujung pelupuk mata Anna.

Alih-alih menjawab, Anna memilih untuk menjauhkan diri dari jangkauan ayah, ibu, dan sang Kakak. Dalam diam, dia memandangi rumahnya dari kejauhan. Matanya sontak memicing saat menyadari bahwa api ternyata belum menjalar sampai ke kamar dirinya dan Ryan.

"Masih sempat!" seru Anna senang, yang langsung menoleh ke arah keluarganya, guna memastikan mereka tidak menyadari kepergian dirinya.

Anna mulai melangkah mengendap-endap lalu berlari kecil mendekati rumahnya yang terbakar.

Disaat yang bersamaan, mobil ambulance pun telah tiba duluan. Dua orang perawat turun dan berlari menghampiri keluarga Martin untuk memeriksa keadaan mereka.

"Mana Anna?" tanya Ryan tiba-tiba. Matanya menoleh ke sana kemari demi mencari sang adik yang tidak terlihat di mana pun.

Belinda dan Martin yang juga menyadari ketidakhadiran Anna, turut mencari.

"Bukankah Anna sedang bersama kalian?" tanya Martin.

"Tidak, Yah, aku lihat Anna bersama ibu tadi," jawab Ryan.

Belinda terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya tersentak kaget. Namun, saat dia hendak berbicara, sebuah suara tiba-tiba menginterupsi mereka.

"Anna, jangan masuk. Berbahaya!"

Martin menoleh ke sumber suara. Rupanya salah seorang tetangga mereka yang tengah membantu menyiramkan air, sedang berlari mengejar Anna yang sudah masuk ke dalam rumah mereka yang terbakar.

Martin terbelalak. Tanpa berkata apa-apa dia langsung ikut berlari mengejar Anna, mendahului si tetangga.

"Ayaah!" teriak Ryan yang reflek berlari menyusul sang Ayah.

"Jangan masuk, Ryan!" Si tetangga dengan sigap menahan Ryan untuk masuk ke dalam rumah. Mereka bisa melihat jelas bagaimana Anna dan Martin masuk ke dalam rumah tersebut.

"Ayah dan adikku ada di dalam!" ujar Ryan memberontak.

"Pintu masuk sudah tertutup api, kita tidak bisa masuk!"

Belinda hanya bisa memeluk Ryan dan berharap kedua orang tercintanya bisa keluar dengan selamat.

Beberapa saat kemudian mobil pemadam kebarakan tiba di sana. Mereka pun sudah diberitahu perihal Anna dan Martin yang mungkin terjebak di dalam rumah,

Dengan sigap para petugas mempersiapkan peralatan, seperti tangga dan kasur angin yang diletakkan di luar rumah. Rencananya mereka akan membawa anak dan ayah itu untuk keluar lewat jendela kamar.

Sementara itu, Martin berhasil mengejar Anna ke kamarnya. Tanpa sempat keluar lagi, api langsung memenuhi pintu keluar kamar Anna.

"Ayah, maafkan aku!" Anna memeluk Martin erat sambil menangis keras. Mereka kini sedang berada di lantai dua kamar Anna.

"Sstt, tidak apa-apa Sayang," ucap Martin menenangkan. Dalam dekapannya, dia berusaha menjaga Anna dari serangan asap yang mulai memasuki sistem pernapasan mereka.

"Bersiap, Pak!" teriak salah seorang pemadam kebakaran.

Martin mengangguk. Namun, baru saja seorang petugas hendak naik ke atas, suara ledakan cukup keras terjadi di ruang sebelah.

Martin dan Anna sempat merundung, sementara sang petugas menghentikan diri sejenak.

"Tak akan sempat!" gumam Martin. Menunggu mereka naik membutuhkan waktu lama, jadi Martin memutuskan melempar Anna terlebih dahulu ke bawah.

Pria itu pun menurunkan Anna sejenak. "Anna anak pemberani, kan?" tanyanya kemudian.

Anna mengangguk. Tangisnya masih terdengar memilukan, meski tidak sekeras tadi.

"Ayah akan membawa Anna ke bawah terlebih dahulu. Setelah itu Ayah akan menyusul, ok?" ujarnya lembut.

"Tapi, Yah?" Suara Anna tercekat.

"Tidak apa-apa, Nak!" Martin menggenggam tangan mungil Anna. "Anna hanya cukup memejamkan mata saja sejenak, ya?" Mata Mario menatap Anna dalam-dalam, demi meyakinkan hatinya.

"Ayah janji harus langsung menyusul ya?" kata Anna.

Martin mengangguk. "Anak pintar." Martin berdiri lalu kembali membawa Anna ke dalam gendongannya. Dia pun berteriak pada para petugas untuk bersiap di bawah.

Petugas memberi isyarat.

"Ayah hitung sampai tiga dan Anna sudah harus memejamkan mata, oke?"

"Iya, Yah!"

"Ayah mencintaimu," kata Martin dengan mata berkaca-kaca.

"Anna juga mencintai Ayah." Anna memeluk Martin seerat mungkin, sebelum akhirnya dihempaskan sang ayah ke bawah.

Suara riuh sempat terdengar, dan Anna berhasil mendarat dengan sempurna di atas kasur angin tersebut.

"Anna!" Belinda yang sudah menunggu di sana segera berlari menghampiri putrinya.

Martin tersenyum lega, anak bungsunya sudah selamat sampai ke bawah. Kini giliran dia yang bersiap melompat.

Akan tetapi, belum sempat Martin melompat, atap balkon kamar Anna runtuh menimpa dirinya, disusul dengan lantai balkon yang juga rubuh ke bawah.

"AYAAAAAAAHHH!" Ryan berteriak sekeras mungkin, tatkala mendapati tubuh ayah tercintanya terjun bebas bersama dengan material bangunan yang menimpa dirinya.

Belinda lunglai. Dalam sekejap tubuhnya membentur tanah dan pingsan. Sementara Anna hanya bisa mematung dengan wajah basah penuh air mata.

Terpopuler

Comments

Ilham Risa

Ilham Risa

aku mampir mak, semangat mak

2023-06-07

1

Anezaki Igarashi Ricky ⍣⃝కꫝ 🎸

Anezaki Igarashi Ricky ⍣⃝కꫝ 🎸

semangat kak kim arya balu naahhh ...

2023-05-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!