Semua Karena Angel
Lovi yakin keputusannya bersama sang suami untuk menjadikan Angel sebagai pendamping Andrean adalah hal yang tepat.
Ia sudah mengenal anak itu sejak kecil. Angel yang merupakan anak dari mantan teman one night stand suaminya adalah gadis yang baik.
Angel adalah buah cinta dari Lianne dan suaminya yang bernama Geno. Setelah divonis memiliki penyakit serius, Geno meninggalkan Lianne bersama Angel.
Ditinggal ayah sudah cukup menyedihkan untuk Angel ditambah lagi Ia harus kembali ditinggal pergi untuk selamanya oleh Lianne yang menyerah dengan penyakitnya.
Setelah menikah dengan Devan, Ia sudah berjanji untuk menerima baik dan buruk suaminya, termasuk bagaimana masa lalu Devan yang dulu banyak sekali bermain wanita. Lianne adalah salah satunya. Tapi Lovi bersyukur karena hubungan mereka hanya sebatas teman satu malam dan Devan tidak pernah lagi memiliki urusan dengan perempuan lain setelah memilikinya. Jadi, menyayangi Angel, tidak ada salahnya.
Angel hanya tinggal bersama neneknya setelah kepergian sang Ibu. Angel tak jarang membantu sang nenek untuk mencukupi kebutuhan mereka. Hal itulah yang membuat hati Lovi dan Devan tergerak untuk membantu. Keduanya sering mendatangi Angel dan itulah yang membuat mereka sangat dekat dengan Angel juga mengenal baik anak itu. Mereka juga sering mengajak serta Andrean, Adrian, dan Auristella agar mereka bisa berteman baik.
Pertemanan itu nyatanya berlangsung hingga sekarang. Lovi yang merasa bahwa anak sulungnya sudah cukup dewasa untuk menikah, akhirnya memutuskan untuk mencarikan perempuan yang tepat. Pikirnya, daripada mencari jauh-jauh yang belum Ia ketahui luar dalam, lebih baik Andrean dengan Angel saja.
Oleh sebab itu, Ia berusaha keras untuk membuat hubungan keduanya lebih dari sekedar teman. Ternyata langkahnya itu tak seratus persen didukung oleh anak bungsunya, Auristella yang dari dulu sampai sekarang sangat posesif dengan kedua kakaknya. Gadis itu masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Andrean dan Adrian sudah cukup dewasa untuk memiliki pendamping.
"Belum tua. Menikahnya nanti saja! Temani aku dulu," ujar Auristella dengan raut sendu begitu mendengar rencana Mommy dan Daddy nya.
Siapapun yang berpotensi menjadi tambatan hati kedua kakaknya, pasti akan diperlakukan sedikit kurang menyenangkan oleh Auristella. Tak terkecuali Angel yang sudah menjadi temannya juga sejak kecil.
Berbeda dengan Auristella, Adrian justru berbanding terbalik. Ia mendukung karena Ia lihat kehidupan kakak nya datar-datar saja. Tak pernah juga Ia lihat Andrean dekat dengan seorang perempuan.
"Jangan iya-iya saja, Andrean. Kali ini kamu harus bergerak!"
Andrean menghela napas pelan. Selama ini Ia diminta begitu. Tapi bagaimana Ia harus memulai? Ia bingung.
"Mom, aku tidak tahu harus melakukan apa,"
"Astaga,"
Lovi menatap anaknya gemas. Sudah dari usia Andrean menginjak dua puluh delapan tahun, Lovi sudah mendorong Adrean untuk mendekati Angel. Anaknya mengatakan 'iya' tapi tidak ada pergerakan sama sekali. Tidak mungkin Angel yang memulai. Ia tahu betul bagaimana gadis itu. Terlalu sungkan untuk menganggap kedekatan mereka lebih dari sekedar teman. Padahal Lovi juga sudah terang-terangan meminta Angel agar menikah saja dengan Andrean.
"Coba bersikap lebih manusiawi, Ean,"
Ucapan Mommy nya itu membuat Adrean mengerinyit dalam. Memang selama ini Ia bersikap tidak manusiawi?
"Maksud Mommy, jangan terlalu dingin dengan Angel,"
"Aku memang seperti ini, Mom. Aku tidak bisa merubahnya,"
"Kamu bisa, Sayang. Jangan terlalu kaku. Jangan juga seperti Adrian,"
Suara siulan terdengar memasuki ruang makan. Kebetulan yang sempurna. Baru saja dibicarakan, pemilik nama sudah datang.
"Ada apa bawa-bawa namaku? Kalian berdua rindu kah dengan aku yang dua hari ini syuting sampai tidak sempat pulang?"
Lovi mendengus saat putra keduanya itu bicara melantur. Dengan santai Adrian mengambil soda dari kabinet dapur lalu duduk diantara Lovi dan Andrean.
"Wajah kalian serius sekali. Ada apa sebenarnya?"
"Tentang Angel,"
"Oh, kenapa?"
"Sudahlah, kamu tidak perlu tahu," decak Lovi seraya mengibas tangannya bermaksud mengusir Adrian yang mengganggu pembicaraan nya bersama Andrean.
"Perjodohan itu? Aku kira Mommy tidak melanjutkannya. Karena aku lihat, tidak ada yang berubah,"
"Ya bagaimana mau berubah kalau Ean masih saja diam di tempat. Padahal Ean dan Angel sudah sama-sama tahu rencana Mommy,"
"Harus kamu yang memulai," ujar Adrian seraya menepuk bahu kakak yang lahir hanya beberapa menit sebelum dirinya itu.
"Sudah mau kepala tiga. Jangan fokus kerja terus, Ean,"
"Coba berkaca," jawab Andrean dengan suara tenang nya. Usia mereka sama, pencapaian mereka juga sama walaupun bidang yang ditekuni berbeda. Tapi masalah jodoh, keduanya sama-sama belum ada.
"Ya kamu dulu, baru aku. Sesuai urutan lahir,"
Andrean menyandarkan punggung nya di kursi. Ia meraup wajahnya lalu menoleh pada sang Ibu.
"Mommy tidak ada niat menjodohkan Adrian dengan Adrina?"
Alis Adrian menukik bingung karena kakaknya bicara seperti itu.
"Kamu dulu, baru aku. Paham?"
Lovi berdecak melihat perdebatan kecil kedua putranya. Perdebatan ini memang beberapa kali terjadi karena keduanya masih sama-sama nyaman dengan kesendirian.
"Lagipula aku mudah mencari pasangan. Sekali kedip, ada banyak wanita mengantri," lanjut Adrian percaya diri.
"Kamu jangan main-main dengan perempuan ya! Sebentar lagi giliran kamu,"
"Main-main gimana sih, Mom? Aku---"
"Kamu dekat dengan Adrina, tapi dekat juga dengan yang lain. Yang benar saja kamu!"
"Adrina sahabatku, Mom,"
"Kenapa kamu sering menggodanya?"
"Biar bertengkar, Mom," jawab Adrian santai lalu beranjak dari kursi dengan satu kaleng minuman di tangan, Ia bergegas ke kamar untuk mandi dan istirahat.
*******
Untuk kesekian kalinya Lovi mengajak Andrean dan Angel menghabiskan waktu bertiga. Karena kalau Ia meminta mereka hanya pergi berdua, tidak akan mungkin terjadi.
Mereka pergi ke departemen store, setelah itu makan lalu berbincang di sana.
"Berapa lama kita tidak bertemu? Setahun sepertinya ya,"
"Baru satu bulan, Mom," gumam Andrean tak terima Ibunya melebih-lebihkan. Sebulan lalu Lovi mengajak Andrean dan Angel pergi juga. Tapi seperti biasa, tidak pernah ada kelanjutan.
Mereka mengobrol hanya saat bertemu. Itupun hanya sedikit dan selalu canggung padahal mereka sudah lama saling mengenal. Angel terlalu segan untuk mengajak Andrean berinteraksi sementara Andrean sendiri memang dingin dan kaku pada semua orang. Itu yang membuat Lovi gemas dengan keduanya.
"Kabarmu bagaimana?"
"Baik, Aunty," jawab Angel seraya tersenyum.
"Nenek sehat?"
"Iya, Nenek sehat,"
Lihatlah, lebih banyak Lovi yang menguasai pembicaraan sementara Andrean makan dalam diam.
Lovi menghentak pelan lengan sang anak yang ada di atas meja. "Kamu tidak mau mengobrol dengan Angel? Yang mau kenal lebih dekat itu kamu, Andrean. Kamu yang akan menikah dengan Angel. Bukan Mommy,"
Bisikan pelan Ibunya membuat Andrean menghela napas. "Sudah kenal dekat, Mom. Apalagi?"
Lovi menggertakan giginya kesal. Andrean luar biasa menyebalkan. Kenapa bisa berbeda sekali dengan Adrian yang begitu mudah berinteraksi dengan orang lain.
"Bagaimana kabarmu?"
Dari sekian banyak pertanyaan yang seharusnya bisa diajukan Andrean, tapi hanya pertanyaan itulah yang keluar dari bibirnya yang anti nikotin itu. Ia mengulang pertanyaan yang sama, sebelumnya ditanyakan oleh Lovi.
Lovi mendesah pelan, Ia meletakkan siku di atas meja, mengepalkan kelima jari kanan nya lalu dijadikan sebagai penopang dahinya. Lovi menggeleng pelan dan bergumam lirih, "Anakku sayang, apa kamu tidak dengar kalau tadi Mommy sudah bertanya seperti itu?"
"Baik, Andrean. Tadi aku jawab begitu," jawab Angel seraya terkekeh kecil. Sorot geli nya tak bisa ditahan lagi. Basa-basi Andrean sangat terlihat.
Andrean mengangguk pelan dengan otak berputar mencari pertanyaan lain yang sekiranya membantu Ia keluar dari kubangan rasa malu.
"Sudah mulai menyusun tugas akhir?"
Lovi diam-diam menghela napas lega karena anaknya mengeluarkan pertanyaan yang lebih baik dari sebelumnya.
"Belum, kamu sudah ya?"
Andrean mengangguk. Angel tahu bahwa Andrean sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan postgraduate nya.
"Semangat ya. Sebentar lagi akan bertambah gelar mu,"
Lengkungan sabit di bibir Angel terlihat begitu manis. Lovi sampai ikut tersenyum melihatnya. Sementara Andrean masih serius menyantap makan siangnya.
"Sebenarnya melanjutkan pendidikan setelah menikah itu lebih menyenangkan. Mommy sudah mengalaminya,"
Lovi yang menikah di usia tujuh belas tahun tentu belum berhasil menyelesaikan pendidikan nya. Berkat hadirnya tekad yang kuat dan dukungan dari sang suami, nyatanya Ia bisa menyelesaikan pendidikannya meskipun harus disertai dengan mengurus anak, suami, dan karir nya sebagai seorang designer sekaligus pemilik boutique.
"Sambil mengurus anak, tidak terbayang akan sebesar apa keseruannya," ujar Angel menanggapi.
"Iya, menyenangkan. Mommy sudah mengalaminya. Ya walaupun memang melelahkan,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Meilinda Bakarbessy
saya mau cerita yg hot biar asyik bacanya
2023-10-05
0
Pejuang Rupiah
ceritanya sangat bagus
2023-08-03
0
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ¢ᖱ'D⃤🐬asthe⏤͟͟͞R⒋ⷨ͢⚤
andrean yang kaku belum berubah 🤭
2023-05-25
0